Travel
Terpesona dengan The Lost City of Petra di Yordania

25 Jun 2016

Bab Al-Siq
Foto: Argarini Devi

Atas undangan Kedutaan Besar Kerajaan Yordania dan Jordan Tourism Board, Managing Editor Femina, Argarini Devi mengunjungi Yordania selama seminggu pada 16 - 23 Mei 2016. Salah satu yang dikunjungi adalah Petra. Berikut ceritanya.

Urutan pertama dalam bucket list saya adalah mengunjungi Petra, The Lost City, yang terletak ribuan kilometer jauhnya dari Indonesia. Tempat yang saya kenal lewat film Indiana Jones and The Last Crusade (1989) ini memang telah membuat saya, sejak kecil, penasaran setengah mati. Dapat melihat langsung tempat yang selama ini hanya bisa saya bayangkan, benar-benar membuat saya merinding.

Di tengah Pegunungan Shara yang tertutup dari dunia luar, Petra sudah berdiri megah sejak 2.000 tahun lalu. Petra mencapai era kejayaannya di zaman Kerajaan Nabatean, sekitar abad ke-1 sebelum Masehi. Perdagangan frankincense (sejenis kayu damar yang wangi dan digunakan untuk bahan dasar parfum), myrrh (sejenis getah pohon untuk bahan dasar parfum), serta rempah-rempah membuat kota ini kaya raya.

Setelah itu, Petra berganti-ganti dikuasai banyak kerajaan. Sempat diperintah oleh Kerajaan Yunani, Romawi, hingga akhirnya direbut oleh Sultan Saladin dari tangan pasukan Katolik pada 1187 AD saat Perang Salib. Setelah itu, Petra dianggap hilang, sampai ditemukan kembali oleh seorang penjelajah Swiss bernama Johan Burckhardt, pada tahun 1812.

Menuju pusat Kota Petra, kami harus berjalan melewati Bab Al-Siq, yang panjangnya sekitar 800 meter. Di sepanjang Bab Al-Siq, kami sudah mulai melihat reruntuhan batu persembahan, obelisk, makam, hingga rumah-rumah yang dipahat di sisi gunung oleh suku Nabatean pada abad ke-1 sebelum Masehi. Jika tak kuat berjalan, Anda bisa memilih naik kuda, yang ongkosnya sudah termasuk tiket masuk sebesar 29 dinar Yordania atau sekitar Rp550.000.  

Setelah Bab Al-Siq, terdapat sebuah bendungan yang dibangun suku Nabatean untuk mengalihkan banjir, dengan membuat gua sepanjang 88 meter yang membelah bukit batu. Suku Nabatean memang dikenal ahli untuk urusan tata air. Lalu, layaknya meraih kejutan besar yang menanti, saya harus melewati jalan sempit sepanjang 1,2 kilometer dulu sebelum mendapatkan kejutan itu. Jalan yang diapit oleh batu-batu cadas setinggi 70 meter ini disebut dengan The Siq. Ada dua saluran air di tembok batu sepanjang The Siq. Efek dramatis yang ditimbulkan oleh tebing batu yang melindungi The Siq membuat saya makin antusias. Apalagi banyaknya pahatan-pahatan di sisi-sisinya, seakan menunjukkan adanya kehidupan nan megah ribuan tahun lalu.


The Siq, membuat perjalanan ke Petra semakin dramatis
Foto: Argarini Devi

Akhirnya, kami tiba di ujung The Siq yang terbuka dan memperlihatkan bangunan yang mungkin sudah banyak dikenal orang, tapi tetap penuh misteri, yaitu The Treasury (Al Khazna). Wow. Saya terharu sekaligus terpesona. Dengan tinggi 40 meter, Al Khazna adalah bangunan indah yang dipahat di gunung batu cadas. Dengan dekorasi pilar-pilar, lis bunga-bunga yang melingkari pilar, serta patung-patung. Atap tempat penyimpanan benda-benda berharga ini dihiasi oleh sebuah jambangan yang konon adalah milik Firaun, yang diletakkan ketika bangsa Mesir menguasai Petra.

Melewati Al Khazna, saya menyusuri jalan di tengah Kota Petra. Di sekeliling, gunung-gunung batu dipahat menjadi rumah, makam, gereja, masjid, pilar, dan kuil. Termasuk tempat upacara pengorbanan yang terletak di atas bukit, dan hanya bisa dicapai melalui tangga batu yang curam. Sebuah teater yang bisa memuat hingga 4.000 pengunjung tampak dipahat di sisi gunung, sebelah kiri. Untuk tetap menjaga kelestariannya, teater ini hanya bisa dilihat dari luar, pengunjung dilarang masuk.

Di ujung jalan, terletak agak ke atas, tampak The Royal Tombs. Bangunan besar yang indah ini adalah makam untuk anggota kerajaan atau orang-orang yang dianggap amat penting. Struktur bangunan ini seluruhnya dibangun dengan memahat gunung batu.

Lalu ada juga gereja dan kuil. Yang letaknya paling jauh dan paling tinggi adalah The Monastery (Ad-Deir). Anda mungkin bisa mengenalinya di film Transformer 2, Revenge of The Fallen. Bangunan ini menjadi yang terbesar di Petra, dengan lebar 47 meter dan tinggi 48,3 meter. Di dalamnya terdapat bangku panjang dan altar, yang menempel di dinding belakang. Biara ini dibangun pada abad ke-2 SM dan digunakan sebagai gereja di saat pemerintaan Raja Rabel II. Untuk ke sana, butuh waktu cukup lama dan kondisi tubuh fit, karena pengunjung harus menapaki 1.000 anak tangga lebih dulu.

Sayang, waktu kami terbatas. Rasanya belum puas. Akhirnya kami kembali menyusuri The Siq dan Bab-Al-Siq untuk pulang. Selamat tinggal Petra.
 
Jam buka:
  • Musim dingin: 06.00- 16.00
  • Musim panas: 06.00- 18.00
  • Harga tiket: 29 dinar Yordania (Rp550.000) (f)


Topic

#TravelingYordania

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?