Grindelwald First dari atas ketinggian. Foto: © Jungfraubahnen
"Ini termasuk salju awal dengan tekstur butiran salju yang lembut. Kurang ideal untuk bermain ski atau bermain kereta luncur salju," ungkap Bridgite, yang di usia 79 tahun masih terlihat fit dan aktif menjadi pemandu para wisatawan di kawasan pegunungan Swiss.
Tak ingin mengecewakan kami, Bridgite menggotong kereta luncur dan memakai bagian dasarnya untuk memampatkan salju, membuat jalur memanjang di salah satu lereng bukit. Jalur salju yang telah dimampatkan itulah yang nantinya menjadi jalur kereta luncur kami.
Terbakar melihat semangat Bridget, kami pun mengikuti metodenya, membuat jalur baru di sisinya. Sayang juga sudah jauh-jauh ke pegunungan Swiss, tapi tidak merasakan serunya beraktivitas di atas salju.
Yihaaaa...Serunya berseluncur salju di Grindelwald, Swiss. Foto: © Jungfraubahnen
Setelah puas melihat jalur yang sudah siap, kami mulai menggeret kereta naik ke bukit salju. Mengandalkan gaya grafitasi bumi dan tingkat kemiringan bukit, kami meluncur dengan kecepatan tinggi. Sebagai pemula, saya kewalahan mengendalikan arah kereta salju, sehingga melenceng dari jalur. Untung ada gundukan salju yang menghentikan laju kereta luncur.
Menegangkan, tapi bikin ketagihan! Padahal, butuh tenaga lumayan untuk menggeret kereta luncur ke atas bukit dan memampatkan lagi jalur luncur. Saking kegirangan, kami tidak peduli lagi. Terpaan angin bersalju meninggalkan bintik-bintik es di rambut, wajah, dan syal yang menutupi mulut. Ayo, tarik lagi!!
Namun, ketegangan yang sesungguhnya baru saya rasakan saat kami mencoba wahaha first glider di Grindelwald, yang berwujud elang raksasa. Di bawah sayapnya, kami diajak terbang melintasi lembah dan pegunungan dengan kecepatan tinggi.
Terbang melintasi pegunungan di bawah sayap "elang raksasa". Foto: © Jungfraubahnen
Begitu tiba di titik teratas si “elang raksasa” membawa kami pulang ke “sarang”. Kali ini kami dibawa terbang dengan kecepatan yang lebih tinggi, yaitu 83 km/jam. Takut rugi, kali ini saya benar-benar memaksakan diri untuk melihat lanskap winter wonderland dari sudut pandang mata elang, ke lembah curam di bawah saya, dan ke lereng-lereng pegunungan di kanan kiri saya. Sesaat, ketakutan saya berubah menjadi kekaguman. Namun, beberapa detik kemudian, arus deras adrenalin membuat saya kembali berteriak…Waaaaaaaa…!!! (f)
Baca juga:
Menjejakkan Kaki di Puncak Eropa
Jalan-Jalan Venesia: Kota Seni Dunia
Megahnya Piazza San Marco, Alun-Alun Kota Venesia
Topic
travel, living