Profile
Nursyda Syam, Menebarkan Budaya Membaca Melalui Klub Baca Perempuan

22 Jan 2017


Foto: Dok. Pribadi

Terinspirasi sosok sang ayah, wartawan sederhana yang berwawasan luas karena gemar membaca, Nursyda Syam (37) ingin agar lebih banyak orang yang hidupnya berubah dan tercerahkan dengan membaca. Sebab, ia merasakan sendiri, betapa membaca sangat memperkaya pengetahuan dan membuatnya berdaya untuk membantu orang-orang di sekitarnya.

Apalagi, berdasarkan data Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Nusa Tenggara Barat 2015, jumlah kunjungan ke perpustakaan baru sekitar 20 persen dari 4,9 juta jiwa. Bermula dari rumahnya di Dusun Prawira, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Nursyida menebarkan budaya baru melalui Klub Baca Perempuan (KBP). 

Gerakan Ida bermula pada 2006 di Lombok Timur. Bersama empat ibu rumah tangga yang suka membaca,  Nining, Vita, Eka, dan Cicik, Ida menggerakkan KBP. Mereka mengajak wanita setempat untuk membaca dan mendiskusikan buku, hingga membuat seminar guru.

Namun, ajakan itu ternyata tidak mudah diterima warga. Apalagi, Ida bukan warga lokal Lombok Timur. “Hal tersulit di masa awal adalah prasangka orang. Mereka justru was-was saat buku yang saya tempatkan di depan rumah tidak dijual ataupun disewakan, melainkan untuk dibaca saja. Hal yang gratis justru mengundang tanda tanya. Ada yang menyangka saya ingin mencalonkan diri menjadi kepala desa atau bupati,” ungkap istri dari seorang wirausahawan, Lalu Badrul Islam, ini.

Ditambah dukungan suami, Ida tidak menyerah membangun minat baca. Emosi karena penolakan yang ia terima di Lombok Timur pun ia ubah jadi energi positif untuk memulai gerakan ini lagi di Lombok Utara. “Bermula dengan 200 buku dalam satu rak yang ditempatkan di depan usaha binatu rumahan kami,” ujar ibu dari Baiq Keisha Theana Rosalba dan Lalu Muhammad Arai Lintang Hirata ini. Ia memaksimalkan warisan buku-buku dan mobil bekas peninggalan sang ayah untuk menjalankan gerakannya.

Untuk bisa lebih dekat dengan warga, Ida dan suami mengangkat duta baca, tokoh-tokoh inspiratif setempat yang hidupnya berubah karena membaca. Salah satunya, Suanto dari Dusun Lendang Galuh, Lombok Utara. Suanto awalnya sama sekali tidak percaya diri, tetapi kemudian bisa menjadi kepala desa dan tokoh yang didengarkan warga karena ia mau banyak membaca.

Ida juga membuka PAUD & TK serta Sekolah Alam Anak Negeri yang dibuka di sore hari sejak 2011. “Di sekolah alam, pada sore hari, kami ingin anak-anak punya kegiatan yang terarah dan bermanfaat,” tutur Ida. Menulis, perkusi, menari, dan belajar bahasa Inggris adalah beberapa kegiatan yang menjadi fokus di sekolah ini.

Kaum profesional yang Ida undang pun kerap hadir untuk berbagi cerita tentang profesi mereka pada anak-anak. Bahkan, tak jarang kelompok atau siswa dari sekolah di luar negeri seperti Australia dan Singapura ikut datang untuk berbagi pengalaman. “Saya harap, dari cerita-cerita itu, anak-anak jadi berani untuk bermimpi besar,” ungkap wanita yang terpilih sebagai salah satu tokoh penggerak dari Lombok dalam acara televisi Kick Andy! ini.

Setiap Minggu pagi, KBP juga menggelar kegiatan bernama Silaq Batur di Lapangan Supersemar, Tanjung, Lombok Utara, untuk para ibu. Silaq dalam bahasa setempat berarti mari. Secara umum, kegiatan ini bermakna: mari kawan, menulis dan bertutur. “Penyakit kronis bermula dari kurang bergerak. Kami mengajak ibu-ibu untuk olahraga, sementara anak-anak diajak membaca buku,” ujar wanita mendapat apresiasi Frans Seda Award di bidang pendidikan pada Oktober 2016 ini.

Kini, KBP telah berdiri di 24 tempat berbeda di Lombok Utara, terutama di daerah pelosok. Menurut Ida, klub baca sebenarnya tidak harus selalu berbentuk bangunan. Perpustakaan bisa berbentuk berugak (balai-balai atau saung dalam bahasa Lombok) hingga berada berdampingan sebagai bagian dari posyandu. Klub-klub baca ini digerakkan oleh relawan setempat yang meminta sendiri untuk bergabung.

Ia bersyukur, bisa bertemu dengan banyak orang yang juga bersemangat  mewujudkan mimpinya. Dukungan terus mengalir. Saat ini, KBP telah memiliki sekitar 17.000 buku, terdiri dari berbagai genre dan untuk semua usia. Selain koleksi pribadi dan donasi perorangan, buku-buku ini juga berasal dari perusahaan atau penerbit. Bahkan, sebuah persewaan buku yang tutup pernah memberikan seluruh bukunya yang berjumlah 5000 buku. Sebelumnya buku-buku ini disortir terlebih dulu untuk memastikan bacaan ini tidak mengandung SARA, kekerasan, dan pornografi.

KBP juga baru saja memperbarui nota kesepahaman tentang gerakan gemar membaca pada 3 Desember 2016. Mendapat dukungan penuh dari Bupati Lombok Utara, Dr. H. Najmul Akhyar, SH., MH, Ida berharap literasi dapat menjadi ‘ruh’ yang menghidupkan minat baca di sekolah-sekolah di Lombok dan seluruh Indonesia. 

“Menghebatkan wanita berarti mendidik sebuah keluarga, dan akhirnya, sebuah negara. Bagaimanapun, ibu adalah tempat anak pertama bertanya. Apa jadinya sebuah bangsa jika para ibu tidak cerdas?” ujar Ida, di tengah-tengah kesibukannya bersiap menuju salah satu cabang KBP untuk merotasi buku-buku bersama para ibu rumah tangga yang menjadi relawan.

Baca Juga:

Lucia Priandarini (Kontributor-Malang)


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?