Health & Diet
Porsi Pas Konsumsi Kedelai

4 Nov 2016


Foto: Fotosearch

 
Siapa tak kenal kedelai? Selain karena cita rasanya yang mudah diadaptasi dengan berbagai jenis makanan dan minuman, popularitas kedelai di dunia gizi juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Pada beberapa buku dan jurnal kesehatan, si mungil ini bahkan mendapat julukan Gold from The Soil karena kandungan nutrisinya. Kedelai memang merupakan salah satu alternatif protein hewani yang diyakini memiliki banyak manfaat kesehatan.

Di Indonesia, bahan pangan polong-polongan ini sangat mudah ditemukan dalam berbagai produk olahan, mulai dari tempe, tahu, kecap, susu kemasan, protein bar, hingga suplemen. Meski populer, tidak sedikit yang ragu dan mempertanyakan efek samping dari mengonsumsi kedelai. Terutama karena kadar fitoestrogen atau isoflavon yang cukup tinggi dalam kedelai.

Meski memiliki sifat menyerupai hormon estrogen, fitoestrogen tidak terbukti sebagai biang keladi tunggal dari ketidakseimbangan hormon seperti yang dikhawatirkan Via dan Sharon. “Kondisi tersebut pada dasarnya disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurang olahraga, pola makan, dan tingkat stres dalam jangka waktu tertentu,” jelas dr. Christina Olly Lada, M.Gizi., Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dari Universitas Nusa Cendana di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Hal senada juga disampaikan oleh Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. “Ketidakseimbangan hormon umumnya bukan diakibatkan oleh masukan estrogen dari luar tubuh, melainkan karena terjadinya gangguan produksi estrogen yang utama dari dalam tubuh sendiri, yaitu dari ovarium atau karena peningkatan sumber estrogen lain dalam tubuh, salah satunya lemak tubuh, dalam jumlah besar,” papar dr. Dwiana.

Jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar dalam makanan sehari-hari,     fitoestrogen juga terbukti tidak cukup untuk menimbulkan efek pada organ reproduksi dan perkembangan organ reproduksi anak laki-laki maupun anak perempuan. Akan tetapi, dokter biasanya akan memberikan perhatian lebih pada seseorang yang memiliki kondisi tertentu. Umumnya pada wanita dengan kadar estrogen terlalu tinggi atau seseorang dengan reseptor estrogen berlebih dan terlalu sensitif seperti penderita kanker payudara dan hyperplasia endometrium.

“Orang-orang dengan kondisi tersebut sebaiknya menghindari makanan apa pun yang dapat meningkatkan kadar estrogen. Bukan hanya kedelai, tetapi juga lemak. Estrogen juga bisa dihasilkan oleh lemak dalam tubuh,” ungkap dr. Dwiana.

Bila Anda tidak termasuk dalam kategori tersebut, konsumsi kedelai untuk pemenuhan gizi tidak perlu dihindari. “Batasi konsumsi kedelai sebanyak 20-40 gram per hari dan sebaiknya tidak dikonsumsi  tiap hari,” saran dr. Christina.

Konsumsi kedelai secara berlebihan berisiko meningkatkan proses peradangan dalam tubuh manusia. Hasilnya, tubuh jadi lebih banyak memproduksi radikal bebas. Radikal bebas tersebut memang dapat dinetralisasi oleh tubuh. Namun, jika terjadi terus-menerus, kemampuan tubuh untuk menghadapinya akan berkurang. Daya tahan tubuh akan ikut menurun.

Agar manfaatnya lebih maksimal, sebaiknya hindari mengonsumsi suplemen bahan aktif yang telah diekstraksi dari kedelai, seperti kapsul ekstrak isoflavon. “Isoflavon yang masih terkandung dalam kedelai, manfaatnya jauh lebih efektif dibandingkan dengan yang sudah diekstrak,” ujar dr. Christina. Gunakan metode merebus atau mengukus dan fermentasi seperti pada tempe untuk meningkatkan kualitas gizi, khususnya protein, pada kedelai. Jadi, masih ragu mengonsumsi kedelai?(f)


Topic

#kedelai

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?