Profile
Potensi Wanita Asia di Mata Dr. Indigo

1 Jan 2019



 
Playing by The Unwritten Rules
 
Menurut Dr. Indigo, langit-langit kaca itu tak lain sumbernya ada dalam diri wanita. “Kita mengalami fear of success. Kalau saya sukses, nanti teman menjauh. Nanti kehilangan waktu untuk keluarga, dan banyak kekhawatiran lainnya.”

Itu yang disebut Dr. Indigo rintangan dari dalam. Ia juga mengamati, ketika wanita berkompetisi dengan pria, pertarungannya sungguh tidak setara.

“Bagi pria, bisa jadi rintangannya adalah rekan sesama pria, atau karena dia butuh untuk meningkatkan skill tertentu untuk memenangkan persaingan. Sedangkan wanita, sering kali rintangan itu adalah faktor anak, keluarga, keluarga besar. Terlepas dari faktor skill,” jelas wanita yang kerap menjadi pembicara dalam berbagai seminar manajemen karier ini.

Untuk sukses, tip dari Dr. Indigo: seorang wanita harus punya ‘kendaraan’ bernama CARS (colleagues, advocates, resources, dan supporters). Keempat unsur ini harus kuat dan menjadi bagian dari support system kita.
Hal lain yang menjadi perhatian Dr. Indigo dalam tiap presentasinya adalah masalah yang jamak dihadapi para first generational success. First generational success adalah mereka yang pencapaiannya melebihi apa yang dicapai oleh kedua orang tuanya.

“Saya adalah first generational success. Ibu saya, dulu bekerja di pabrik. Ketika saya menghadapi masalah di kantor, saya tak bisa meminta saran dari Ibu. Mungkin Ibu akan menyarankan, ‘Berhenti kerja saja! Atau, omelin saja orang yang rese!’ Hal-hal yang pasti berbeda konteks dengan dunianya dulu,” ceritanya. Itu pula salah satunya yang mendasari Dr. Indigo untuk menulis buku berjudul Playing by the Unwritten Rules I: Moving from the Middle to the Top dan Playing by the Unwritten Rules II: From a Job Defense to a Career Offense.

Sukses, menurut pendiri Careers in Transition, Inc --lembaga konsultan karier yang masuk dalam daftar 500 besar Fastest Growing Companies di Amerika Serikat—ini, bukanlah tentang seberapa keras kamu bekerja. Ada ‘aturan-aturan’ tak tertulis yang ikut bermain yang perlu diketahui seorang profesional. “Secara global, hanya 5% wanita yang jadi CEO. Wanita harus lebih memahami permainan tak tertulis itu, jika ingin jumlah wanita CEO lebih banyak,” katanya.

Dalam konferensi IWF, hal yang menarik, Dr. Indigo juga mengutip sedikit pesan yang ia ambil dari buku yang baru selesai digarapnya, Here is What I Think, This is What I Know. Pemikiran yang berasal dari refleksi perjalanan hidupnya, sebagai wanita di belantara karier. Ada lima hal yang ia rekomendasikan, agar kita sukses di dunia yang selalu berubah. Kelima hal itu adalah:

1). Autentik. Punya kejelasan tentang karakter diri kita yang sesungguhnya. Seseorang perlu mengenali diri dengan penuh kesadaran, apa yang kita inginkan, apa yang kita cari, apa yang kita harapkan, lalu memahami kekuatan dan kelemahan.

2). Spiritualitas. Spiritualitas adalah mengenali ‘suara’ dari dalam nurani kita. Yang selalu membisikkan kepada kita tentang keputusan mana yang harus diambil. Orang menyebutnya intuisi. “Hampir tiap orang sukses menyebut bahwa tiap keputusan mereka dituntun oleh intuisi, seperti kapan harus launching, kapan berhenti, dan sebagainya.”

3). Resilience. Kita mengenal ada IQ, ada EQ. Menurut Dr. Indigo, ada pula yang tak kalah penting, yaitu RQ: resilience quotient. Kemampuan untuk bangkit, menjadi lebih kuat. “Pada saat terjatuh, yakin bahwa badai pasti akan berlalu. Kalaupun tidak, kita sudah menyiapkan rencana cadangan. Bukannya mengeluh, lantas depresi.”

4). Forgiveness. Hampir semua agama mengajarkan tentang perlunya memaafkan namun sering kali tidak menunjukkan bagaimana caranya. Mudah diucapkan, tapi tak mudah diterapkan. “Kita harus bisa memaafkan dan merelakan kekecewaan serta gangguan yang disebabkan oleh orang lain, dengan begitu akan membebaskan kita untuk berfokus pada hal-hal lebih penting lainnya di karir, dan tentunya di hidup kita.” Ujar Dr. Indigo.

5). Jadilah agen perubahan. Dunia berubah dengan cepat. Kalau kita tidak mau berubah, kita menjadi tidak relevan. “Secara profesional, kita harus mencari cara untuk terus memperbaiki diri dan membantu organisasi bertransformasi. Baik itu memperbarui dari sisi teknologi, menjadi lebih terbuka atau menciptakan cara agar lebih ramah lingkungan.”

Selanjutnya: Pernah Jatuh Bangun
 


Topic

#profil, #iwf2018, #indonesianwomensforum

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?