Reviews
5 Film Ini Akan Mengajarkan Anda Tentang Toleransi

29 Dec 2018



My Name Is Khan (2010)

“Nama saya Khan dan saya bukan teroris.” Demikian ujar Rizwan Khan (Shahrukh Khan) kepada tiap orang yang ia temui di Amerika, setelah tragedi 9/11. Akibat pernyataannya itu, Rizwan ditangkap karena justru disalahmengerti sebagai teroris oleh polisi. Sebelumnya, kakak Rizwan malah dibunuh hanya karena bernama Khan.

Film ini dengan apik menggambarkan Islamophobia yang merebak di Amerika Serikat dan bahayanya stereotip dalam masyarakat. Setelah peristiwa 9/11 yang mengakibatkan hancurnya menara kembar WTC di New York itu, mereka yang memiliki nama berbau Islam memang terkena imbasnya.

Khan adalah nama keluarga muslim India. Film ini menggambarkan perjuangan Rizwan sebagai muslim India yang juga menyandang sindrom  Asperger, salah satu spektrum autisme, untuk melawan stereotip.
 


? (baca: tanda tanya) (2011)

Lewat interaksi antara tiga keluarga yang memiliki keyakinan berbeda-beda, yaitu Buddha, Islam, dan Katolik, film ini berusaha mengangkat tema pluralisme agama di  Indonesia. Di bagian awal film, keharmonisan di antara penganut agama digambarkan lewat kebijakan Tan Kat Sun, pengusaha restoran masakan Tionghoa yang sengaja menggunakan peralatan masak dan makan khusus untuk pekerja dan pelanggan muslim, memberikan waktu salat, serta memberi libur Lebaran.  Namun rupanya, hubungan manis di antara umat beragama tak selamanya bisa indah tanpa usaha.

Selanjutnya digambarkan betapa peristiwa-peristiwa dalam hidup bisa saja membuat seseorang berpindah kepercayaan, tapi kemanusiaan tetap yang utama. Meski berbeda kepercayaan, manusia sudah semestinya saling membantu. Seorang muslim bisa saja melindungi gereja dari ancaman bom seperti yang dilakukan Soleh, salah satu tokoh dalam film ini. Semestinya kepercayaan yang dianut memberi kedamaian dalam masyarakat, bukan sebaliknya.

Film ? ditutup dengan cerita bagaimana setelah menjalani banyak kesulitan dan kematian beberapa anggota keluarga akibat kekerasan agama, tokoh-tokoh dalam film kembali berusaha untuk hidup berdampingan dengan damai.

Sayangnya, saat ditayangkan, film ini menuai reaksi negatif dari beberapa organisasi masyarakat. Padahal, film ini juga berusaha mematahkan stereotip radikal pada suatu agama. Penonton yang jujur tentu tahu, hubungan antaragama di Indonesia tidak selalu indah. Konflik agama masih kerap terjadi hingga hari ini, terkadang juga melibatkan kekerasan dan diskriminasi.

Namun, di sisi lain film ini mencetak prestasi. Mendapat 9 nominasi piala Citra pada Festival Film Indonesia 2011 dan berhasil memenangkan penghargaan Tata Sinematografi Terbaik.
 


Topic

#film, #review

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?