Profile
Lompatan Karier Tessa Wijaya Demi Majukan Infrastruktur Digital Indonesia

5 Nov 2021

Tessa Wijaya Co founder Xendit
Foto: Dok. Xendit


Women in Tech menjadi istilah yang umum terdengar belakangan ini. Kabar baik, karena ini artinya dunia teknologi yang identik dengan laki-laki perlahan-lahan mulai disentuh para wanita. Tak dipungkiri, digitalisasi membuat semua orang melek teknologi. Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis teknologi kian meningkat, membuat kesempatan juga semakin terbuka lebar di bidang ini. Termasuk untuk perempuan. 

Salah satu sosok wanita yang juga turut terjun ke dunia digital adalah Tessa Wijaya, Chief Operating Officer dan Co-Founder Xendit, perusahaan teknologi keuangan yang menyediakan solusi pembayaran digital untuk Indonesia dan Asia Tenggara. 

Sebelum fokus di Xendit sejak tahun 2016, Tessa sudah berpengalaman selama 7 tahun di industri keuangan swasta. Ia pertama kali berkenalan dengan Co-Founder Xendit lewat seorang teman. Punya latar belakang di industri finansial dan tertarik pada teknologi, Tessa akhirnya melakukan lompatan karir untuk mendirikan startup fintech

Setelah melewati beberapa kali diskusi dengan para pendiri, wanita Kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini pun dengan percaya diri terjun memegang jabatan di Xendit sebagai Manajer Produk. Seiring berjalannya waktu, ia turut mengurus semua hal yang diperlukan; mulai dari pengembangan bisnis, kepuasan pelanggan, hingga manajemen keuangan. Pengalaman baru ini membuatnya semakin jatuh cinta pada angka, analisis berbasis data, serta kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat.

Sempat gagal dalam mengembangkan salah satu produk pertamanya di Xendit, wanita berusia 40 tahun ini selalu bangkit, belajar dari pengalaman, dan terus berupaya untuk membangun produk yang diharapkan masyarakat.

“Saya rasa hal terpenting bukanlah tentang gelar dan peran yang kita punya, melainkan pengalaman dan pelajaran yang kita bisa dapatkan dari situ. Itulah pembelajaran yang paling berharga,” kata Tessa.

Pengetahuan dan keterampilan yang ia dapatkan berperan penting pada kesuksesannya membesarkan Xendit. Setelah dinobatkan sebagai startup unicorn di Indonesia, Tessa resmi menjadi Co-Founder perempuan pertama di bidang pembayaran atau payment yang berhasil membawa startup-nya menjadi unicorn seperti sekarang. 

Sebagai Chief Operating Officer (COO) - posisi yang didudukinya sejak tahun 2018- Tessa saat ini menangani keseluruhan operasi bisnis perusahaan, termasuk layanan dan dukungan, kemitraan, pemerintahan, dan hubungan masyarakat, serta regulasi. Kemampuan Tessa untuk mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan (multitasking) membuatnya berhasil membawa Xendit ke level yang lebih tinggi. Karena kinerjanya yang agile dan cepat, Tessa dikenal sebagai pemimpin yang serba bisa.

Ia telah menyaksikan pertumbuhan perusahaan yang awalnya hanya terdiri dari 10 orang hingga sekarang memiliki lebih dari 700 karyawan. Dalam perjalanannya, Xendit telah menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan terbesar di Indonesia dan menarik brand-brand terkenal sebagai klien, termasuk perusahaan rintisan dan UKM yang sedang berkembang.

Bersama Xendit, sosok wanita yang mandiri dan senang berpetualang ini, berhasil membuktikan ia membuat keputusan yang tepat, keluar dari jalur karirnya yang dimulai dari ekuitas hingga beralih ke fintech. Jalur yang tidak dipilih banyak orang.

