Profile
Ini Cara Co-CEO Lazada, Florian Holm Menemukan Keseimbangan Hidup

30 Oct 2017


Foto: Dok. Pribadi
 
Bisnis start up termasuk di dalamnya e-commerce di Indonesia berkembang sangat pesat. Salah satu e-commerce yang selalu berada di posisi tiga besar yang paling ramai dikunjungi adalah Lazada.

Data iPrice menyebutkan, pengunjung Lazada mencapai 58,3 juta pengunjung per bulan pada periode April-Juni 2017. Di balik kinerja Lazada ada pria sporty ini, Flo yang selalu bersemangat dan fokus pada tantangan bisnis.

Tidak Menengok Kanan atau Kiri
Pencapaian Lazada tidak terlepas dari sosok Co-CEO-nya yang dinamis, Florian Holm. Pria kelahiran Jerman ini berupaya terus-menerus untuk melakukan terobosan-terobosan baru, yang mudah diterapkan, dengan efek atau hasil yang luas. Cukup mengejutkan bahwa pemikirannya dalam mengembangkan Lazada sangat sederhana: memastikan kepuasan pelanggan.

Menurutnya, salah satu yang menjadi perhatian Lazada adalah bagaimana meningkatkan layanan agar lebih baik. selain itu juga bagaimana bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan pada para pelanggan–baik pembeli maupun penjual. “Kami hanya fokus pada bagaimana memastikan kepuasan pelanggan, baik para penjual maupun pembeli yang bertransaksi di Lazada,” katanya.

Meski demikian, Flo sadar benar bahwa peta persaingan start up di Indonesia, khususnya e-commerce, cukup sengit. Apalagi saat ini para penyuntik modal untuk bisnis start up dari luar negeri yang masuk ke Indonesia kian banyak.

“Masalahnya adalah, pangsa pasar Indonesia sangat spesifik. Butuh waktu yang lama untuk mempersiapkan bisnis ini agar sesuai dengan pasar lokal, kemudian melayani dengan cara-cara yang spesifik pula," kata Flo.

Menurutnya, pemain bisnis e-commerce tidak bisa datang ke Indonesia begitu saja, sambil menerapkan model bisnis di negara tertentu untuk kemudian diterapkan di sini. Tidak semudah itu.

“Kami memiliki strategi khusus dan percaya diri bahwa strategi dan kekuatan kami sulit untuk ditiru para pesaing kami,” kata Flo.

Yang ia maksud adalah sistem logistik. Lazada memiliki warehouse atau konsep pergudangan yang jumlahnya akan semakin banyak di setiap daerah. Dengan konsep ini, Lazada bukan hanya menjadi tempat bertemu dan bertransaksinya penjual dan pembeli via dunia maya, namun juga mengurusi pula pendistribusian barang.

Strategi warehouse tersebut diikuti dengan memaksimalkan kerja sama dengan Usaha Kecil Menengah (UKM). Tahun ini, Flo melakukan roadshow ke 11 wilayah di Indonesia, dan rencananya tahun depan akan mengunjungi 25 daerah lainnya untuk merangsang munculnya UKM baru sekaligus membantu UKM agar memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan Lazada.

Lazada memberikan layanan khusus bagi UKM yang perkembangannya cepat dan produk barangnya diminati. Caranya, mereka bisa menyimpan produknya di warehouse Lazada, diawasi oleh pegawai Lazada, dan tanpa kena biaya tambahan. “Kami memang ingin membantu mereka untuk terus berkembang,” katanya.

Survei BPS menyebutkan bahwa 46% pelaku UKM di Indonesia adalah wanita, bagaimana Flo memandang peran wanita, dalam bisnis start-up digital?

”Itu sesuatu yang dekat dengan hati saya.” Lazada memang belum memiliki program khusus bagi wanita wirausaha, namun ia menyambut baik, semakin banyak wanita yang menjadi pelaku bisnis dan memanfaatkan digital sebagai media promosi sekaligus alat untuk berjualan.

“Kebanyakan mereka berada di industri kreatif. Dan ini sesuatu yang baik, karena saat ini siapapun bisa berjualan, bahkan dari rumah,” katanya.

Di sisi lain, Flo juga menyarankan wanita Indonesia untuk memiliki rasa percaya diri dan sikap optimisme yang besar ketika memanfaatkan online untuk mengembangkan bisnis. Teknologi digital masih relatif baru, apalagi dengan sifatnya yang berlari cepat, maka wanita harus mampu mengimbangi kecepatannya.

“Ya, mungkin masih terasa sulit. Tapi harus selalu dicoba. Seperti mimpi saya tadi, saya ingin mengantarkan produk-produk wanita wirausaha Indonesia kepada para pelanggannya di seluruh dunia,” katanya.

Flo punya pandangan menarik mengenai wanita yang bekerja di perusahaan startup digital. Ia membuat bagan di mana di posisi entry level atau fresh graduate jumlah wanita yang bekerja di perusahaan start up cukup banyak, namun jumlahnya berkurang menjadi kurang dari 50 persen di posisi middle management, dan kemudian nyaris tak ada di level pimpinan.

"Sebagai pengusaha, saya melihat gender bukan hambatan dalam mengembangkan karier di industri digital, karena penekanan pengembangan karier seseorang adalah di kompetensi dan prestasi. Untuk itu sangat disayangkan jika saat ini kita masih kehilangan banyak wanita bertalenta di posisi middle management ke atas, dan ini menjadi tantangan yang harus kita pecahkan bersama."
 


Topic

#Profil, #lazada

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?