Health & Diet
Mendadak Nyali Jadi Ciut? Cari Tahu Penyebabnya di Sini

14 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Awalnya Vivi dikenal sebagai cewek superberani. Pulang kantor menjelang dini hari atau liburan sendirian ke luar negeri, sih, biasa banget. Bahkan dalam sebulan, Vivi cuek bersolo traveling menjelajahi dua negara yang bahasanya sama sekali nggak dia kuasai. Mendadak tiga bulan belakangan sikapnya berubah. Jangankan diajak liburan bareng ke luar kota, naik pesawat saja ditolaknya mentah-mentah. Yap, Vivi mendadak parno terhadap angkutan umum!

Memang, nggak selamanya kita selalu bersikap pemberani. Pasti, lah, ada kalanya nyali kita ciut dan akhirnya berubah jadi gampang parno. Menurut Erin Mutiara Naland, M.Psi, ada dua macam parno, yaitu realistik dan neurotik. Disebut realistik jika disebabkan oleh hal-hal yang masuk akal. Misalnya, parno naik kendaraan umum karena rawan tindakan kriminal. Sebaliknya parno neurotik, tuh, alasannya dibuat-buat, contohnya parno terhadap keberadaan hantu. Umumnya, sih, parno yang kita alami adalah parno realistik yang nggak datang secara dadakan. Erin bilang parno banyak penyebabnya, antara lain trauma akibat pengalaman pribadi, parno akibat melihat, mendengar, atau membaca pengalaman orang lain, hingga parno bawaan.

“Parno karena pengalaman pribadi lebih susah hilang karena membekas, misalnya takut naik pesawat gara-gara pernah mengalami turbulence yang parah. Dalam benaknya dia cemas jika kejadian serupa kembali terjadi,” jelas Erin.
 
Parno bawaan juga banyak dialami, tuh. Biasanya seseorang yang mengalaminya jadi nggak pede bahkan mengurungkan niat saat menjalani aktivitas tertentu. Misalnya, kita enggan menyetir mobil dengan alasan takut menabrak, padahal belum pernah mencobanya sama sekali.

“Parno jenis ini disebabkan karena kita memang nggak yakin dengan kemampuan diri. Pengaruh keluarga dan lingkunganlah yang menjadi pemicu,” kata Erin.

Mungkin dulu ada tindakan ortu yang terkesan kurang memercayai kita, seperti membatasi pergaulan atau melarang kita keluar rumah hingga larut malam. Nyokap pun bisa nggak berhenti mengomel jika kita ketahuan melanggar. Hasilnya, hingga sekarang kita nggak pede bergaul dengan teman baru dan was-was bila harus dinas luar kota sendirian.

“Ortu yang terlalu keras, tukang kritik, dan banyak melarang cenderung membuat anaknya menjadi pencemas dan gampang parno. Fyi, wanita lebih sering parno dibandingkan pria karena lingkungan sering menempatkan wanita sebagai makhluk lemah,” ucap Erin.
 
Menurut Erin, parno sebenarnya dibutuhkan. Pasalnya parno membuat kita lebih aware terhadap situasi saat itu. Dampaknya, kita lebih memerhatikan keamanan diri kita.

“Setiap orang bisa parno, hanya kadarnya yang berbeda. Jika hanya parno kecil-kecilan yang berdampak membuat kita lebih waspada, ya, nggak perlu dihilangkan. Tapi jika kita sampai enggan beraktivitas, harus diatasi. Parno yang dibiarkan akan membuat kita dikucilkan, depresi, bahkan bikin kesehatan menurun.”

Erin pun menambahkan bahwa nggak selamanya butuh bantuan tenaga profesional untuk menghilangkan parno. Diri sendiri dan lingkungan pun bisa diandalkan.

Menghilangkan parno tergantung dari tingkatannya. Jika parno karena pengalaman pribadi dan berdampak depresi tentu perlu bantuan profesional. Tapi  jika tingkatnya lebih rendah bisa dikurangi dengan cara menantang diri sendiri. Kalau orang lain mampu menghadapinya, kita pun bisa,” ungkap Erin.

Setelah berhasil melewati tantangan itu, kita akan jauh lebih berani. Lingkungan pun bisa membantu dengan memberi dukungan positif serta mengingatkan kerugian yang didapat jika parno tersebut nggak segera diatasi.

Media sosial dan pesan berantai bisa dibilang menjadi salah satu pemicu parno. Kemudahan masyarakat mengakses internet membuat setiap orang berlomba menyampaikan informasi. Masalahnya bad news is good news, berita yang bikin heboh adalah yang bermuatan negatif, meski kadang isinya hoax. Apalagi menurut Ricardi Adnan, sosiolog dari Universitas Indonesia, karakter masyarakat Indonesia, tuh, mudah terpengaruh sehingga cepat percaya hoax dan akibatnya gampang parno. Erin pun menyarankan agar seseorang berpikir panjang sebelum menyebarkan informasi yang didapat. Cari tahu dulu kebenarannya, dengan begitu kita nggak terus-menerus parno yang malah merugikan diri sendiri. (f)

Baca juga:
Alasan Ketakutan Anda Pada Masa Depan
Mengapa Seseorang Takut Badut?
Melawan Takut

 
 


Topic

#psikologi, #parno

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?