Perubahan tekstur rambut
Kalau dulu rambut kita lebat, sekarang kering, rapuh, kasar, gampang kusut dan kusam. Bisa jadi:
Hipotiroidisme. Terjadi ketika kelenjar tiroid yang mengatu metabolisme gagal memproduksi hormon tiroid yang cukup, sehingga fungsi tubuh—termasuk rambut—melambat.
Kemoterapi. Perubahan yang terjadi merupakan reaksi normal dari paparan radiasi. Biasanya, perubahan bersifat sementara—hanya selama proses pengobatan.
Kekurangan estrogen. Biasanya terjadi pada yang sudah menopause, di mana rambut menjadi semakin tipis dan kering. Pertumbuhan rambut baru juga mulai berkurang, tuh.
Merokok. Zat beracun dalam asap rokok bisa merusak pembuluh darah tipis di rambut dan merusak DNA pada folikel, sehingga mempercepat proses penuaan dini pada rambut.
Pilek
Hidung yang berair biasanya sekadar tanda pilek ringan atau alergi. Tapi, bisa juga disebebkan hal lain, tuh. Bisa jadi:
Infeksi sinus. Susah bernafas, hidung terasa sakit, dan demam.
Polip hidung. Selain hidung berair dan kesulitan bernafas, gejala lainnya adalah berkurangnya kemampuan mencium bau. Meski bisa diangkat dengan operasi, polip bisa tumbuh lagi.
Lingkaran gelap di bawah mata
Ternyata bukan hanya karena kurang tidur, tuh. Bisa jadi:
Efek obat. Obat seperti aspirin dan pengencer darah dapat memperbesar pembuluh darah di bawah mata, sehingga pembuluh terlihat lebih jelas.
Alergi. Alergi bisa membuat pembuluh darah menjadi padat dan darah menggenang di bawah mata. Bila mata terasa gatal dan individu menggaruk matanya, lingkaran di bawah mata bisa semakin gelap karena jaringan rapuh di sekitarnya luka dan rusak.
Pengaruh hormon. Terutama di masa menstruasi dan hamil.
Mata merah
Banyak penyebabnya, nih! Bisa jadi:
Kelamaan menangis. Akibatnya, pembuluh darah kecil di mata jadi besar dan meradang.
Konjungtivitis. Alias infeksi mata yang sangat menular. Selain merah, mata juga berair dan terasa perih. Harus segera diobati, nih.
Alergi. 'Korban' dari serangan alergi pada organ tubuh beragam, selain kulit, mata bisa terserang.
Iritasi. Misalnya, nih, karena kelamaan memakai lensa kontak atau kemasukan debu.
Mendengkur
Kalau kita pelakunya, teman-teman bisa malas ngajak kita nginep... berisik, sih, he he he. Bisa jadi:
Hidung tersumbat. Misalnya karena pilek atau alergi.
Menyimpangnya nasal septum. Itu, tuh, yang membagi hidung internal menjadi dua.
Turbinate terlalu besar. Turbinate = striktur tulang hidung yang dilindungi oleh selaput lendir yang membantu menghangatkan dan membersihkan udara.
Pertumbuhan jaringan yang abnormal. Misalnya kanker, sehingga menghalangi aliran udara yang melewati hidung.
Gejala sleep apnea. Dalam sleep apnea, individu bisa berhenti bernapas saat tidur. Karena mungkin terjadi berkali-kali setiap jam, tingkat oksigen bisa menurun dengan cepat, yang ujung-ujungnya menimbulkan serangan jantung dan stroke.
Nafas bau
Secara ilmiah, 'bau naga' dikenal dengan nama halitosis. Bisa jadi:
Akibat kebiasaan merokok
Ada sesuatu yang salah di mulut. Misalnya penyakit gusi dan lidah. Konon, 85% kasus nafas bau terjadi karena faktor ini.
Tonsilotith (batu tonsil). Terjadi karena adanya percikan partikel kecil makanan, ingus mengering, atau bakteri yang menyangkut di dalam lipatan-lipatan tonsil.
Gangguan organ. Seperti penyakit paru-paru, ginjal, hati, usus, hingga tukak lambung.
Akibat diet. Di antaranya diet Atkins dan diet tinggi lemak-protein. Nafas bau merupakan tanda kalau tubuh lagi menghancurkan lemak.
Perut kembung
Rasanya perut 'penuh', padahal makan dan minumnya nggak banyak. Bahkan, mungkin belum memasukkan apapun ke lambung! Bisa jadi:
Kelebihan gas. Akibat mengonsumsi terlalu banyak makanan asin, sehingga air tertahan.
Masalah usus. Di antaranya sembelit hingga kanker pada sistem pencernaan (kanker kolon dan perut).
Penyakit tiroid, sirosis hati, dan penyakit ginjal kronis.
Kanker ovarium.
Kuku kuning
Eit... bukan kuning karena pakai kuteks, ya! Bisa jadi:
Akibat sering merokok.
Gejala AIDS.
Tanda adanya jamur di kuku.
Gejala diabetes, terutama bila bagian bawah kuku juga berwarna sedikit kebiruan.
