Sex & Relationship
50% Pria Tak Mengetahui Gejala Disfungsi Ereksi

12 Nov 2020


Foto: Unsplash


Penelitian mencatat sekitar 15-20% pasangan di dunia memiliki gangguan infertilitas dengan proporsi gangguan seksual pada pria mencapai 31% dan 43% pada wanita. Disfungsi seksual merupakan gangguan fisik atau psikologis yang membuat seseorang atau pasangannya kesulitan mencapai kepuasan seksual. Hal ini bisa terjadi baik pada pria maupun wanita.

Pada pria, disfungsi seksual dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, namun memiliki hubungan berbanding lurus dengan penambahan usia. Disfungsi seksual pria menjadi salah satu masalah yang kompleks karena kondisi ini bisa disebabkan berbagai faktor. Salah satu hal yang membuat masalah disfungsi seksual tidak pernah selesai adalah kurangnya pengetahuan atau kesadaran pria terhadap hal ini.

Secara umum, disfungsi seksual pada pria dapat dibagi menjadi beberapa tipe, Pertama, Disfungsi ereksi (DE), yaitu kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. Kedua, Ejakulasi dini, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu cepat. Ketiga, Ejakulasi terlambat, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu lambat atau tidak sama sekali . Keempat, Libido/gairah rendah, yaitu penurunan minat terhadap hubungan seksual.

Disfungsi ereksi (DE) adalah gangguan seksual yang paling umum pada pria. Namun, DE sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan. Berdasarkan survei di Eropa, 52% pria berusia 40-70 tahun sudah mengalami gejala DE. Sayangnya, hanya 50% pria yang mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi. Hal ini membuat pasien seringkali datang ke dokter dalam kondisi berat sehingga berpengaruh signifikan dalam penurunan kualitas hidup akibat kecemasan, rasa malu, rasa bersalah, dan depresi. Tidak jarang, masalah seksual menjadi pencetus konflik dengan pasangan hidup.

Di Indonesia, prevalensi DE pada populasi berusia 20-80 tahun cukup tinggi, yaitu 35.6%, dengan angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K), Departemen Medik Urologi FKUI-RSCM, DE merupakan bagian dari disfungsi seksual pada pria, selain penurunan dorongan seksual (libido atau gairah) dan kelainan ejakulasi. Disfungsi Ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang adekuat untuk mencapai performa seksual yang memuaskan.

“Mengingat fungsi seksual melibatkan proses yang kompleks, yaitu sistem syaraf, hormon, dan pembuluh darah, maka kelainan pada sistem ini, baik oleh penyakit, obat-obatan, gaya hidup, atau sebab lain, dapat mempengaruhi proses ereksi, ejakulasi, dan orgasme,” jelas Dr. Nur Rasyid dalam acara peluncuran Layanan Men’s Health and Couple’s Well-being Clinic RSCM Kencana pada akhir Oktober lalu. Layanan ini merupakan layanan klinik kesehatan pria dan pasangan dengan pedekatan multidisiplin berbasis one-stop service pertama di Indonesia.

Dalam manajemen DE, pemeriksaan komprehensif untuk menentukan faktor penyebab sangat penting untuk selanjutnya memilih terapi yang tepat dan optimal. Sebelum melakukan prosedur terapi, perlu adanya pemahaman akan ekspektasi pasien sehingga terapi yang dipilih nantinya sudah dipahami dengan baik. 

Berapapun derajat DE yang dialami oleh pasien, manajemen DE selalu dimulai dari 3 hal, yaitu terapi penyebab DE yang bisa disembuhkan (curable), eliminasi faktor risiko dengan modifikasi gaya hidup, serta edukasi dan konseling pasien dan pasangan. Setelah itu, dapat dilakukan terapi yang bersifat spesifik untuk tiap-tiap pasien, berkaitan dengan toleransi, invasiness (operatif vs non- operatif), efektivitas, biaya, keamanan, dan ekspektasi pasien.” lanjut Dr. Nur Rasyid. 

“Sebagai RS rujukan berbagai kasus kedokteran, tidak terkecuali DE, RSCM menyediakan hampir seluruh prosedur baik untuk tujuan diagnosis dan terapi. Layanan yang tersedia mencakup: diagnostik yaitu pemeriksaan Nocturnal Penile Tumenescence dengan Rigiscan, pemeriksaan USG Doppler genital, pemeriksaan status metabolik dan terapeutik yaitu obat medis, injeksi intrakavernosa, VED, injeksi intrakavernosa, ESWT, dan pemasangan prostesis penis,” jelas Dr. Nur Rasyid. (f) 


Baca Juga: 
Bercinta di Masa Pandemi Virus Corona, Amankah?
Tidur Cukup, Kehidupan Seks Terjamin
Konon, Kekurangan Hormon Ini Bikin Pria Tidak Setia


Faunda Liswijayanti


Topic

#disfungsiseksual

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?