Health & Diet
4 Langkah RICE, Pertolongan Pertama untuk Menangani Cedera Saat Olahraga

5 Dec 2017



Foto: Pixabay
 
Kesadaran menjalani gaya hidup sehat dan keinginan untuk memiliki tubuh ideal membuat tingkat partisipasi wanita dalam olahraga meningkat, lima tahun terakhir ini. Pusat-pusat kebugaran pun dibanjiri member wanita. Belum lagi olahraga di area terbuka seperti freelastic. Banyaknya ajang olahraga, seperti lari 10 kilometer, maraton, trail run, dan bersepeda, membuat gaya hidup ‘berkeringat’ ini makin hit. Namun, seiring itu, insiden cedera olahraga pada orang awam pun makin sering terjadi. Apa yang perlu kita ketahui tentang cedera olahraga?

Untuk menangani cedera olahraga diperlukan tindakan yang tepat. Adapun, tindakan tepat yang bisa dilakukan yaitu prosedur RICE (rest, ice, compression, elevation).  Dokter Andi Kurniawan, Sp.KO dari Sports Medicine Centre Jakarta menjelaskan, seseorang yang mengalami cedera, secepat mungkin harus mengistirahatkan bagian tubuh atau anggota gerak yang cedera.
 
Kompres dingin area yang cedera dengan es, balut dengan perban elastis untuk mengurangi pembengkakan, dan posisikan bagian tubuh atau anggota gerak yang cedera sedikit lebih tinggi dari posisi jantung. “Hal itu bertujuan untuk mengurangi sejenak aliran darah ke area cedera sehingga pembengkakan dapat diminimalkan,” ujarnya.
 
Prosedur RICE dilakukan selama 48-72 jam setelah cedera akut. Kompres dingin dengan es dilakukan tiap 2 jam, masing-masing 10- 15 menit per sesi kompres. “Jika rasa nyeri cukup mengganggu, dapat mengonsumsi obat painkiller, misalnya asam mefenamat atau parasetamol 1-3 hari,” kata dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp.KO, Dosen Luar Biasa Ilmu Kedokteran FKUI, Jakarta.
 
Cedera yang berat kemungkinan memerlukan tindakan operasi. Tujuh puluh dua jam setelah cedera, dapat dimulai program rehabilitasi mobilisasi sendi dengan melakukan peregangan atau mengembalikan rentang gerak sendi.
 
Pemijatan (massage) dapat dilakukan untuk mengurangi kontraksi otot di sekitar area cedera, tapi bukan di titik lokasi cedera. Latihan penguatan otot dan stabilisasi sendi dilakukan secara bertahap. Latihan kekuatan otot isometrik, lalu isotonik, melatih stabilisasi sendi, latihan keseimbangan statik-dinamik dan koordinasi-pliometrik, hingga sembuh seperti sediakala.
 
“Cedera akut umumnya sembuh dalam 2-4 minggu, atau di atas 6 minggu bila cedera berat yang membutuhkan operasi atau pembedahan,” ucap Wisnu.
 
Pertolongan pada cedera kronis untuk jangka pendek sekitar 1-2 minggu bisa mengonsumsi obat antiinflamasi, baik yang diminum ataupun dioles. Bisa juga menjalani rehabilitasi fisioterapi yang bermanfaat untuk pemanasan jaringan cedera dan meningkatkan sirkulasi darah dan pengoksigenan jaringan yang cedera untuk mempercepat penyembuhan.
 
Pemulihan lain yang dapat dilakukan adalah program rehabilitasi mobilisasi sendi atau otot, peregangan atau mengembalikan rentang gerak sendi. Seperti halnya pada cedera akut, pemijatan (massage) diperlukan untuk mengurangi kontraksi otot di sekitar area cedera. Juga latihan penguatan otot dan stabilisasi sendi bertahap dengan latihan kekuatan otot, melatih stabilisasi sendi, latihan keseimbangan dan koordinasi hingga sembuh seperti sediakala.
 
“Beberapa kasus cedera kronis juga membutuhkan tindakan operasi, seperti kasus low back pain yang timbul akibat saraf terjepit (hernia nucleus pulposus) yang berat, heel spur (nyeri pada tumit) yang menyebabkan radang pada bagian telapak kaki (plantar fasciitis), dan lain-lain,” kata Wisnu.(f)


Konsultan:
dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp.KO, Dosen Luar Biasa Ilmu Kedokteran FKUI, Jakarta; Dokter Andi Kurniawan, Sp.KO dari Sports Medicine Centre Jakarta



Baca juga:
Cara Efektif Olahraga dengan Aplikasi
5 Tanda Harus Berhenti Olahraga
Porsi Olahraga yang Pas untuk Kesehatan Jantung


Topic

#cederaolahraga

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?