Sindrom kuku kuning. Biasanya karena mengidap penyakit paru-paru atau limfedema (meningkatnya cairan getah bening dalam jaringan) dan mengenai kuku—biasanya bersifat permanen. CC
Kalau dulu rambut kita lebat, sekarang kering, rapuh, kasar, gampang kusut dan kusam. Bisa jadi:
Hipotiroidisme. Terjadi ketika kelenjar tiroid yang mengatu metabolisme gagal memproduksi hormon tiroid yang cukup, sehingga fungsi tubuh—termasuk rambut—melambat.
Kemoterapi. Perubahan yang terjadi merupakan reaksi normal dari paparan radiasi. Biasanya, perubahan bersifat sementara—hanya selama proses pengobatan.
Kekurangan estrogen. Biasanya terjadi pada yang sudah menopause, di mana rambut menjadi semakin tipis dan kering. Pertumbuhan rambut baru juga mulai berkurang, tuh.
Merokok. Zat beracun dalam asap rokok bisa merusak pembuluh darah tipis di rambut dan merusak DNA pada folikel, sehingga mempercepat proses penuaan dini pada rambut.
Pilek
Hidung yang berair biasanya sekadar tanda pilek ringan atau alergi. Tapi, bisa juga disebebkan hal lain, tuh. Bisa jadi:
Infeksi sinus. Susah bernafas, hidung terasa sakit, dan demam.
Polip hidung. Selain hidung berair dan kesulitan bernafas, gejala lainnya adalah berkurangnya kemampuan mencium bau. Meski bisa diangkat dengan operasi, polip bisa tumbuh lagi.
Lingkaran gelap di bawah mata
Ternyata bukan hanya karena kurang tidur, tuh. Bisa jadi:
Efek obat. Obat seperti aspirin dan pengencer darah dapat memperbesar pembuluh darah di bawah mata, sehingga pembuluh terlihat lebih jelas.
Alergi. Alergi bisa membuat pembuluh darah menjadi padat dan darah menggenang di bawah mata. Bila mata terasa gatal dan individu menggaruk matanya, lingkaran di bawah mata bisa semakin gelap karena jaringan rapuh di sekitarnya luka dan rusak.
Pengaruh hormon. Terutama di masa menstruasi dan hamil.
Mata merah
Banyak penyebabnya, nih! Bisa jadi:
Kelamaan menangis. Akibatnya, pembuluh darah kecil di mata jadi besar dan meradang.
Konjungtivitis. Alias infeksi mata yang sangat menular. Selain merah, mata juga berair dan terasa perih. Harus segera diobati, nih.
Alergi. 'Korban' dari serangan alergi pada organ tubuh beragam, selain kulit, mata bisa terserang.
Iritasi. Misalnya, nih, karena kelamaan memakai lensa kontak atau kemasukan debu.
Mendengkur
Kalau kita pelakunya, teman-teman bisa malas ngajak kita nginep... berisik, sih, he he he. Bisa jadi:
Hidung tersumbat. Misalnya karena pilek atau alergi.
Menyimpangnya nasal septum. Itu, tuh, yang membagi hidung internal menjadi dua.
Turbinate terlalu besar. Turbinate = striktur tulang hidung yang dilindungi oleh selaput lendir yang membantu menghangatkan dan membersihkan udara.
Pertumbuhan jaringan yang abnormal. Misalnya kanker, sehingga menghalangi aliran udara yang melewati hidung.
Gejala sleep apnea. Dalam sleep apnea, individu bisa berhenti bernapas saat tidur. Karena mungkin terjadi berkali-kali setiap jam, tingkat oksigen bisa menurun dengan cepat, yang ujung-ujungnya menimbulkan serangan jantung dan stroke.
Nafas bau
Secara ilmiah, 'bau naga' dikenal dengan nama halitosis. Bisa jadi:
Akibat kebiasaan merokok
Ada sesuatu yang salah di mulut. Misalnya penyakit gusi dan lidah. Konon, 85% kasus nafas bau terjadi karena faktor ini.
Tonsilotith (batu tonsil). Terjadi karena adanya percikan partikel kecil makanan, ingus mengering, atau bakteri yang menyangkut di dalam lipatan-lipatan tonsil.
Gangguan organ. Seperti penyakit paru-paru, ginjal, hati, usus, hingga tukak lambung.
Akibat diet. Di antaranya diet Atkins dan diet tinggi lemak-protein. Nafas bau merupakan tanda kalau tubuh lagi menghancurkan lemak.
Perut kembung
Rasanya perut 'penuh', padahal makan dan minumnya nggak banyak. Bahkan, mungkin belum memasukkan apapun ke lambung! Bisa jadi:
Kelebihan gas. Akibat mengonsumsi terlalu banyak makanan asin, sehingga air tertahan.
Masalah usus. Di antaranya sembelit hingga kanker pada sistem pencernaan (kanker kolon dan perut).
Penyakit tiroid, sirosis hati, dan penyakit ginjal kronis.
Kanker ovarium.
Kuku kuning
Eit... bukan kuning karena pakai kuteks, ya! Bisa jadi:
Akibat sering merokok.
Gejala AIDS.
Tanda adanya jamur di kuku.
Gejala diabetes, terutama bila bagian bawah kuku juga berwarna sedikit kebiruan.
Sindrom kuku kuning. Biasanya karena mengidap penyakit paru-paru atau limfedema (meningkatnya cairan getah bening dalam jaringan) dan mengenai kuku—biasanya bersifat permanen. CC
