Profile
Galuh Chandrakirana, Berinovasi dengan Nostalgia

20 Jul 2016


Foto: Dian Probowati

Kisah cinta Rangga dan Cinta yang telah tertutup rapat selama 12 tahun kala itu, tiba-tiba dihadirkan kembali dalam sebuah frame berdurasi 10 menit 24 detik. Membuat jutaan dada orang kembali sesak, menanti kelanjutan kisah cinta mereka. Adalah Galuh Chandrakirana (35), otak di balik kampanye mini drama Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang diluncurkan oleh aplikasi chatting LINE. Kampanye ini melejit hingga ditonton 1 juta kali hanya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Tidak hanya dinilai berhasil meraup jutaan pengguna baru, kampanye ini juga dipuji-puji sebagai the best social media campaign di Indonesia.

Dengan gayanya yang santai, mengenakan setelan atasan tanpa lengan dan kulot, wanita berperawakan langsing ini ramah menyapa femina saat ditemui usai konferensi pers peluncuran fitur terbaru LINE. Ia lalu mengajak berbincang di pojok ruangan. Obrolan dimulai dengan membahas kesuksesan kampanye mini drama AADC yang ia buat. Menurutnya, saat itu tidak ada satu pun dari tim yang menyangka bahwa mini drama itu akan meledak.

“Yang kami pikirkan hanya membuat iklan yang efektif, atau setidaknya bisa memperkenalkan fitur baru yang dipromosikan saat itu, yaitu ‘Find Alumni’. AADC hanyalah ide yang kami ambil,” ujar wanita yang menjabat sebagai Team Leader Marketing di LINE Indonesia sejak tahun 2013 ini.

Eksekusi ide AADC menjadi sebuah mini drama pun bukan hal yang disengaja. Menurutnya, proses merealisasikan sebuah ide sama halnya seperti menulis. Di awal ingin menulis A, tapi berujung B. Itulah yang terjadi. “Saat itu kami berpikir membuat mini drama AADC ini harus all or nothing, semua atau tidak sama sekali. Kalau saat editing hasilnya bagus, let’s just do it. Tetapi, kalau tidak yakin, lebih baik bunuh saja idenya sekalian. Sebab, kalau memaksa dan malah gagal, orang akan mengingat kami sebagai orang yang telah menghancurkan Rangga dan Cinta,” ujarnya.

Galuh percaya, melejitnya kampanye tersebut juga disertai faktor keberuntungan. Namun, ia juga tahu bahwa keberuntungan tidak datang begitu saja, melainkan dibentuk oleh beberapa hal. Ia menjelaskan, untuk memasarkan sebuah iklan, tim marketing harus memahami seluk-beluk brand yang diusung, memiliki wawasan luas, mampu menyasar ide yang diangkat, mengenal target pasar yang dituju, serta mau mendengarkan aspirasi mereka.

Kesuksesan kampanye mini drama LINE menginspirasi banyak brand lain melakukan hal yang sama. Namun, jauh sebelum mini drama AADC, ia juga sukses membuat inovasi baru, yaitu lokalisasi stiker Brown dan Conny. Langkah Galuh membuat stiker versi Indonesia merupakan sebuah langkah yang tidak pernah dilakukan sebelumnya oleh negara mana pun di LINE global. “Karena sukses besar, akhirnya beberapa negara mulai mengikuti langkah kami  untuk membuat stiker lokal,” ujarnya, bangga.       

Tahun 2013, perusahaan yang ditanganinya belum sebesar saat ini. Meski pernah berpengalaman menjadi marketing communication, bekerja sebagai marketing di perusahaan IT merupakan hal baru baginya dan ia dituntut bekerja dengan lebih cepat. Namun, seiring waktu berjalan, ia bisa menaklukkannya.

“Biasanya, pembuatan satu iklan bisa berjalan sampai satu setengah tahun. Tapi, di perusahaan IT,  tiap 2-3 bulan kami harus membuat hal baru. Ternyata, bekerja itu tidak perlu lama, yang penting direncanakan dengan matang,” jelas Galuh, yang merencanakan mini drama AADC dalam waktu tiga bulan.

Tantangan terbesar dan umum yang terjadi dari tenaga marketing, menurutnya, soal angka, mengubah bujet yang diminta menjadi hal yang bisa dipertanggungjawabkan dengan KPI. “Pertanggungjawaban dari ide terkadang susah sekali. Untungnya perusahaan tempat saya bekerja sangat terbuka dengan ide, as long as you can sell it right,” ujar Galuh, yang juga menelurkan Nic & Mar, mini drama yang melibatkan artis Nicholas Saputra dan Mariana Renata. Karena itu, menurutnya, penting bagi  tiap orang memiliki kemampuan menjual guna melangkah ke jenjang berikutnya. Menjual berarti bukan hanya membuat barang laku, tapi juga menjual ide dan mimpi.

Kuncinya, buka mata dan telinga --karena ide bisa datang dari mana saja--, dan gigih mengejar ide. Kegigihan ini penting untuk membuat orang percaya dengan ide yang dijual. “Proposal ditolak itu biasa. Jangan langsung menyerah, tapi dengarkan apa masukannya, kemudian rapikan, lalu balik lagi. Itu terjadi di hampir  tiap proyek yang saya kerjakan. Tapi, hidup adalah soal peluang. Makin banyak mencoba, makin besar kemungkinan berhasil,” ujar Galuh, penuh semangat. (f)

 


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?