Food Trend
Ini Fakta Menarik Tentang Sumpit!

3 Jun 2016


Foto: Fotosearch

Alat makan asal negeri tirai bambu yang jadi ‘milik’ hampir semua negara di Asia.
 
SUMPIT ATAU Chopstick bukanlah sesuatu yang asing di meja makan. Selain untuk alat makan (biasanya mi), sumpit juga kerap dipakai untuk memasak dan memindah makanan dari alat masak ke wadah atau antar wadah. Kini sumpit menjadi ‘milik’ hampir semua negara, terutama di kawasan Asia Timur, seperti Jepang dan Korea. Masing-masing punya ciri khas sendiri, bukan hanya dari bentuk atau bahan pembuatnya, tapi juga cerita unik dibalik kegunaannya.
 
WARISAN DINASTI SHANG
Asal mula hadirnya sumpit punya banyak versi, salah satunya adalah dongeng tentang para lelaki dari Dinasti Shang, Tiongkok, Cina, yang menggunakan tongkat kecil berbahan ranting kayu, untuk mengambil masakan yang dimasak di atas api terbuka, sekitar 3.000 - 5.000 tahun lalu. Tujuan awalnyanya cukup simple yaitu agar tangan tidak ‘terbakar’ oleh api yang digunakan untuk memasak.

Versi lain menyebut bahwa, selain untuk memasak, sumpit juga digunakan saat makan bersama keluarga. Untuk mempererat tali persaudaraan, maka wadah berisi makanan diletakkan di tengah, dan setiap anggota keluarga memegang sumpit untuk mengambil makanan dan memindahkannya ke piring masing-masing Dan, karena yang menggunakan adalah seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak, maka tak boleh ada benda tajam (sendok, garpu, atau pisau) di atas meja. Makanya, ujung sumpit di Tiongkok selalu tumpul (tidak pernah tajam).

Sekian tahun berlalu, sumpit semakin ‘akrab’ dengan kehidupan masyarakat Tiongkok. Dan, di abad ke 6 M, penganut ajaran confusius (satu masa setelah ajaran dinasti Shang) menyebar ke wilayah Asia Timur lain, seperti Jepang dan Korea. Sedangkan di Asia Tenggara, sumpit dipopulerkan oleh imigran Cina yang ‘hijrah’ ke Vietnam di abad ke 19. Berbeda dengan di negeri asalnya dimana sumpit digunakan untuk semua makanan, di wilayah ini sumpit lebih banyak dipakai untuk menyantap mi.
 
‘WAJAH’ SUMPIT
Penggunaan sumpit di berbagai negara tersebut, disesuaikan dengan kebiasaan budaya makan masyarakat setempat. Secara garis besar sumpit dibedakan ber-dasarkan bentuk, ukuran, dan bahan pembuatnya. Di negeri tirai bambu, sumpit dikenal dengan sebutan kuàizi.

Selain ranting kayu, di Cina, kebanyakan sumpit dibuat dari bahan perak. Konon, karena bahan ini ‘mampu’ mendeteksi sekaligus bereaksi dengan ‘racun’ dalam makanan, maka penggunaannya menurun dan digantikan dengan bambu dan plastik. Panjang sumpit sekitar 25 cm, dengan ujung bulat atau kotak, dan sesuai ajaran leluhur, ujung sumpit tidak pernah tajam.

Cerita lain adalah sumpit di Jepang yang terkenal sebagai hashi. Awalnya dibuat bambu atau kayu yang dihaluskan dan dilapis dengan cat hingga mengilap. Terdapat dua ukuran, yaitu untuk pria dan untuk wanita. Sumpit untuk pria selalu lebih panjang (sekitar 10 cm) dari sumpit untuk wanita. Keduanya berukuran lebih pendek dibandingkan dengan sumpit Cina dan Korea. Bentuk ujungnya lancip, atau lebih ‘langsing’ dibandingkan dengan bagian pangkal. Uniknya, masyarakat negeri matahari terbit ini, memiliki sumpit khusus untuk memasak, yang dikenal sebagai ryoribashi. Memiliki panjang 30-40cm dan ideal digunakan untuk memasak tempura.

Bentuk sumpit di Korea, tak kalah spesial. Selalu dibuat dari bahan dasar logam, supaya bisa dicuci dan digunakan berulang kali. Bentuknya panjang dan pipih. Pada saat digunakan, sumpit Korea selalu dipasangkan dengan sendok yang bentuknya juga pipih. Sumpit seperti ini biasanya didekor dengan gambar bunga yang di-grafir di bagian pangkalnya.

Di Asia tenggara, sumpit boleh dibilang ‘terlambat’ dipopulerkan dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur. Meski begitu, hal ini tidak berarti sumpit yang digunakan tidak punya ciri khas tersendiri. Tengok saja sumpit Vietnam yang dikenal sebagai đŭa. Dibuat dari kayu yang dihaluskan dan di furnish hingga mengilap. Ukurannya ada dua, yang berukuran pendek digunakan sehari-hari. Sedangkan, yang berukuran lebih panjang ‘hanya’ dipakai untuk menyajikan nasi ketika jamuan makan resmi.

Sedangkan, di negara Asia Tenggara lain seperti di Thailand dan Indonesia, sumpit yang umum dipakai adalah sumpit kayu sekali pakai. Walau menuai banyak kritik, karena dinilai tidak ‘bersahabat’ dengan alam, namun sumpit ini lebih murah dibandingkan sumpit dari bahan lainnya. Bentuknya mirip kuàizi, hanya sedikit lebih kasar. Umum ditemukan di pedagang mi kaki lima hingga Chinese restaurant. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?