Travel
Menggoda "Singa Gunung" di Sri Lanka

22 Jul 2018


Sigiriya, Sri Lanka, "Si Singa Gunung" penjaga Kerajaan Kasyapa/Foto: NJL

Kuku yang tajam menyeruak dari buku-buku jari kakinya, mencengkeram erat tanah di bawahnya. Pahatan kaki singa ini tampak gagah “menjaga” gerbang undakan menuju ke pemandian utama raja. Berlokasi di ketinggian lebih dari 150 meter, gerbang singa gunung ini menjadi salah satu spot menarik di situs kerajaan yang berdiri kokoh di atas gunung batu ini.
 
Hari itu, Prabath Harshakumar, memandu kami berkenalan dengan situs bersejarah berusia ribuan tahun ini. Nama Sigiriya diambil dari kata singha (singa) dan giri (gunung cadas), jadi artinya singa gunung. Kerajaan yang dibangun di atas gunung batu granit setinggi 180 meter ini merupakan peninggalan Raja Kasyapa (477 – 495 AD).
 
Demi merebut tahta kerajaan, Kasyapa membunuh ayahnya, Raja Dhatusena, dengan menguburnya hidup-hidup di dalam dinding. Saudara tirinya, Moggallan yang mestinya duduk menggantikan raja melarikan diri ke India, untuk kembali lagi demi menuntut balas. Ketakutan dengan ancaman sang kakak, Kasyapa memindahkan istananya ke atas puncak gunung batu.
 
“Mungkin karena karma, kisah raja paranoid ini harus berakhir tragis. Mengira bahwa ia ditinggalkan oleh para prajuritnya di medan perang, Kasyapa mencabut pedang dan mengakhiri hidup. Padahal, para prajuritnya sedang mengambil jalan memutar untuk menghindari rawa!” kisah Kumar, panggilan akrab pemandu kami.
 
Sembari mendengarkan cerita Kumar, kami berjalan menuju puncak istana dengan mendaki sekitar 1500 anak tangga. Setelah 60 menit mendaki undakan, kami tiba di pemberhentian pertama yang menyaksikan lukisan kuno pada ceruk dinding batu.
 

Selir Raja Kasyapa memiliki latar belakang ras berbeda, Afrika, Asia, dan Kaukasia/Foto: NJL

“Dari lukisan ini kita bisa tahu bahwa Raja Kasyapa menggemari wanita asing,” jelas Kumar sambil mengajak saya dan beberapa teman mencermati detail jejeran lukisan wanita di dinding itu.
 
Wanita dengan mata besar, bibir tebal, dan kulit gelap itu diduga seorang selir yang berasal dari Afrika. Wanita bermata sipit dan berkulit kuning itu diduga datang dari Jepang. Sementara gambar wanita bermata biru diduga berasal dari ras kaukasia.
 
Saat sedang membatin gaya hidup Sang Raja, tiba-tiba angin kencang menerpa wajah saya dengan keras. Jangan-jangan si raja tidak suka dengan pikiran saya. Kuduk saya langsung merinding! Tapi, hari itu angin memang bertiup sangat kencang. Di atas ketinggian, hempasan angin ini seperti hendak menerbangkan kami.
 
“Selama menjadi guide di Sigiriya, belum pernah saya mengalami angin sekencang ini,” ungkap Ajit, salah satu pemandu lokal yang sempat jatuh terjengkang karena terpaan dahsyat angin.
 
Melihat pria itu nyaris dilambungkan angin, akhirnya kami sepakat untuk duduk menunggu sambil berpegangan erat pada gagang besi undakan. Begini akibatnya kalau berani menggoda “si singa gunung”.
 
Kondisi cuaca tidak menyusutkan niat kami untuk beringsut menuju situs berikutnya di kompleks Sigiriya, yaitu Kat Bitha atau Mirror wall. Untuk mendapatkan efek cermin, dinding digosok dengan campuran khusus gamping, hingga mengilap dan bisa merefleksikan lukisan dinding di seberangnya. Pada dinding itu kami dapat  membaca 1500-an graffiti berusia 1000 tahun-an yang ditorehkan para pengunjung Sigiriya di abad silam.    
 

Pemandangan istana bukit Kasyapa dari kompleks kolam pemandian para putri/Foto: NJL

Namun kami baru benar-benar puas ketika bisa menapakkan kaki di puncak undakan terakhir Sigiriya. Ajit, pemandu yang kali itu merangkap sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya, meminta saya menirukan adegan legendaris Rose membentangkan tangan di ujung buritan kapal di film Titanic.
 
“Ya, bentangkan tangan lebar-lebar seperti itu,” katanya, memberikan arahan. Meski geli, saya ikuti juga sarannya ini. Saya buka kedua lengan lebar-lebar sambil menikmati embusan angin yang melerai helaian anak-anak rambut saya. "I'm flying..." bisik, saya menirukan ucapan Rose di adegan itu.
 
Tetap romantis meski tanpa pelukan Leonardo Di Caprio. Sebab, dari ketinggian ini saya bisa menyaksikan keindahan lansekap kuno rancangan Kasyapa yang membingkai kolam pemandian para putri. (f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?