Food Review
Chef Meliana Christanty, Hadirkan Jamuan Nikmat dari Lahan Gambut Kalimantan

28 Jan 2019

"Lahan gambut menyimpan sumber bahan makanan yang sangat kaya. Termasuk menyediakan air bersih, mencegah kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. Tak kenal maka tak sayang. Yuk kenali kekayaan ekologi Indonesia melalui Jamuan Lahan Gambut hutan Kalimantan yang banyak diwarnai oleh tradisi Dayak". Begitu yang tertera di promo acara Jamuan Hutan Lahan Gambut milik Javara Culture. Ajakan yang cukup mengundang.
 
Inilah semangat yang disebarkan oleh chef Meliana Christanty di hadapan petani lahan gambut di sekolah Seniman Pangan, beberapa waktu lalu. Di kelas sepekan yang bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut ini, ia mengajarkan cara mengolah bahan-bahan yang familier di lahan gambut dan menjelaskan beberapa fungsi baru dan tradisi terpendam. Tak semua dari petani tahu fakta-fakta ini, padahal mereka dekat dengan lahan gambut dan acap bertemu dengan bahan-bahan khasnya di keseharian. 
 
“Membran cempedak yang tak terpakai bisa lho, difermentasi menjadi penyedap untuk masakan yang butuh rasa asin.
Biji, daging, hingga membran cempedak bisa digunakan semua, kecuali kulitnya yang keras. Bijinya bisa dikeringkan menggunakan dehydrator dan diolah menjadi tepung,” sebutnya, ditemui di acara yang berlangsung di Javara Culture di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.

Makan malam ini rancangan Javara Culture dan Seniman Pangan. Ia wanita Jogja yang jatuh cinta dengan keragaman hayati Pulau Kalimantan sejak pindah ke Pangkalan Bun. Data-data yang ia dapatkan jarang ada di internet. Pendekatan riset dijalankannya, dari berbicara dengan warga lokal, terjun ke lapangan, dan berpraktik di dapur sendiri. Meliana sudah pernah tampil di pentas internasional untuk menjelaskan tentang kuliner lima provinsi Kalimantan. 
 
Jamuan Hutan Lahan Gambut adalah event kedua di bawah serial EksploRasa yang diinisiasi Helianti Hilman, pendiri Javara. Ia memang menginginkan sebuah payung acara yang mendekatkan orang Jakarta ke budaya-budaya yang tersebar di Indonesia. Nyatanya, kapasitas acara penuh terisi. Tiketnya sold out. Javara sudah punya pengikut dengan ketertarikan pada isu-isu pelestarian kuliner Indonesia. Individu dalam komunitas ini saling lekas akrab berkat kesamaan minat pada topik bahan-bahan endemik.
 
Peserta mencoba hidangan unik, dari nasi sobot ubi kayu khas Samarinda, ayam cincane, lawa mentimun Kesultanan Bulungan, dan udang galah musiman dari sungai. Ada pula juhu ujau, dari rebung Dayak Kayahan. Bubur gunting yang biasanya ada di jajanan malam Kota Pontianak, hadir di antara menu buffet. Bubur manis ini asli Singkawang, khas menggunakan kacang hijau kupas. Sementara, kata 'gunting' merujuk pada cakwe gunting di dalamnya. Sedap dinikmati bersama campuran es batu.
 
Mungkin Anda belum pernah melihat bunga kunyit. Di Kalimantan, bagian ini justru diracik menjadi sambal. Display bahan yang dibawa petani termasuk terung asam rimbang yang sedap untuk masakan ikan. Meliana mengajak femina memasuki dapur. “Ini daun sengkubak, alias daun vestin. Kayak daun salam,” ucapnya. Kesempatan langka bisa mencoba bahan-bahan yang tidak pernah muncul di supermarket modern. (f)

Baca juga: 
Terbesar di Asia Tenggara, Starbucks Reserve Dewata di Bali Punya Bar Superkeren. Ini 6 Faktanya!
Petualangan Rasa Lewat Utak-Atik Warna dan Aroma!
 

 

Trifitria Nuragustina


Topic

#javaraculture, #indonesianfood, #foodreview, #review

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?