Health & Diet
Waspada! Penyakit Jantung Sering Diawali Gejala yang Tampak Sepele

11 Jun 2017


Foto: Fotosearch

Mitosnya, penyakit jantung koroner merupakan male disease.

Fakta tersebut jelas mengejutkan. Bahkan di negara semaju Amerika Serikat, penyakit jantung koroner menjadi pembunuh nomor satu bagi wanita. Satu dari tiga wanita di sana meninggal karena terserang penyakit jantung koroner. Hasil studi Women & Cardiovascular disease 2012 menyimpulkan bahwa setiap tahunnya ada 7,5 juta wanita yang menderita jantung koroner dan lebih dari 500 ribu wanita mengalami serangan jantung, baik yang fatal maupun tidak.

Sedangkan di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI 2007, angka prevalensi penyakit jantung pada wanita sebesar 8,1%, lebih tinggi ketimbang pria yang mencapai angka 6,2%. Angka kematian komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah pada wanita juga lebih tinggi daripada pada pria.

Meski begitu, masih banyak wanita yang belum sepenuhnya menyadari bahaya penyakit mematikan ini. “Hal ini terjadi karena adanya salah konsepsi dalam dunia medis dan masyarakat, yang menganggap penyakit jantung koroner hanya menyerang kaum pria saja. Sehingga, wanita jadi menganggap remeh penyakit ini,” jelas dokter spesialis penyakit jantung, dr. P.Tedjasukmana Sp.JP.(K).

Anggapan bahwa banyak wanita menyepelekan penyakit jantung koroner juga tak bisa lepas dari faktor gejala yang sulit dideteksi. Tak seperti pada pria, gangguan jantung koroner pada wanita sering kali terjadi tanpa disertai tanda-tanda yang jelas. Biasanya keluhannya terlihat ‘sepele’. Seperti jantung berdebar, sesak, lelah, perasaan ingin pingsan, keringat dingin, dan mual. Umumnya, hal itu itu terjadi pada saat istirahat tidur di malam hari atau ketika stres.

“Memang belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tetapi secara fisiologis, hal itu disebabkan dua faktor, yaitu stimulasi saraf perasa dan kepekaan susunan syaraf yang berbeda pada tubuh setiap individu,” jelas dr. Tedjasukmana. Setiap individu, baik pria maupun wanita, memiliki stimulasi saraf perasa dan kepekaan susunan saraf yang berbeda. Peran kedua faktor tersebut di tubuh setiap manusia sangat bervariasi, tergantung dari jenis kelamin, usia, juga penyakit penyerta seperti diabetes mellitus. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua wanita penderita penyakit jantung koroner mengalami nyeri dada.

Selain itu, faktor pelayanan kesehatan di rumah sakit ternyata juga menjadi penyebab rendahnya pemahaman wanita terhadap penyakit jantung koroner. Fakta yang terjadi di lapangan, kaum wanita cenderung terabaikan ketika mengunjungi UGD dengan keluhan sakit dada.    

Menurut dr. Tedjasukmana, dalam praktek sehari-harinya, wanita yang berobat ke UGD dan mengeluh sakit dada, tidak mendapatkan pelayanan serius seperti pada pria. Mereka juga jarang dirujuk ke dokter spesialis jantung ataupun perawatan di ICU. “Ketika dikonfirmasi pada wanita dengan gangguan jantung koroner, pengobatan yang mereka terima memang kurang optimal. Tindakan pemeriksaan non-invasif maupun invasif juga jarang dilakukan pada wanita yang mengeluh sakit dada,” tukasnya. 

Memunculkan kesadaran bahaya jantung koroner pada wanita memang gampang-gampang susah, terlebih bagi wanita muda. Sebab ada pula anggapan bahwa wanita yang belum mengalami menopause memiliki risiko lebih kecil terserang penyakit jantung koroner daripada mereka yang sudah menopause.

“Hormon esterogen pada wanita belum menopause masih bekerja dengan baik. Hormon ini berperan memproteksi terjadinya gangguan jantung koroner, juga mampu mempertahankan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) dan menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol buruk) dalam tubuh,” jelasnya. Tak hanya itu, hormon esterogen juga memiliki efek memperbaiki fungsi endothelial pembuluh darah dan menyebabkan relaksasi pada otot polos pembuluh arteri.

Dengan hormon esterogen, kerusakan pada dinding pembuluh darah serta peningkatan tekanan darah dapat dicegah. Sedangkan ketika menopause, manfaat positif esterogen itu menurun. Alhasil, tingkat kematian wanita dengan gangguan penyakit jantung koroner meningkat pesat di masa menopause.

Kendati masih terbantu dengan hormon esterogen, bukan berarti wanita muda terbebas dari gangguangjantung koroner. Sebab, fakta di lapangan menunjukkan bahwa frekuensi serangan penyakit jantung koroner non genetik pada wanita muda kini kian meningkat.

Sebuah penelitian dari National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, AS, menyimpulkan bahwa angka kematian mendadak akibat serangan jantung pada wanita di bawah 35 tahun, meningkat 30%. Hal itu terjadi tak lain disebabkan oleh gaya hidup tak sehat serta kebiasaan buruk yang Anda lakukan sehari-hari. Kini, jelas sudah tak ada lagi alasan bagi para wanita menganggap enteng penyakit jantung koroner. (f)

Baca juga:


Topic

#sakitjantung

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?