Profile
Kartini dari Maumere: Menginisiasi PAUD untuk Anak Berkebutuhan Khusus

21 Apr 2018


Ursula Maria (berbaju hijau) menerima kenang-kenangan dari Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla

Siang itu, matahari sangat terik dan udara terasa panas. Aplikasi weather di ponsel menunjukkan suhu 34 derajat celcius. Peluh pun mulai bercucuran, ketika femina menginjakkan kaki di sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Karya Ilahi, di desa Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur.

Bangunan PAUD berada di halaman rumah warga. Ada lima ruangan berukuran 1x2 meter yang saling berdampingan. Dengan satu pintu dan Jendela di bagian depan, ruangan yang merupakan tempat belajar mengajar ini terlihat sangat mungil. Sangat berbeda dengan bangunan Taman Kanak-Kanak pada umumnya yang luas sebagai tempat anak-anak usia balita bermain.

Melongok ke bagian kelas, hanya ada satu murid dengan satu orang pengajar. Tak ada papan tulis atau tumpukan mainan, hanya ada kipas angin sederhana sebagai pendingin ruangan yang menempel di dinding atas. Di kelas sebelahnya, tak jauh berbeda, hanya saja ruangan ini bersekat hingga terlihat semakin sempit. 

Di kelas lainnya ada dua balita usia 4 dan 5 tahun yang sedang bermain bersama seorang guru. Kelas ini cukup nyaman, karena memiliki satu buah AC. Bukan karena kelas ini eksklusif, tapi karena anak-anak di kelas ini cenderung lebih mudah terganggu konsentrasinya jika melihat benda yang berputar, seperti kipas angin. Hingga akhirnya salah satu orang tua siswa menyumbangkan sebuah AC sebagai pendingin ruangan sekaligus membayarkan listriknya setiap bulan.

PAUD Karya Ilahi memang berbeda dengan sekolah pendidikan anak usia dini lainnya, karena murid di sekolah ini adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Adalah Ursula Maria yang menginisiasi sekolah ini, di rumahnya. Di mana ia menjadikan tiga kamar yang ada sebagai kelas PAUD, sedangkan satu kamar lainnya dipakai untuk ia dan keluarganya. 

Meski rumahnya menjadi lebih sempit, wanita yang akrab disapa Ursula ini tak berkeberatan. “Saya tergerak membangun PAUD ini karena yakin jika ditangani dengan baik, di usia dini maka kesempatan berkembang akan lebih maksimal menuju kemandirian. Usia emas adalah kesempatan untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan mereka,” kata Ursula.

Berdiri sejak tahun 2009, sekolah ini baru mendapat ijin operasional dari Dinas Pendidikkan pada tahun 2013. Menurut Ursula, tidak mudah mengurus soal perijinan tersebut, tapi ia sangat memakluminya. Ia juga tak putus semangat, karena menurutnya di Maumere hanya ada dua SLB (Sekolah Luar Biasa), dengan murid yang jumlahnya terus bertambah, tentu tidak akan cukup.

Belajar dari pengalamannya sebagai guru di SLB, sering kali out put kurang memuaskan, ia melihat hal ini karena tidak ada penanganan di usia dini. Selain itu, ia juga melihat kendala pada kurikulum yang menurutnya masih sangat klasik. Dan, kondisi ini tidak akan banyak menolong anak. “Menurut saya, pendekatan yang baik adalah kurikulum individu, karena lebih manusiawi dan bisa menjawab kebutuhan setiap anak yang berbeda,” jelasnya.

Dengan semangat itulah, Ursula kemudian membangun sebuah PAUD untuk anak berkebutuhan khusus dengan visi memberi harapan kepada yang tidak berpengharapan. Meski dalam keterbatasa, ia ingin Karya Ilahi dapat terus mengabdi. “Kami melayani yang bisa datang ke sekolah dan berusaha menjangkau yang tidak terjangkau, karena tidak ada akses jalan ke sekolah,” kata wanita yang menjalankan sekolah bersama suami dan enam guru lainnya.

Selanjutnya: Ketulusan Hati Menggerakkan Ursula, Meski Dalam Keterbatasan


Faunda Liswijayanti


Topic

#wanitainspiratif

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?