Health & Diet
Curhat dan Perasaan Berharga Bisa Membantu Anda Keluar dari Stres

1 Jun 2017


Foto: Pixabay
 
Meski nilai kerugiannya besar, ternyata persoalan kesehatan jiwa masih diremehkan. Stres dianggap bisa berlalu seiring berjalannya waktu. Datang menemui psikiater masih memiliki stigma negatif di kalangan masyarakat kita. Padahal, bisa berakibat fatal, seperti bunuh diri, jika tidak mendapat penanganan yang tepat.

Sayangnya, meski persoalan kesehatan jiwa makin meluas, fasilitas dan sumber daya layanan kesehatan jiwa juga masih sangat terbatas. Dengan lebih dari 250 juta penduduk, saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 830 psikiater dan 400-an psikolog klinis (data Kementerian Kesehatan, Maret 2013). Dari sekitar 2.000 rumah sakit, hanya ada 32 rumah sakit jiwa pemerintah dan 16 rumah sakit jiwa swasta. Selain jumlahnya terbatas, layanan kesehatan jiwa itu juga belum tersebar merata. Baru ada di kota-kota besar saja. 

Stresor memang tidak selalu bisa dihindari, tapi kita bisa menyiasatinya dengan berbagai cara. “Beberapa orang berusaha melakukan ‘terapi’ sendiri dengan cara belanja, makan, atau curhat untuk melepaskan stres mereka,” kata dr. Theresia Citraningtyas, MWH, PhD, Sp.KJ, psikiater dari Ciputra Medical Center.

Curhat yang baik tentunya tidak pada sembarang orang dan sembarang tempat. Media sosial misalnya, yang sering kali menjadi keranjang sampah untuk membuang stres atau menumpahkan beban hatinya. Orang seperti ini lebih membutuhkan empati dan afirmasi dibandingkan solusi.

“Namun, tentu saja tidak perlu seluruh dunia tahu apa masalah kita, sebab itu hanya akan melepaskan beban sesaat, selanjutnya bisa jadi timbul masalah baru akibat curhat kita itu. Bukannya mendapatkan empati, justru terkadang malah di-bully yang dapat membuat perasaan kita semakin terpuruk,” ujarnya.   

Cara yang baik menurut dr. Citra adalah dengan  berolahraga. “Sebab, ketika olahraga, ada hormon endorfin yang dilepaskan tubuh yang membuat mood menjadi senang dan kembali bersemangat,” ungkapnya. Selain itu, disarankan untuk membuat sejumlah list potensi diri untuk lebih mengenali diri dan hal-hal yang patut disyukuri dalam hidup.

“Banyak orang tidak pernah mengumpulkan kemampuan yang bisa ia lakukan. Yang terjadi, orang lebih sering membandingkan dirinya dengan orang lain,” kata dr. Citra. Membangun rasa percaya diri, menyadari citra diri yang positif, kemampuan berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain, bisa jadi penolong kita dari jerat depresi.

Untuk stres pekerjaan, cara menangkalnya adalah dengan menerapkan work-life balance. Studi yang dilakukan Cascade HR menunjukkan, 40% pekerja yang diizinkan pulang lebih awal hari Jumat merasa lebih bahagia dan turun tingkat stresnya karena bisa memiliki waktu sosial dan berkumpul dengan keluarga. Atau, bisa juga dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pekerja. Misalnya, dengan memutar musik dan memberi area untuk karyawan rehat sejenak.

Kita juga bisa menolong orang lain untuk keluar dari depresi. Sebaiknya tanggap dengan perubahan perilaku teman-teman atau keluarga di sekitar kita. “Biasanya, orang yang depresi dan hendak bunuh diri terkadang melakukan sesuatu di luar kebiasaannya,” kata dr. Citra. Misalnya saja, tiba-tiba ia membagi-bagikan semua barang-barangnya. Pernah ada kejadian, seorang anak membelikan ayahnya laptop sembari berpesan agar ayahnya bisa mengetik sendiri pekerjaannya.

Nah, jika menemukan sikap seseorang yang tidak biasa, sebaiknya kita tidak tinggal diam. Bagaimana cara mencegah orang agar tidak jadi bunuh diri?
“Caranya dengan mengajak mereka ngobrol! Tampung semua emosi negatif, seperti rasa sedih, kecewa, marah, putus asa yang diekspresikan dengan tenang tanpa ada reaksi berlebihan. Banyak kasus bunuh diri batal karena mereka menyadari dirinya ternyata cukup berharga dan ada orang yang mau memperhatikan mereka,” tegas dr. Citra. Setelahnya, baru ajak mereka untuk menemui psikolog atau psikiater.

Siapa pun bisa merasakan stres atau depresi, sehingga hendaknya kita mau menunjukkan empati kepada mereka. Hanya dengan mendengarkan mereka, bisa jadi kita sudah menyelamatkan satu nyawa. (f)


Topic

#Stres, #Depresi, #KesehatanJiwa

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?