Profile
Gina S. Noer, Proses Panjang untuk Menulis Naskah Film yang Ditonton Jutaan Orang

18 Apr 2017


Foto: Dok. Pribadi

Namanya kian dikenal setelah film Ayat-ayat Cinta (2008), yang naskahnya ia tulis bersama sang suami, Salman Aristo, berhasil meraup 3,5 juta penonton. Namun, wanita bernama lengkap Retna Ginatri S. Noer ini telah jatuh hati pada profesi ini sejak memenangkan Close Up Movie Competition pada tahun 2004. Dua tahun kemudian, lewat film independen Foto, Kotak, dan Jendela, ia resmi merintis kariernya sebagai penulis skenario. Kala itu, Gina masih menjadi mahasiswa Program D-3 Jurusan Penyiaran di Universitas Indonesia.

“Rasanya seperti mendapat saluran untuk berkhayal, bermain-main, dan punya pernyataan secara terus-menerus,” tutur Gina, yang ketika remaja pernah menjadi produser film pendek.

Mulai berkarya saat baru menginjak usia kepala dua, Gina kerap berhadapan dengan pihak-pihak yang tak sepenuhnya yakin pada kemampuannya. Apalagi, ia kemudian beberapa kali berkolaborasi dengan suami, yang sudah lebih senior di bidang penulisan skenario dan pernah menjadi mentornya.

Wanita yang lahir di Balikpapan ini juga tak luput dari kekecewaan ketika beberapa filmnya disambut dingin di pasaran. Apalagi, ia pernah merasakan euforia ketika karyanya disaksikan jutaan penonton, seperti Habibie dan Ainun yang menembus angka empat juta. Namun, berbekal waktu dan kedewasaan, ia terus berproses untuk senantiasa yakin dan membuktikan kemampuan dirinya.

Menurut Gina, masih banyak yang belum memahami, bahwa sebuah film pada hakikatnya ‘ditulis’ sebanyak tiga kali, yaitu saat pembuatan naskah, pengambilan gambar, dan proses pascaproduksi. Ibarat membangun rumah, skenario bagi suatu film adalah cetak biru, bukan hasil akhir.
“Maka, selain punya keahlian teknis, seorang penulis skenario juga harus bisa memilih dengan siapa ia bekerja, terutama produser dan sutradaranya,” jelas Gina, yang kerap berkolaborasi dengan sahabatnya sejak SMA, sutradara Angga Dwimas Sasongko.

Jatuh-bangunnya dalam berkarier pun menjadi pengingat bagi Gina untuk senantiasa rendah hati, termasuk ketika ia diganjar berbagai penghargaan. Salah satunya adalah Piala Citra untuk Penulis Skenario Adaptasi Terbaik tahun 2013 untuk film Habibie dan Ainun, karyanya bersama Ifan Ardiansyah Ismail. Baru-baru ini, ia dan Hanung Bramantyo meraih nominasi Festival Film Indonesia 2016 sebagai Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film Rudy Habibie, yang bermula dari buku karya Gina.

Diakui penggemar karya-karya Asrul Sani ini, industri film Indonesia membutuhkan banyak penulis skenario. Namun, kebanyakan dari mereka adalah pria, sedangkan banyak produser yang sering mencari sudut pandang penulis wanita, terutama untuk genre film drama. Hal ini menjadi keuntungan sekaligus kerugian bagi Gina, yang sempat kesulitan menemukan tawaran menulis untuk genre yang berbeda.

Di lain pihak, tak sedikit yang bercita-cita untuk menjadi penulis naskah, tapi kesulitan memperoleh akses untuk mengembangkan kemahiran dan masuk ke industri.  Gina dan beberapa rekannya lantas menggagas PlotPoint, yang menyediakan pelatihan menulis skenario, dan Wahana Penulis, sebuah sindikasi penulis skenario yang membuka kesempatan magang bagi anak muda.

Sebelas tahun berkarya, Gina masih memiliki banyak cita-cita, misalnya membuat film anak dan film bergenre fiksi ilmiah. Ia juga merintis Sinedu.id bersama Angga Dwimas Sasongko dan praktisi pendidikan Najeela Shihab. Lewat platform ini, para pendidik dapat menggunakan modul dan menonton film gratis untuk proses mengajar mereka. “Sebagai penulis skenario, obsesi saya sekarang adalah menggunakan film sebagai alat bantu memaksimalkan pendidikan Indonesia,” ungkap Gina, yang tengah menantikan penayangan karya terbarunya, film drama thriller remaja berjudul Posesif. (f)

Baca juga:
Salman Aristo, Dicari Penulis Skenario Andal!
Jenny Jusuf, Kisah Hidup Penulis Naskah Film Ini Sedramatis Tokoh Novel

Angga Dwimas Sasongko: Harus Ada Regenerasi Pada Dunia Film


Topic

#filmlokal

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?