Semua itu tak lepas dari sosok orang tua yang berani memberikan kebebasan pada anaknya untuk mengeksplorasi banyak hal dalam hidup. Sang ayah yang seorang pengusaha mengajarinya untuk menjadi berani dan tidak kenal takut seperti melakukan tandem skydiving, scuba diving, dan menjelajahi kota-kota asing di usia muda. Keberaniannya juga didorong karena ia tumbuh besar dengan sosok ibu yang merupakan perempuan tangguh.

Kontribusi Pada Women in Tech 

Meskipun telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya tumbuh di luar negeri, Tessa masih menganggap Indonesia sebagai rumah. “Indonesia adalah negara kontras yang memiliki banyak tantangan tapi juga peluang. Indonesia punya potensi untuk menjadi yang terkuat di Asia, dimana Indonesia telah memiliki banyak perusahaan unicorn lokal, dan lebih banyak lagi kedepannya,” jelas Tessa. 

Di bidang finansial teknologi khususnya, Tessa percaya bahwa bidang ini menyimpan berbagai peluang yang bisa dimaksimalkan dengan teknologi. Kini semakin banyak orang Indonesia mulai melakukan transaksi di social commerce

Tidak seperti negara-negara maju lainnya, di mana pembayaran sebagian besar dilakukan menggunakan kartu kredit, cara pembayaran tradisional seperti uang tunai masih sering digunakan di Indonesia. Xendit hadir untuk melayani seluruh masyarakat, termasuk yang tidak memiliki rekening bank, agar dapat melakukan transaksi online melalui teknologi milik Xendit. 

“Kami melihat regulator semakin terbuka terhadap teknologi dan inovasi, sehingga infrastruktur digital pasti bisa bertumbuh cepat di Indonesia,” ungkap Tessa.

Namun, dengan pertumbuhan besar dan menarik di bidang teknologi, seringkali Tessa masih melihat kesenjangan gender dalam industri ini. Dengan latar belakangnya di private equity riyang juga menghadapi masalah serupa, Tessa memiliki keprihatinan tersendiri terkait kesenjangan ini dan tergerak untuk melakukan berbagai cara untuk mengatasinya.

Tessa sangat percaya bahwa Indonesia memiliki banyak perempuan yang kuat, namun belum banyak yang terekspos. Indonesia membutuhkan lebih banyak platform untuk perempuan, terutama yang bekerja di bidang teknologi, untuk menyuarakan pendapat mereka agar terdengar dan menginspirasi orang lain untuk berbuat lebih baik.

“Perempuan harus memiliki suara dan ada banyak kontribusi yang bisa mereka lakukan, khususnya di Asia dan industri teknologi, di mana para perempuan muda membutuhkan lebih banyak tokoh idola panutan untuk mendukung ekosistem ini agar bisa berkembang,” kata Tessa.

Atas semangat tersebut, sejak tahun 2020 lalu, Tessa meluncurkan inisiatif Women in Tech Indonesia untuk menyediakan platform bagi perempuan untuk saling belajar dan berbagi. Ia ingin menyatukan para perempuan yang bekerja sebagai techpreneur, developer, dan bahkan calon teknisi untuk bertukar wawasan serta pengalaman melalui serangkaian lokakarya dan forum sosial.

Tessa memiliki visi untuk memberdayakan dan mendorong generasi perempuan berikutnya di Indonesia dengan terus menyemangati mereka untuk mengejar semua impian mereka – misalnya menjadi seorang insinyur atau memulai sebuah startup

“Apapun yang kalian inginkan, lakukan saja. Kegagalan itu baik, Anda bisa belajar lebih banyak dari kegagalan daripada kesuksesan Anda. Anda akan selalu ingat saat pertama kali Anda gagal dan itu akan membuat Anda terus maju,” tutup Tessa. (f) 


Baca Juga: 
Sharlini Eriza Putri, Lahirkan Inovasi Dari Empati
Paulina Purnomowati : Kandidat The Apprentice dari Indonesia yang Terus Melaju
Retno Kusumawati, 'Kartini on Cloud'


Faunda Liswijayanti


Topic

#profil, #womenintech, #pemimpinwanita

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?