Profile
Ellen Nio, Berhadapan dengan Birokrasi Jadi Tantangan Perkenalkan Jakarta Smart City

16 Mar 2017


Foto: Dok. Pribadi

Wanita bisa dianggap minoritas di dunia teknologi dan digital, tapi semangat untuk membuktikan potensi diri dan memperluas kesempatan berkarya di bidang ini terus tumbuh pada diri mereka. Seperti pengalaman Ellen Nio (27), Team Leader Tim Gubernur untuk Program Percepatan (TGUPP) Jakarta Smart City.
 
Tanggung jawab seperti apa yang Anda miliki di tempat kerja?
Sejak awal tahun 2016, setelah bergabung untuk magang pada September 2015 di TGUPP, saya berkesempatan untuk mengoordinasi Jakarta Smart City. Yang menjadi fokus Jakarta Smart City saat ini adalah e-government system, pengaduan masyarakat, dan transparansi data. Tugas saya dan tim mencakup proses perencanaan, pengawasan, mendorong koordinasi yang lambat, menyelesaikan masalah, hingga menggali inovasi baru.
 
Sejak kapan menekuni bidang teknologi informasi?
Kecintaan saya terhadap teknologi informasi sejak kecil dipupuk lewat kegemaran mengutak-atik komputer dan main game. Setelah menamatkan kuliah di Jurusan Informatika Universitas Pelita Harapan pada tahun 2010, tahun berikutnya saya melanjutkan pendidikan di  Teknik Komputer di Kyungsung University, Korea Selatan, atas beasiswa Global IT Scholarship Student. Di sini, saya menyaksikan betapa kemajuan teknologi tak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tapi juga sangat inklusif terhadap semua gender dan umur. Sebelum bergabung dengan TGUPP, saya sempat bekerja di sebuah start up digital sekembalinya ke Indonesia pada tahun 2013. Jabatan terakhir saya di sana adalah vice president of products.
 
Cara Anda mengasah keterampilan profesional?
Saya banyak membaca, mengikuti kelas online, juga mengikuti berbagai pelatihan dan bergabung dengan banyak komunitas di bidang teknologi informasi. Saya selalu menempatkan diri sebagai junior yang mau belajar lebih banyak, sambil berbagi pandangan dan rencana proyek saya. Dalam bekerja, saya juga merangkul partisipasi anak muda dan komunitas start up, misalnya saat melakukan registrasi digital bagi UMKM dan pedagang kaki lima untuk program #kaki5JKT di Blok S, Jakarta Selatan.
 
Apa tantangan profesi yang Anda hadapi sehari-hari?
Berhadapan dengan birokrasi, mempelajari peraturan sebelum menetapkan sistem baru, dan meyakinkan pengguna untuk menggunakan sistem dan teknologi baru, menjadi tantangan besar bagi saya. Namun, pekerjaan ini terasa sangat istimewa, karena semua yang saya lakukan bersama tim dapat dirasakan dan memengaruhi pelayanan untuk seluruh masyarakat Jakarta.
 
Pendapat Anda tentang minimnya keberadaan wanita di industri teknologi informasi?
Selama ini, setidaknya 80% rekan kerja saya adalah pria, tapi itu tidak menghalangi berkembangnya karier saya. Menurut saya, cara pandang wanita, yang cenderung lebih terperinci dan berempati pada penggunanya, justru dibutuhkan dalam industri ini, khususnya dalam hal pengembangan produk dan user experience. Saya juga tidak ragu terjun langsung bila ada proyek yang menuntut untuk turun ke lapangan, maupun meminta bantuan bila ada yang membutuhkan pekerjaan fisik yang di luar kemampuan saya. (f)


Baca juga:
Alamanda Shantika Santoso, Dorong Wanita Andal di TI
Teknologi Digital Mempersempit Kesenjangan Gender
Indonesia Rendah Digital Fluency dalam Percakapan di Chat Messenger


Topic

#digital, #teknologi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?