Reviews
Film Before The Flood Ditonton Lebih Dari 30 Juta Penonton, Leonardo DiCaprio Pecahkan Rekor Dunia

4 Nov 2016


Foto: Image Collect, Screenshot

 

Tahukah Anda bahwa peternakan sapi demi memenuhi kebutuhan kita akan konsumsi daging, mampu menimbulkan gas metana yang meningkatkan risiko terjadinya pemanasan global? Tahukan Anda bahwa es di pulau Greenland telah meleleh setinggi 30 kaki dalam lima tahun terakhir dan menyebabkan kenaikan permukaan laut? Tahukah Anda bahwa perubahan iklim tidak hanya menyebabkan peningkatan suhu bumi, tapi juga penurunan suhu di beberapa bagian dunia? Tahukah Anda bahwa hutan tropis di Leuser, Aceh, Indonesia, adalah satu-satunya hutan di dunia saat ini tempat gajah, badak, orangutan, dan harimau hidup bersama?

Semua fakta tersebut dipaparkan  dalam film dokumenter terbaru, Before The Flood (2016), yang merupakan karya aktor terkemuka, Leonardo DiCaprio. Tentu kita masih ingat kunjungan Leonardo DiCaprio ke Aceh sekitar bulan April 2016 lalu sebagai salah satu bagian kampanye lingkungan hidupnya. Kunjungan tersebut—juga pemaparan Leo tentang kondisi lingkungan hidup di berbagai penjuru dunia lainnya—saat ini bisa disaksikan dalam film dokumenter tentang perubahan iklim dan pemanasan global tersebut, yang baru dirilis pada tanggal 21 Oktober 2016.

Baca juga:

Awalnya, film tersebut dirilis di bioskop-bioskop tertentu di Amerika. Namun, pembuatan film ini bukan karena keuntungan semata, melainkan memberikan wawasan bagi masyarakat umum tentang perubahan iklim. Seperti diungkapkan sutradaranya, Fisher Stevens, pada Businessinsider.com, bahwa film ini menawarkan akses pada sains (tentang perubahaan lingkungan) dan alat untuk melindungi planet bumi ini. Maka, mulai tanggal 30 Oktober, film ini bisa disaksikan secara gratis melalui kanal YouTube milih National Geographic.


Foto: Screenshot

Karena itu, sejak dirilisnya hingga saat ini, sebut National Geographic, Before The Flood telah ditonton oleh lebih dari 30 juta unique viewers di seluruh dunia. Unique viewers adalah mereka yang menonton dari berbagai media. Mulai dari bioskop, streaming YouTube dan kanal video lainnya, special screening, kampus-kampus, aula-aula (public hall), hingga platform media sosial.

Prestasi ini menjadikan BFT sebagai film dokumenter yang paling banyak ditonton di dunia sejak tahun 2000 (sejak film An Unconvinient Truth) dan film yang dirilis di National Geographic yang paling banyak ditonton hingga saat ini. Di Amerika sendiri lebih dari 50.000 mahasiswa telah menyaksikan film tersebut dan memenuhi 1.500 permintaan private screening dari kampus, institus keagamaan dan organisasi lainnya.

Tentu, nama Leonardo DiCaprio sebagai pembuat sekaligus tokoh utama dalam film dokumenter ini yang menjadikan daya tarik utama orang untuk menyaksikannya. Terutama, Leo dikenal sebagai aktor sekaligus environmentalist yang gigih berjuang demi kelestarian lingkungan. Kegigihan Leo membuat orang banyak penasaran dengan kampanyenya.

Selain itu, isu tentang perubahan iklim dan pemanasan global bukan hal baru lagi. Namun, seperti diungkapkan sutradara Fischer Stevens di atas, melalui film ini, penonton akan mendapat penjelasan yang lebih mendalam lagi tentang perubahan iklim. Bukan sekadar diperlihatkan contoh akibat perubahan iklim dan wacananya, tapi juga dari sisi sains—misal, bagaimana gas metana memengaruhi peningkatan suhu bumi.

Melalui film ini, masyarakat juga akan makin mengetahui bahwa masih banyak orang, termasuk para politikus yang berpengaruh di dunia, yang menyangsikan adanya perubahan iklim dan pemanasan global. Padahal, bukti-buktinya sudah ada. Untuk mempertegas, Leo memaparkan penjelasan secara ilmiahnya.

Film ini juga tidak terasa menggurui sebab Leo sebagai narator dan tokoh utamanya menempatkan diri sebagai orang yang terbuka wawasannya pada perubahan iklim. Karena itu, sesekali, tampak Leo terdiam terhadap fakta-fakta baru yang dikemukakan, tanda keterkejutan sekaligus ketidaktahuannya.

Leo pun berani menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap para politikus yang cuek terhadap isu lingkungan. Bahkan, tidak takut citra dirinya tercemar karena menyebutkan brand-brand produk yang dianggap merusak lingkungan.

Memang, secara teknis, gambar-gambar adegan di film ini memang tidak lebih spektakuler dari film-film dokumenter buatan kanal-kanal ilmu pengetahuan (National Gepgraphic atau Discovery Channel). Tapi, tetap saja akan membuat kita terpesona dengan kehidupan di muka bumi ini (sama seperti yang diperlihatkan Leo pada film ini). Kita mungkin menangis mengingat kerusakan yang digambarkan dalam film Before the Flood.

Perlu diingat, ketertarikan Leo terhadap isu-isu lingkungan bukan terjadi kemarin sore. Dari film ini pula, kita bisa tahu bahwa Leo sudah berminat pada lingkungan sejak usianya masih 20-an. Leo tampak tidak menyia-nyiakan statusnya sebagai selebritas dengan berupaya melakukan kebaikan (dalam hal ini, tentang lingkungan). Aktifnya Leo pada lingkup kemanusiaan juga yang membuatnya ditunjuk menjadi United Nations Messenger of Peace. Dan, kapasitasnya sebagai salah satu duta PBB yang juga memungkinkannya untuk berkeliling dunia menyuarakan keprihatinan terhadap lingkungan.

Baca juga:

Film BFT dibuat Leo sejak tahun 2014. Lokasi syuting mulai dari India, Polynesia, Greenland, Kutub Utara, Tiongkok, Indonesia, hingga Vatikan dan Gedung Putih.
Aktor kelahiran 11 November 1974 ini bahkan memasukkan kisahnya ketika syuting film The Revenant (2015). Saat syuting itu, para kru terpaksa memindahkan lokasi syuting dari Kanada ke sebuah wilayah yang bersalju di Argentina. Pasalnya, gara-gara pemanasan global, lokasi di Kanada yang mestinya bersalju saat syuting tersebut, malah tanpa salju dan banjir di beberapa bagian.

Tertarik menyaksikan? Layanan streaming gratis di kanal YouTube National Geographic kabarnya hanya berlangsung hingga tanggal 6 November 2016. Jadi, tunggu apa lagi, segera klik video di bawah ini. (f)



Topic

#LeonardoDiCaprio

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?