Health & Diet
Atasi Sikap Ceroboh yang Merugikan Diri Sendiri

27 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Ketinggalan tugas, ketumpahan kopi, kehilangan ponsel atau keteledoran lain, seringnya, nih, membuat kita rugi sendiri—kerugian kecil sampai skala besar! Okelah, kita semua pernah melakukan keteledoran. Masalahnya, nggak semua orang mau menjadikannya pelajaran dan bertekad lebih berhati-hati lain kali. Beberapa di antara kita justru membiarkan kebiasaan ini terus berkembang biak dengan subur. Menurut psikolog Fifi Maila, seseorang cenderung menjadi teledor karena kebiasaan.

“Seseorang yang teledor tidak mau mengingat apa yang harus dilakukannya. Awalnya, sih, nggak sengaja, tapi karena nggak mau belajar dari kesalahannya, akhirnya hal itu berulang,” ujar Fifi.
           
Gara-gara kebiasaan jelek ini, teman-teman pun menjuluki kita 'si ceroboh'. Parahnya, nih, karena sudah biasa, kita nggak menanggapinya. Kita bahkan mencoba berlindung di balik label tersebut. Pas lupa membawa materi presentasi, kita justru menyalahkan orang lain. Alasannya, “Ah, kalian, kan, tahu saya teledor, kenapa disuruh membawa bahan yang penting!” Bukannya berusaha menjadikan kritik teman-teman sebagai motivasi bagi kita memperbaiki diri, eh, malah keenakan berlindung di baliknya. Satu, dua kali, kita mungkin masih bisa selamat. Tapi jika terjadi berulang kali, lama-lama teman kita juga nggak bakal percaya lagi, deh.
           
Sesuai artinya dalam bahasa asing—careless, teledor adalah sikap kurang hati-hati. Biasanya, nih, menurut Fifi, sifat dasar orang yang teledor adalah serba terburu-buru, mudah cemas, dan panik. Akibatnya, tindak-tanduknya jadi asal.

“Karena ingin cepat menyelesaikan sesuatu, seseorang mengesampingkan kesempurnaan dan kerapian, jadinya ceroboh,” jelas Fifi.

Selain karena ingin cepat selesai, kita juga bisa jadi teledor karena menganggap remeh sesuatu. Nggak perlu jauh-jauh, contohnya kerjaan kita sehari-hari saja dulu. Sebagai sekretaris, mengetik surat sudah menjadi rutinitas kita. Berhubung terbiasa menggunakan template surat lama, ketika membuat surat baru kita menganggapnya hal  remeh. Ternyata banyak kesalahan dalam surat tersebut karena kita lupa mengganti tanggal, atau nomor surat. Hal yang kelihatan sepele, namun akibatnya cukup fatal, tuh!
 
Bila akhirnya kita sadar, nih, kalau termasuk orang yang teledor tentu kita sudah banyak menderita kerugian akibat kebiasaan tersebut. Mulai dari kehilangan ponsel sampai rugi waktu gara-gara salah membaca jadwal meeting. Ingin banget berubah, tapi nggak tahu harus mulai dari mana? Menurut Fifi, kita harus mencari tahu dulu, apa penyebab kita jadi teledor. Misalnya saat stres kita mudah lupa atau panik, berarti kita harus lebih siap dalam segala hal. Sebut saja kita mau keluar kota, berarti kita packing, deh, jauh-jauh hari. Jangan besok berangkat, baru packing malam ini. Setidaknya, kita punya waktu untuk mengingat-ingat barang apa yang lupa terbawa.

Kita juga bisa mengatasi kecerobohan kita dengan memandang segala sesuatu sebagai tantangan, sehingga kita pun bakal bersungguh-sungguh mengerjakannya. Bila perlu, tempel 'peringatan kecil' di tempat-tempat yang sering kita lihat. Contoh, kita sering lupa mengancing resleting, tempel note kecil di meja rias dengan tulusan “Jangan lupa kancing resleting!” Percaya, deh, pelan-pelan kebiasaan ini bisa kita hilangkan.
 
“Kadang-kadang orang baru mau berubah karena kritik dan masukan dari orang sekitarnya,” ujar Fifi. Jadi, nih, kalau pacar, teman atau rekan kerja kita yang teledor, jangan dibiarkan, tuh, tapi beri motivasi agar mereka berubah.

Setiap ada kesempatan ingatkan mereka akibat dari keteledorannya di masa lalu. Sekali, dua kali mungkin mereka sebal dan menganggap kita bawel.

“Beri masukan positif yang juga memberikan solusi. Misalnya, nih, 'Biar kamu nggak lupa, lain kali buat catatan saja atau reminder di ponsel'. Ini jauh lebih efektif daripada kita mencap atau menjuluki mereka si ceroboh atau teledor,”  saran Fifi.

Yang terakhir, jangan mudah menyerah dan terus dorong mereka untuk berubah. Namanya kebiasaan buruk pasti nggak gampang mengubahnya. Tapi kesabaran, tuh, selalu memberi buah yang manis—percaya, deh! (f)
 
 
Baca juga:
Mulai Jadi Pelupa? Ini Beberapa Faktor Penyebabnya
Bertahan Karena Kasihan
3 Cara Senam Otak Agar Lebih Fokus


Topic

#psikologi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?