Money
Perencanaan Keuangan Untuk Pengantin Baru

12 Mar 2019


Foto: Shutterstock

Mungkin, karena terlalu bahagia karena sudah menikah, pasangan muda kerap mengabaikan perencanaan keuangan dan pengelolaannya. Merasa sudah sangat yakin dan percaya, mereka pun menyerahkan sepenuhnya kepada pasangan. "Padahal, pengelolaan keuangan adalah tanggung jawab bersama," jelas Prita Hapsari Ghozie, Financial Planner dari ZAP Finance.
 
Memang, terkadang butuh waktu bagi pasangan yang baru menikah untuk menyesuaikan diri satu sama lain dalam banyak hal, termasuk dalam mengelola keuangan. Tidak sedikit yang masih ragu membicarakan uang kepada pasangan, karena dianggap isu yang canggung untuk didiskusikan. Padahal, menurut studi TD Bank di Amerika Serikat, 78 persen pasangan yang secara rutin membicarakan tentang uang seminggu sekali merasa jauh lebih bahagia daripada 50 persen pasangan yang jarang membicarakannya.
 
Ketika belum menikah atau saat masih pacaran, kita nyaman saja dengan uang sendiri, mau digunakan seperti apa dan untuk apa, semua milik sendiri. Tapi, semua akan berubah ketika sudah menikah. Uangku uangmu, uangmu uangku. Sehingga, ketika menggunakan uang, kita jadi lebih berhati-hati karena berkaitan dengan kepentingan bersama.
 
Tak dapat dipungkiri, menyatukan dua pola pengaturan keuangan yang berbeda menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan muda. Namun, biar bagaimanapun, para newly married couples ini wajib memikirkan cara mengelola keuangan sejak dini, sebagai tindakan antisipasi apabila keadaan finansial domestik sedang tak baik.
 
Bukan tanpa sebab, kekeliruan mengelola keuangan sering menjadi faktor pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga, hingga terkadang menyebabkan perceraian.
 
Prita mengatakan, ada perbedaan dalam mengelola keuangan pada pasangan generasi muda saat ini. Pengaruh teknologi dalam kehidupan sehari-hari turut memengaruhi gaya hidup dan cara mengelola finansial. Misalnya, menurut Prita, banyak yang memanfaatkan teknologi untuk melakukan peminjaman, atau membayar cicilan secara online untuk pembelian pengalaman seperti traveling.
 
Teknologi memang membawa beragam manfaat, tapi bisa juga membawa dampak buruk bila tidak bijak dalam penggunaannya. Internet digunakan bukan lagi sekadar untuk komunikasi atau mengonsumsi konten, tapi juga melakukan transaksi seperti kebutuhan transportasi, membeli makanan, jalan-jalan, hingga berbelanja pakaian dan kebutuhan sehari-hari.
 
Data Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy SEA 2018 menunjukkan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) bisnis e-commerce di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 12,2 miliar dolar AS (sekitar Rp172 triliun). Hal ini tentu disebabkan karena penduduk Indonesia sangat bergantung pada pembelian produk secara online.

Sadar atau tidak sadar, budaya digital dan penggunaan internet untuk bertransaksi ini mendorong generasi milenial menjadi konsumtif. Ini harus diwaspadai oleh para pasangan muda.
 
Di sisi lain, dalam hal perencanaan, tak sedikit pula yang memanfaatkan aplikasi digital untuk membantu mereka mengatur pos pengeluaran, seperti membayar listrik, asuransi kesehatan, dan belanja bulanan. Ada juga pasangan yang sudah mulai membeli aset investasi, seperti reksa dana, saham, dan savings bond ritel secara online.


Meski teknologi makin memudahkan, ada hal yang perlu diperhatikan. Lanjutkan ke halaman berikut.



Topic

#keuangan, #perencanaankeuangan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?