Home Interior
Harapan Pemilik Rumah dari Arsitek saat Membangun Rumah

11 Jun 2016


Foto: Dok Pribadi arsitek dan desainer Doddy Sunarya, Bambang Wicaksono, dan Rendhy Octavian

Anda sedang merencanakan membangun atau merenovasi rumah? Membangun atau merenovasi rumah dengan hasil maksimal ternyata perlu trik. Ada banyak faktor teknis dan nonteknis yang perlu diperhitungkan. Faktor teknis misalnya ukuran bangunan, biaya yang harus dikeluarkan, waktu yang siap terbuang, hingga penentuan arsitek atau desainer interior yang bisa membantu mewujudkan keinginan. Faktor nonteknis misalnya apakah ada kecocokan antara ide dan selera pemilik rumah  dan arsiteknya. Menyatukan dua sudut pandang berbeda antara si arsitek atau desainer interior dengan Anda sebagai pemilik rumah wajib dilakukan  untuk memberi hasil akhir pembangunan atau renovasi rumah yang maksimal.

Bagaimana suara klien atau pemilik rumah? Bagaimanapun juga, penilaian akhir ada di tangan klien. Beragam klien, beragam pula prioritas mereka. Selain hasil akhir, ternyata kepuasan para klien juga terletak pada komunikasi yang terjalin  baik selama proses kerja berlangsung.

Contohnya adalah Margaret Hartono, graphic designer yang merenovasi rumah pada Agustus 2015 lalu. Untuk merealisasikan keinginannya itu, ia tidak ingin salah memilih desainer interior, apalagi renovasi ini terbilang total. Jadi, yang dilakukannya adalah mencari secara serius, online maupun offline. Akhirnya, lewat media sosial  ia menemukan desainer yang kira-kira cocok dengan selera dan gaya desain yang diinginkannya. 

Yang diinginkan Margaret saat itu adalah desain yang mengutamakan  kenyamanan dan mengoptimalkan fungsi. “Desainer yang kami pilih memberikan masukan dan ide yang saya butuhkan untuk mewujudkan keinginan saya, bahkan idenya lebih bagus,” ungkapnya.

 Margaret mengakui, komunikasi yang baik dengan desainer sangat membantunya dalam memaparkan konsep yang ia inginkan. Bahkan ia juga berharap, saat proses renovasi ini selesai, ia dapat terus berkomunikasi dengan si desainer mengenai perawatan hunian barunya.

Hampir senada dengan Margaret, Anita Kietty, karyawati yang juga menginginkan komunikasi yang lancar dengan desainer interior. Apalagi waktu yang diberikannya untuk merenovasi rumahnya di kawasan Tangerang  itu sangat terbatas,  hanya 6 bulan. Anita memercayakan proses renovasi yang mencakup 80% bagian rumahnya itu kepada Diagram Studio, Jakarta. “Saran dan ide berasal dari saya, dan desainer kami dapat menerapkan semua itu dengan tepat. Bahkan saya dijanjikan renovasi ini akan selesai dalam 2 bulan, dan desainer kami memenuhi janjinya,” ungkapnya, senang.

Dua contoh di atas adalah kisah sukses, tapi ada banyak pemilik rumah  mengalami hambatan berkomunikasi dengan arsitek atau desainer interior yang sedang membangun rumahnya sehingga hasil akhirnya tidak sesuai harapan. Ilman Fachrial, contohnya. Pria pemilik  rumah di kawasan  Rempoa itu  punya pengalaman kurang menyenangkan. “Bisa dibilang, kepuasan saya  hanya  85% terhadap kinerja arsitek tersebut. Kekurangannya, ia tidak  komunikatif perihal adanya material bangunan yang sulit dicari, dan  saya harus cari sendiri alternatifnya. Selama proses renovasi, si arsitek beberapa kali tidak hadir untuk pengawasan rutin,”  kata Ilman.

Untungnya, kekecewaan tersebut sedikit terbayarkan dengan lancarnya proses konsultasi desain bersama si arsitek. Ilman merasa si arsitek tak ragu untuk mengajaknya terlibat dalam proses pengembangan sehingga konsep minimalis dan open space yang ia harapkan terwujud  indah.

Kadang-kadang arsitek lupa, ada keterbatasan pemahaman klien terhadap unsur desain atau pembangunan rumah umumnya sehingga diskusi memerlukan waktu lebih panjang, atau bahkan menjadi buntu. Inilah yang dialami oleh Sherly Novita, penggemar traveling dan fotografi. Ia merasa bingung karena keinginannya membuat basement justru diragukan  si arsitek. Si arsitek mensyaratkan ketersediaan pompa air, bila Sherly tetap ingin membangun basement pada hunian di kawasan Cibubur itu. Diskusi mereka menjadi panjang untuk memberi pemahaman kepada pemilik rumah ini apa yang menyebabkan  pembangunan basement  tidak ideal di kawasan tersebut.

“Kami akhirnya setuju tidak membuat basement  dan itu ternyata keputusan yang tepat. Belakangan kami baru tahu ada ‘antrean’ air menuju tempat pembuangan yang menyebabkan genangan air di depan rumah cukup tinggi bila curah hujan tinggi,” papar Sherly. Itu sebabnya, kalaupun basement ini tetap dibangun, diperlukan pompa air.

Dalam pembangunan rumah yang memakan waktu satu setengah tahun itu, arsitek yang dipilih Sherly sangat aktif mengajak berdiskusi untuk benar-benar dapat merealisasikan konsep rumah hemat energi yang diinginkan Sherly dan suaminya.
 
Harapan  pemilik rumah dari arsitek atau desainer interior:
  1. Pemilik rumah, apalagi  suami dan istri, sering kali memiliki ide yang berbeda satu sama lain. Di sinilah mereka mengharapkan arsitek atau desainer interior  dapat menjadi penengah dan memberi solusi terbaik yang dapat mengakomodasi semua ide.
  2. Sebagai orang awam, tak jarang pemilik rumah sulit mengerti istilah-istilah desain yang digunakan  arsitek. Maka, akan sangat membantu bila arsitek mau bersabar untuk menjelaskan secara mendetail, meskipun hal itu memakan waktu.
  3. Pemilik rumah membutuhkan ide dan saran arsitek bukan hanya selama proses  pembangunan berlangsung, tapi juga setelahnya. Contohnya, untuk perawatan berkelanjutan.
Bila sesuatu terjadi di luar rencana, contohnya material yang ternyata tidak tersedia, pemilik rumah ingin diberi tahu secepat mungkin sehingga bisa dicarikan solusinya segera. (f)

Nathania Hapsari


Topic

#DesainInterior

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?