Travel
Jalan-jalan Aceh: Mengelilingi Danau Lut Tawar di Takengon

3 Feb 2017


Foto: Natalia Oetama

Tidak sedikit pelancong solo, apalagi wanita, yang masih ragu untuk bertualang ke kota  yang terletak 315 kilometer dari ibu kota Aceh ini. Bukan karena tidak indah, melainkan karena banyak rumor yang sering kali membuat nyali ciut, misalnya cerita wanita tidak boleh keluar rumah sendiri, wanita harus mengenakan kain penutup kepala, wanita tidak boleh berjalan berdekatan dengan lawan jenis, dan masih banyak lagi.
Usai menghabiskan liburan di Pulau Weh, saya, Natalia Oetama, merasa sayang jika tidak melanjutkan perjalanan ke Takengon, yang jaraknya sudah cukup dekat hanya karena kekhawatiran yang belum saya buktikan sendiri. Maka, setelah menempuh perjalanan laut dengan kapal feri selama 2 jam dari Pulau Weh ke Banda Aceh, lalu dilanjutkan perjalanan darat selama kurang lebih 8 jam, tibalah saya di Takengon, kota pegunungan yang penuh kehangatan.

Tujuan awal saya jauh-jauh berkunjung ke Takengon adalah Danau Lut Tawar yang memiliki luas 5.472 hektare atau setara dengan 68 kali luas kawasan Monas di Jakarta. Nama Lut Tawar diberikan oleh suku asli Gayo karena luasnya perairan danau biru ini mencakup 20% dari luas Kabupaten Aceh Tengah. Hampir menyerupai laut, tetapi karena airnya tawar maka dinamakan Danau Lut Tawar.

Danau ini merupakan sumber air di Kabupaten Aceh Tengah dan sekitarnya. Satwa endemik seperti ikan teri mendiami danau ini. Masyarakat lokal menyebutnya ikan depik, yang bersisik perak mengilat dan berukuran sebesar jempol.

Salah satu cara paling seru menikmati danau indah ini adalah mengelilinginya dengan sepeda motor. Seorang kenalan baru bernama Yudhi cukup bermurah hati membawa saya mengelilingi danau. Butuh waktu 1,5 hingga 2 jam untuk satu putaran utuh, menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer. Karena banyak berhenti, saya menghabiskan waktu hampir 2,5 jam lamanya.

Jalanan kecil dengan aspal tak rata membuat saya berkali-kali terguncang di atas motor. Namun, semua setimpal dengan keindahan alam yang terpampang di depan mata. Tak terhitung seberapa seringnya kata-kata pujian keluar dari mulut saya ketika menyaksikan keindahan barisan pegunungan dan hutan di sekitar danau yang tampak jelas ketika kabut menghilang. Konon, beberapa hewan langka seperti landak, trenggiling, siamang, dan kucing hutan masih tinggal di sana.
Air danau berkilau diterpa cahaya matahari, bayangan awan terpantul jelas pada permukaannya. Beberapa warga tampak sedang duduk memancing di pinggiran danau.  Bayangan perahu nelayan di kejauhan tampak perlahan-lahan bergerak mendekat. Sungguh pemandangan yang menenangkan.

Perjalanan mengelilingi danau juga saya lengkapi dengan berkunjung ke  Gua Putri Pukes. Terletak di Kampung Mendele yang juga berlokasi di pinggir danau, gua ini merupakan salah satu dari banyak cerita legenda yang beredar di Aceh Tengah. Konon, ada seorang putri yang melanggar pantangan dari orang tuanya untuk tidak melihat ke arah kampung halamannya ketika diantarkan iring-iringan warga ke kampung suaminya yang berasal dari kerajaan lain. Hujan pun turun sangat deras dan tubuh Putri Pukes yang kedinginan perlahan mengeras menjadi batu di dalam gua.

Untuk memasuki gua, saya membayar retribusi Rp5.000, cukup murah! Di dalam, selain terdapat batu Putri Pukes, ada juga sumur kecil dan tempat untuk melakukan pertapaan. Di beberapa bagian lainnya, terdapat sejumlah kendi dan peralatan dapur.

Di sisi lain danau, saya melihat seorang warga sedang mencuci motor di pinggir danau. Tak jauh darinya, sebuah bangkai perahu tergeletak begitu saja dalam posisi terbalik. Meski memiliki beberapa bagian yang indah, tepian Danau Lut Tawar jika dilihat dari perumahan warga memang tampak sedikit kumuh, tanaman eceng gondok tersebar di hampir semua tempat. (f)

Baca Juga:


Natalia Oetama (kontributor)


Topic

#travelingindonesia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?