Travel
Mengunjungi Desa Whiskey di Skotlandia

23 Jul 2016


Bangunan batu kastil, menyimpan sejarah Skotlandia
Foto: Yoseptin Pratiwi

April lalu, atas undangan VisitBritain, Redaktur Pelaksana femina, Yoseptin Pratiwi, mengunjungi Aberdeen dan Edinburgh, Skotlandia, sebagai perjalanan yang dirancang untuk menyambut ulang tahun ke-90 Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris Raya. Berikut adalah sebagian catatan perjalanannya.

Setelah tertidur nyenyak di Medrum House karena letih dan asupan whiskey, keesokan pagi saya terbangun dengan tubuh segar. Dari jendela kamar, saya menangkap pemandangan alam yang hijau dalam naungan kabut dan langit warna abu-abu, seakan-akan ada dementor (makhluk penyedot kebahagiaan dalam serial Harry Potter).

Tujuan utama kami ke Aberdeen adalah mengunjungi Balmoral Castle, puri milik pribadi keluarga Windsor (nama dinasti keluarga yang memerintah Kerajaan Inggris saat ini). Ratu Elizabeth II dan anggota kerajaan lain akan tinggal di Puri Balmoral selama musim panas, yaitu pada  Agustus sampai Oktober. Puri ini adalah favorit Ratu Victoria yang memerintah Kerajaan Inggris tahun 1937-1901.

Puri Balmoral terletak di Deeside, Aberdeenshire, yang ditempuh hampir 3 jam perjalanan dari Medrum House dengan mobil. Di Balmoral Castle, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruangan-ruangan privat keluarga kerjaan. Pengunjung hanya diperbolehkan melihat ballroom, tempat memajang berbagai miniatur sejarah Skotlandia: senjata-senjata, tartan, emblem keluarga-keluarga bangsawan, perhiasan, sampai permainan highland games. Di sana juga diperlihatkan busana Ratu Elizabeth II yang menggunakan material khas Skotlandia.

Setelah mendapatkan penjelasan dari staf puri, saya makan siang di Café Balmoral. Di bulan April, Mei, Juni dan Juli, kafe ini menyediakan menu lengkap, di antaranya adalah kaldu daging khas Puri Balmoral yang bisa dinikmati bersama roti hangat, kentang panggang, venison burger (burger daging rusa), juga salmon salad (di kawasan Deeside ini mengalir Sungai Dee yang terkenal dengan ikan salmonnya ketika musim semi). Aneka sandwich juga tersedia di lemari pendingin.
Dasar penggemar tepung, saya memilih makan siang dengan sepotong scone berukuran besar (yang ternyata keras) dengan selai stroberi. Memang tidak layak sebagai makan siang. Tapi, kapan lagi saya bisa menikmati scone di Puri Balmoral, bukan?

Usai makan, kami beranjak ke Crathie Parish Church, gereja tempat keluarga kerajaan biasa beribadah di Minggu pagi, yang bisa ditempuh hanya beberapa menit dengan naik mobil dari Balmoral Castle. Gereja itu mungil saja, berwarna abu-abu dengan atap berbentuk segitiga runcing ke atas, berdiri anggun di bawah naungan pohon-pohong pinus berbatang langsing.

Di kanan kiri jalan sempit beraspal yang menuju tepat ke pintu gereja, tumbuh bunga daffodil kuning (gara-gara sering melihat daffodil, saya jadi jatuh cinta pada bunga yang sering menjadi objek lukisan pelukis Belanda Vincent Van Gogh ini). Di antara daffodil  yang anggun itu diletakkan kursi taman terbuat dari kayu dengan tulisan: “May all who sit here be content and happy”.

Gereja itu sebetulnya gereja desa biasa, namun dipilih oleh Ratu Victoria yang sangat mencintai Balmoral untuk beribadah sekaligus berbaur dengan rakyat jelata. Ratu Victoria (patung setengah dadanya diletakkan di salah satu sudut pertemuan dua dinding di bagian depan geraja) banyak menyumbang untuk gereja ini, termasuk yang masih terawat adalah kantong dari beledu tempat umat berdonasi.

 Selanjutnya, saya ke Royal Lochnagar, pabrik pembuatan whiskey kecil, didirikan oleh John Begg pada tahun 1845. Nama Lochnagar diperoleh dari nama Gunung Lochnagar yang terletak di kawasan tersebut. Sedangkan nama Royal ditambahkan setelah tempat distilasi ini dikunjungi Ratu Victoria dan suaminya, Pangeran Albert, pada 12 September 1848. Di akhir kunjungan, Ratu ternyata menyukai whiskey yang terbuat dari satu jenis malt produksi Mr. Begg, sehingga distilasi ini terpilih menjadi salah satu pemasok scotch untuk keluarga kerajaan.

Selama April sampai Oktober, tempat ini menerima pengunjung yang ingin melihat langsung proses pembuatan whiskey, meski pengunjung dilarang keras memotret aktivitas dalam pabrik. Selain itu, ponsel juga harus dimatikan saat masuk ke dalam tempat distilasi, karena dikhawatirkan sinyalnya akan mengganggu peralatan canggih dan menyebabkan kebakaran.

Distilasi whiskey merupakan satu bagian dari tradisi masyarakat pertanian sejak zaman dahulu sebagai salah satu cara untuk mendapatkan uang. Petani di Deeside rata-rata memiliki tempat distilasi whiskey pribadi. Kawasan ini memang terpencil, tapi  rasa whiskey yang dihasilkan dari daerah ini terkenal bagus dan diminati di seluruh Skotlandia. Pembuatan whiskey baru diatur secara legal pada tahun 1780.

Di tempat ini, kita bisa melakukan whiskey testing dan belajar lebih banyak lagi dari pakarnya. Bagaimana mengenali whiskey dari aroma, konsistensi cairannya, dan rasanya. Selain itu, saya juga baru tahu bahwa minum whiskey bisa ditambah dengan sedikit air putih untuk mengurangi ‘kekuatannya’,  tanpa mengurangi kenikmatannya.
(f)

Baca Juga: Jalan-jalan Menyusuri Edinburgh, Skotlandia


Topic

#travelingskotlandia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?