Profile
Rahadewineta, Wanita Wasit Taekwondo Pertama dari Indonesia di Olimpiade Rio 2016

3 Nov 2016


Foto: Dok Pribadi

Indonesia memang gagal mengirimkan atlet untuk cabang olahraga taekwondo ke Olimpiade Rio De Janeiro 2016, di  Brasil, 5-21 Agustus lalu. Namun, di ajang yang sama, salah satu wanita wasit terbaik yang dimiliki negeri ini berhasil menorehkan nama Indonesia dalam cabang olahraga itu. Rahadewineta (32), atau biasa dipanggil Neta, menjadi salah satu srikandi yang berdiri gagah memimpin tak kurang dari 60 pertandingan di tengah area laga dunia itu. 

Neta bukanlah yang pertama terpilih sebagai wasit di ajang olimpiade dari Indonesia. Sebelumnya, almarhum Unang Sukardja dari cabang olahraga bulu tangkis pernah menjadi wasit Olimpiade London tahun 2012.  Namun, Neta berhasil mengukir sejarah lain. Bukan hanya menjadi wanita wasit pertama dari Indonesia untuk cabang olahraga taekwondo, tetapi juga wasit termuda dari seluruh wasit internasional yang terpilih lewat seleksi ketat World Taekwondo Federation (WTF) di kompetisi olahraga paling prestisius itu.

Seleksi memilih wasit untuk kebutuhan olimpiade oleh WTF diambil dari 5 benua, yaitu Asia, Eropa, Pan Amerika, Afrika, dan Oceania. Ada lebih dari 5.000 pendaftar saat itu. Tiap benua diharuskan memilih 100 wasit terbaiknya untuk diikutsertakan dalam tahap seleksi di Fujairah, Uni Emirate Arab, sejak April 2015.

Penilaian terbaik menjadi wasit berbeda dengan penilaian atlet. Wasit tidak diukur dari perolehan medali, melainkan pada hasil kinerja saat menyelesaikan pertandingan dengan lancar dan membuat keputusan yang benar tanpa berpihak. “Attitude wasit juga menentukan, misalnya tidak bersikap arogan dan menghormati pelatih yang mendampingi si atlet,” jelas Neta.

Dari total 500 wasit yang terpilih, jumlah peserta mengerucut menjadi 100 dan akhirnya tinggal 50. “Waktu itu, dari Indonesia diajukan 4 wasit terbaik yang dimiliki, tapi hanya saya yang berhasil lolos ke tahap akhir,” ujar Neta.

Untuk menembusnya, Neta harus melewati serangkaian tes berat yang meliputi tes fisik, tes keterampilan perwasitan, tes scoring perwasitan, tes pengetahuan tertulis, tes kemampuan berbahasa Inggris, wawancara, dan tes kesehatan. Penentuan lolos seleksi kemudian dihitung berdasarkan peringkat poin tertinggi. “Rasanya tegang dan stressful banget. Saya hanya berusaha melakukan sebaik-baiknya untuk tiap tes yang harus saya lalui,” kata Sarjana Ekonomi dari STIE Dharma Agung Bandung ini.

Salah satu syarat untuk menjadi wasit dalam ajang olimpiade adalah pernah memimpin beberapa pertandingan internasional yang telah ditentukan oleh WTF. Neta mengakui, jam terbang memang sangat krusial dalam menjalankan tugas sebagai wasit dalam pertandingan internasional. “Bukan cuma hafal peraturan perwasitan dunia di luar kepala, tapi juga butuh kemampuan khusus untuk bisa membuat keputusan dalam hitungan detik tanpa dipengaruhi emosi,” ungkap Neta, yang mulai terjun ke dunia wasit sejak tahun 2007 dan telah mengantongi lisensi wasit internasional dari Cina sejak tahun  2009.

Ketika ada atlet yang jatuh, misalnya. Wasit harus menyetop jalannya pertandingan dan memberi penalti kepada atlet yang jatuh. Namun, pada praktiknya  tidak sedikit wasit yang panik dan bingung harus berbuat apa saat atlet jatuh dan melanjutkan pertandingan. Padahal, bagian itu sangat penting. Pihak atlet yang menjatuhkan lawan itu mendapat tambahan poin dan yang terjatuh mendapat penalti.

Jika tidak sigap, bisa-bisa wasit hanya bengong, saking cepatnya tendangan atlet hingga tak terdeteksi oleh wasit. Kesigapan sangat diperlukan wasit  untuk   memimpin di tengah lapangan. Untuk hal ini, pengalaman Neta yang juga pernah menjadi atlet taekwondo sangat membantunya dalam menjaga konsentrasi saat memonitor  tiap gerakan atlet.

Setelah berhasil menjadi 50 calon terbaik dalam seleksi, Neta harus mengikuti training camp di berbagai negara: Rusia (Agustus), Turki (Oktober), Inggris (November), dan Meksiko (Desember). Dari hasil penyaringan di training camp, hanya 30 orang dari masing-masing negara yang dipilih untuk bertugas sebagai wasit di Olimpiade Rio 2016.

Perjalanan Neta hingga sampai ke lapangan olimpiade bukanlah mimpi yang dirajut dalam waktu semalam. Keberhasilannya melewati seleksi wasit olimpiade tidak lepas dari prestasi pribadi yang ia perjuangkan sejak belia. Neta beberapa kali mendapat penghargaan sebagai wasit terbaik, di antaranya dari World Taekwondo PARA Championship di Turki (2015), US Open Taekwondo Championships (2014), dan Asian University Taekwondo Championships di Korea (2013).

Prestasinya saat menjadi atlet taekwondo pun tak kalah membanggakan. Neta pernah meraih medali emas, perak, dan perunggu di ajang PON, SEA Games, dan puluhan kejuaraan internasional, seperti kejuaraan US Open International Taekwondo Championship di Amerika Serikat, World Taekwondo Hanmadang International Championship di Korea, dan lainnya. (f)

Baca Juga: 


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?