Health & Diet
Samatha Bavana, Meditasi Harian yang Bisa Dicoba Untuk Menyembuhkan Diri

18 Nov 2017


Foto: Fotosearch

Stop and listen, berhenti untuk mendengar. Ini menjadi kalimat kunci yang membukakan pada kesadaran diri dan pencerahan. Terdengar simpel, tapi pada kenyataannya sangat sulit! Dewasa ini, rata-rata orang mendengar bukan untuk memahami, tapi untuk menjawab balik dan beradu argumen. Suara saya lah yang paling benar dan perlu didengar.

Jangankan mendengarkan orang lain berbicara, menyimak aliran napas kita sendiri saja rasanya susah. Ini yang banyak membuat orang sulit menjalani latihan dasar meditasi yang mengajak kita menghayati dan merasakan setiap tarikan napas. Belum selesai mengembuskan napas pertama, pikiran sudah melayang ke mana-mana. Sebab, cara kerja otak kita sudah telanjur terbiasa untuk melakukan multitasking.
Untuk mengembalikan kesadaran diri kita sebagai makhluk yang lebih fokus, utuh, menyatu, antara fisik, hati, dan pikiran, dan melatih mindfulness, Gobind Vashdev, praktisi self healing, memberi tip meditasi sebagai berikut:
 
>>Samatha Bhavana atau meditasi ketenangan. Tujuannya melatih pikiran sehingga terkendali dan akhirnya diam dan hening.
 
Cara: Pusatkan pikiran pada keluar-masuknya napas. Saat bernapas, udara menyentuh ujung rongga hidung, maka kita amati dan mencatatnya dalam batin sebagai ‘napas masuk’. Juga saat mengembuskan napas (secara alami), udara melewati ujung rongga hidung, kita mencatat hal itu sebagai ‘napas keluar’. Demikian seterusnya, dengan pikiran selalu terpusat pada ujung rongga hidung.

“Saat kita bernapas melalui hidung, ada aliran gas nitrogen hidroksida yang melembabkan bagian rongga yang ke bagian amigdala otak, yang terhubung pada emosi-emosi. Aliran udara itu mendinginkan dan membuat kita tidak mudah emosi,” jelas Gobind.

Segala sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai gangguan, apakah itu suara teriakan orang, suara tangis anak yang sedang rewel, suara klakson mobil atau motor yang bersautan, atau apapun yang membuat pikiran kita tersedot ke sana. Anggap semuanya ini sebagai bel kesadaran.

“Begitu bel berbunyi, maka semuanya harus berhenti, dan kembali melihat ke dalam diri. Jadi switch mindset kita bahwa distraksi adalah bel kesadaran, dari sesuatu yang memancing kita untuk keluar, menjadi pengingat kita untuk kembali melihat ke dalam,” ujar Gobind.
 
Manfaat: Apabila latihan ini kita lakukan setiap hari dengan penuh komitmen, maka dalam waktu seminggu pikiran kita akan lebih fokus pada keluar-masuknya napas. Artinya, konsentrasi kita akan semakin tajam. Jika latihan terus berlanjut hingga hitungan bulan, maka pikiran kita akan semakin terpusat dan terasah.
 
Kapan waktunya?  Waktu terbaik adalah dengan bangun lebih pagi. Dalam dunia meditasi, ini dikenal sebagai waktu Brahma. Lakukan selama 1-2 menit, lalu buat titik-titik meditasi dalam keseharian Anda. Misalnya, 1-2 menit sebelum makan siang, di sore hari, dan sebelum tidur di malam hari. Bahkan, ketika kita sedang menunggu datangnya taksi, atau kereta commuter line pun, latihan ini bisa dilakukan. “Titik-titik meditasi selama seharian ini akan terhubung menjadi suatu lingkaran yang akan menjaga agar kita tetap mindful,” ujar Gobind.
 
Tip: Saat melakukan meditasi, seringkali pikiran kita melayang pada hal-hal lain. Tidak apa-apa. Setiap kali pikiran itu muncul, ajak pikiran untuk kembali fokus pada keluar-masuknya udara.(f)


Baca juga:
Amarah Anda Sering Meledak? Cek 5 Cara Mudah Meredam Emosi Ini
Sering Merasa Emosi? Cegah Dengan Tidur
Kuasai Emosi-Emosi Negatif Untuk Menyembuhkan Diri Setiap Hari


Topic

#menyembuhkandirisendiri

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?