Profile
Lupita Ardhyaningrum, Penyintas Kekerasan Seksual Bicara Tentang Pengalamannya di Forum Global

19 Jul 2017


Foto: Dok. Pribadi


“Ayah adalah HeForShe pertama saya,” ungkap wanita yang akrab disapa Lulu (24) ini, di panggung acara 2nd Global #HeForShe Anniversary di New York, September tahun lalu. Kampanye global HeForShe yang digagas oleh UN Women itu bertujuan untuk mengajak pria terlibat aktif dalam meningkatkan kesetaraan gender.
 
Menurut Lulu, ayahnya yang berlatar belakang militer merupakan teladan yang turut membentuk dirinya menjadi wanita muda yang tegar dan mandiri, setangguh seorang prajurit.
 
Ayah dan ibunya juga sangat mengutamakan pendidikan Lulu dan adik laki-lakinya. Bersama sang adik yang terpaut setahun darinya, Lulu, kala itu 17 tahun, berangkat merantau dari Jakarta untuk menuntut ilmu ke Ottawa, Kanada. Bahkan, orang tuanya tak mempersoalkan Lulu yang tak pulang ke Indonesia di tahun-tahun pertamanya karena memilih untuk kerja paruh waktu.
 
Namun, cerita Lulu di panggung tak hanya tentang sang ayah. Ia turut mengisahkan kekerasan seksual yang dialaminya di usia sepuluh tahun. Kala itu, sekelompok remaja pria menyerang Lulu cilik yang tengah berjalan sendirian sepulang sekolah. Ketika Lulu akhirnya berhasil lari dari cengkeraman mereka, ia dikejar hingga tiba di depan rumahnya.
 
“Dalam hati saya bertanya-tanya, apa yang sudah saya perbuat hingga mereka melakukan hal itu kepada saya?” tutur Lulu kepada femina, matanya berkaca-kaca. Ia memilih untuk tak menceritakan peristiwa traumatis itu kepada banyak orang, kecuali keluarga terdekat.
 
Ketika peristiwa itu masih segar dalam ingatannya, ketakutan muncul di benaknya tiap kali melihat remaja pria yang bergerombol maupun mengenakan seragam SMA. Khawatir diejek teman-teman di sekolah membuat Lulu, yang kemudian diantar jemput ke sekolah, lebih banyak diam dan menyendiri. Setelah kasus pelecehan seksual itu, ia selalu dilanda rasa malu dan menganggap kejadian itu sebagai aib.
 
Seiring waktu dan kuatnya keinginan untuk move on dari kejadian pahit tersebut, Lulu perlahan dapat melalui masa-masa trauma itu, meski tanpa bantuan profesional. Namun, sesekali rasa benci masih kerap hinggap di hatinya ketika teringat kejadian tersebut. “Tapi, saya tidak tahu harus marah kepada siapa,” ujarnya.


Baca juga:
Presiden Joko Widodo Jadi Duta HeForShe untuk Kesetaraan Gender
Kenali 8 Fakta Penting Kekerasan Seksual pada Anak

 

Inilah yang membuat Lulu mulanya ragu mengisahkan pengalamannya sebagai penyintas kekerasan seksual di muka publik. Undangan ke New York tersebut didapatkan Lulu dan koleganya sebagai salah satu pemenang kompetisi video HeForShe 2016 Student/Youth Competition.
 
Untuk kompetisi tersebut, mereka membuat video pendek tentang komunitas HeForShe di tempat kerja mereka, sebuah perusahaan multinasional di bidang consumer goods, yang terbentuk satu setengah tahun lalu. Lewat berbagai program sukarela, seperti mentoring dan pelatihan kepemimpinan, mereka menggandeng karyawan pria untuk turut memberdayakan potensi wanita di tempat kerja.
 
Tawaran untuk berpidato muncul setelah panitia penyelenggara mewawancarai Lulu seputar pengalaman pribadinya terkait kesetaraan gender. Mereka meyakinkan Lulu bahwa kesempatan ini tak bertujuan untuk mengungkit luka masa lalu. Menyanggupi tawaran tersebut, ia lantas diminta menyiapkan sebuah esai, yang kemudian dikoreksi tata bahasa dan alurnya oleh pihak panitia, untuk dijadikan naskah pidato.
 
Setelah mengungkapkan betapa pengalaman pahitnya justru memberinya suara untuk melawan kekerasan seksual di panggung, gemuruh tepuk tangan audiensi seolah menguatkan Lulu yang tengah menahan air mata. “Melihat ke bangku penonton dan menemukan sosok-sosok pemimpin dunia di sana, saya menyadari bahwa hanya itulah lima menit yang saya miliki untuk bersuara bagi banyak orang yang pernah mengalami kekerasan seksual dan domestik,” tuturnya.
 
Rekaman video pidato Lulu kemudian turut dibagikan oleh Emma Watson di laman Facebook-nya, yang lalu disebar ulang hingga lebih dari 2.800 kali. “An emotional and powerful story,” tulis Emma, seraya memuji keberanian Lulu.
 
Seperti apa pengalaman Lulu melawan rasa gentar sebagai seorang penyintas kekerasan seksual? Baca di halaman berikutnya.

 


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?