Profile
Jelang Reshuffle Kabinet, Mengintip Gaya Kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati

27 Jul 2016


Foto: dok. Bank Dunia

Mantan Menteri Keuangan yang sejak 2010 hijrah ke Washington DC untuk menjabat sebagai Managing Director Bank Dunia, memang sosok kebanggaan bangsa Indonesia, terutama kaum wanita. Ia adalah ekonom cerdas, pemberani, dan inspiratif. Bahkan dunia mengakuinya. Namanya menjadi satusatunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar 100 Top Global Thinkers 2012 versi Foreign Policy.
 
Di dunia internasional, Sri Mulyani (yang akrab disapa Ani), sebelumnya pernah menjabat sebagai Executive Director IMF mewakili 12 negara Asia Tenggara. Seperti apa gaya kepemimpinan yang ia terapkan?
 
Menurut Ani, ia tidak melihat perbedaan yang nyata antara kepemimpinan ala Asia dan ala Barat, atau apakah pimpinan tersebut wanita atau laki-laki.
 
“Pemimpin yang baik memerlukan keahlian teknis untuk dapat membuat penilaian dan keputusan yang baik sehingga lembaga yang dipimpinnya dapat berkembang untuk mencapai misi dan tujuannya. Kemampuan mendengar dan mengevaluasi sehingga dapat memperoleh input dan informasi yang akurat sangat penting, terutama dalam memimpin lembaga yang sangat majemuk seperti Bank Dunia. “
 
Menurutnya, pemimpin yang baik juga dapat diukur dari kemampuannya membangun tim dan sistem yang solid, sehingga lembaga tersebut tidak tergantung kepada dirinya. Pemimpin juga harus punya keberanian membuat keputusan terutama dalam situasi yang sulit, meski keputusan tersebut tidak populer. “Yang penting yakin bahwa keputusan yang diambil untuk kepentingan yang lebih besar,” tutur ibu dari 3 anak ini.
 
Meski berpendidikan Barat, wanita yang pernah mengenyam pendidikan Master dan Doktor Ekonomi di University of Illinois at Urbana Champaign, Amerika Serikat ini, sangat mengagumi nilai-nilai tradisi Jawa yang ditanamkan orang tuanya, seperti sabar, menghormati orang lain, menjaga harmoni, termasuk kemampuan untuk ‘nrimo’ dan menahan diri dalam menghadapi cobaan.
 
“Nilai-nilai tradisional itu sangat relevan dalam menjalani kehidupan modern yang serba cepat, instan, cenderung hedonistik dan materialistik. Ini juga sangat membantu membentuk kepemimpinan dan gaya manajemen yang inklusif, yang sangat diperlukan dalam memimpin lembaga internasional seperti Bank Dunia,” tutur Ani, yang memegang prinsip padi semakin berisi makin merunduk.
 
Di kantornya, di Washington DC, ia tak sungkan mengenakan busana batik ataupun etnis (yang bahkan menjadi cirinya di kantor). Ani juga kerap membawa masakan Indonesia yang ia masak sendiri untuk dibagikan makan siang di kantornya.
 
Ani mengaku amat bersyukur dikaruniai suami seperti Tonny Sumartono yang sangat mendukung kariernya. “Sejak sekolah bersama di Amerika Serikat, kami selalu saling mendukung, baik dalam belajar, menjaga anak, sehingga Tonny bisa menyelesaikan gelar Master, dan saya meneruskan ke jenjang Doktor,” tutur Ani, yang senang memasak dan selalu mencoba memasak makanan kesukaan suami.

Baginya, suami adalah teman diskusi, mendengarkan, dan berbagi pekerjaan rumah tangga. “Kami tidak pernah memikirkan siapa yang menang-kalah, yang memimpin -dipimpin, kami adalah satu tim dalam keluarga,” tutur Ani, yang amat kagum pada gadis Pakistan yang pemberani Malala Yousafzai. (f)
 


Topic

#WanitaHebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?