Setelah merekrut tentara veteran di AS dan pemuda autisme di Kanada sebagai barista, Starbucks melanjutkan langkah ini di Malaysia, dengan membuka gerai yang dioperasikan oleh barista tunarungu. Society of Interpretes for the Deaf di Malaysia membimbing 10 barista ini, memberikan mereka keahlian untuk menikmati profesi yang kini menjanjikan. Transaksi dibantu oleh kartu pemesanan, diiringi bahasa isyarat.
“Kami (Starbucks- red) memiliki banyak sejarah menciptakan kesempatan bagi kaum yang termarginal, meningkatkan kesadaran pada masyarakat akan nilai individu dengan disabilitas dalam lingkungan kerja, dan memperkaya kualitas hidup bagi lebih banyak rekan yang tunarungu,” tutur Sidney Quays, Managing Director Starbucks Malaysia. (f)