Health & Diet
Imunisasi Lengkap Itu, Wajib!

7 Feb 2018


Foto: 123RF

Rasanya sulit dipercaya, di dunia yang makin modern dengan kemajuan di bidang kesehatan seperti saat ini, kita mendapati fakta adanya kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri. Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI pada 11 Desember lalu, Indonesia sedang menghadapi kejadian luar biasa (KLB) difteri di beberapa daerah, termasuk di DKI Jakarta. “Adanya satu kasus difteri terkonfirmasi laboratorium secara klinis sudah dapat menjadi dasar bahwa suatu daerah dinyatakan berada dalam kondisi KLB, karena tingkat kematiannya tinggi dan dapat menular dengan cepat,” kata Menteri Kesehatan, Prof. Dr.dr. Nila Moeloek, Sp.M(K).

Seperti yang disampaikan oleh Menkes, meski sangat menular dan berbahaya, difteri bisa dicegah dengan imunisasi. Namun, Menkes juga mengakui, wabah ini terjadi karena adanya kesenjangan imunitas (immunity gap) di kalangan penduduk suatu daerah. “Keadaan ini terjadi karena ada kelompok yang tidak mendapatkan imunisasi atau status imunisasinya tidak lengkap sehingga tidak terbentuk kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab difteri, sehingga mudah tertular difteri,” kata Menkes.

Karena itu, Kemenkes melakukan ORI untuk memutuskan penularan, menurunkan jumlah kasus, dan pencegahan agar penyakit tersebut tidak makin meluas. ORI dilakukan di tiga provinsi: Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten dengan vaksin yang mengandung difteri, yaitu DPT-HB-Hib (difteri tetanus pertusis) – hepatitis B – haemophylus influenza Tybe B) untuk anak usia 1-5 tahun, D (difteri-tetanus) untuk anak usia 5-7, dan Td (tetanus difteri) untuk usia 7-19 tahun.

Dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), M.Sc., konsultan ahli Infeksi dan Pediatri Tropik yang saat ini bertugas sebagai Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, Jakarta, mengatakan, saat terjadi KLB, maka Kemenkes akan memberikan vaksinasi difteri 3 kali pada 0,1, dan 6 bulan tanpa memandang riwayat vaksinasi difteri anak sebelumnya, yaitu apa yang dinamakan dengan ORI (outbreak response immunization) tersebut.

“Ajaklah anak Anda untuk diberi vaksin difteri agar terhindar dari penyakit difteri yang mematikan ini,” tegas dr. Karyanti. Maksud ORI adalah agar kekebalan tubuh anak meningkat secara bersamaan serentak sehingga memutuskan penularan kuman difteri dan mencegah terjadinya penyakit sehingga tidak terjadi kematian akibat difteri.

Menurut dr. Karyanti, vaksinasi dalam jadwal yang direkomendasi oleh Satgas Imunisasi PP IDAI merupakan jadwal yang lengkap berdasarkan distribusi penyakit yang masih tinggi di Indonesia. “Semua vaksin yang ada dalam jadwal imunisasi PP IDAI belum dapat masuk ke program nasional karena keterbatasan dana pemerintah sehingga belum dapat tersedia di pelayanan kesehatan pemerintah seperti posyandu, puskesmas dan RS pemerintah. Namun, vaksin difteri merupakan vaksin program pemerintah sehingga tersedia gratis untuk masyarakat di semua pusat pelayanan kesehatan pemerintah,” jelas dr Karyanti.

Vaksin difteri bekerja dengan cara merangsang kekebalan tubuh anak agar dapat melawan kuman. “Karena vaksin difteri merupakan bagian kuman difteri yang mati, maka kekebalan tubuh perlu dirangsang kembali agar kadar kekebalannnya meningkat hingga mencapai kadar optimal (protective level) yang mencegah anak terkena penyakit difteri,” kata dr. Karyanti.

Anak yang sudah mendapatkan 3 kali vaksinasi difteri dibawah 1 tahun dan mendapat vaksinasi ulang ke-4 pada usia 18-24 bulan dan vaksinasi ulang ke-5 umur 5-7 tahun, dapat mencegah penyakit difteri. “Vaksinasi difteri satu kali belum cukup membuat kekebalan tubuh optimal,” tegas dr. Karyanti. 

Lalu, apakah difteri juga menyerang orang dewasa? “Bisa, karena kekebalan tubuh pada dewasa terhadap kuman difteri menurun setiap10 tahun sehingga dewasa perlu diulang vaksinasi difteri tersebut,” ujar dr. Karyanti. Dan pada dewasa, penyakit ini pun sama berbahayanya karena cepat menular dan menyebabkan sumbatan jalan nafas serta kerusakan otot jantung (miokarditis). Vaksinasi pada dewasa diprioritas untuk yang memiliki risiko terpapar kasus difteri seperti para petugas kesehatan, sekitarnya ada yang terkena penyakit difteri.

Dengan melihat fakta-fakta di atas, jelas memang bila vaksinasi memegang peran yang penting. Penyakit-penyakit yang dulu menurun dan kini meningkat kembali tidak bisa dipungkiri juga berkorelasi dengan vaksinasi. “Benar, ini disebabkan cakupan imunisasi menurun sehingga kekebalan tubuh menurun dan mudah tertular penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi. Maka, kejarlah vaksinasi yang lengkap untuk anak-anak dan keluarga,” dr. Karyanti menyarankan. Bagaimana pun 'lebih baik mencegah daripada mengobati'.

Penting diingat!
- Setelah mendapatkan imunisasi DPT, kadang-kadang timbul demam, bengkak, nyeri di tempat suntikan. Hal itu merupakan reaksi normal dan akan hilang dalam 1-2 hari. Bila anak mengalami demam atau bengkak di tempat suntikan, boleh minum obat penurun panas parasetamol sehari 4 kali sesuai umur, sering minum jus buah atau susu, kenakan baju tipis, dan segera berobat ke petugas kesehatan terdekat.

- Anak dengan batuk pilek ringan dan tidak demam tetap bisa mendapatkan imunisasi DPT/DT/Td sesuai usia. Jika imunisasi tertunda atau belum lengkap, segera lengkapi di fasilitas kesehatan terdekat. Sumber: PP IDAI.(f)


Baca juga:
Difteri Menyerang Pernafasan
10 Hal yang Perlu Diketahui Orangtua Tentang Vaksin MR


Topic

#difteri, #penyakitanak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?