Fiction
Gado-gado: Wajah Di Busway

13 Oct 2018


Foto: Freepik

Ini salah satu kisah-ku berjalan menggunakan tongkat putih. Hari itu matahari bersinar cerah , aku janjian dengan Wina. Kami berdua sama-sama mengalami kebutaan di usia dewasa akibat penyakit mata retinitis pigmentosa. Kami berdua low vision (berpenglihatan rendah), artinya hanya bisa melihat sedikit bayangan, namun masih bisa membedakan terang dan gelap.
 
Penglihatan kami seperti melihat sesuatu melalui kaca yang ber-uap. Saat itu untuk pertama kalinya kami memberanikan diri untuk naik busway tanpa bantuan orang awas (berpenglihatan normal). Kami memulai perjalanan dari rumah Wina di Kelapa Gading. Ayah Wina mengantarkan kami sampai di jembatan busway Kelapa Gading. Dan untuk selanjutnya kami
harus berjalan sendiri. Saatnya beraksi!
 
Kami mengeluarkan tongkat berwarna putih dengan tempelan scotlight merah menyala. Berbekal tongkat dan keyakinan, kami mulai berjalan menelusuri jembatan. Tak..tok..tak..tok..aku dan Wina mengerakkan tongkat kami ke kanan dan kiri untuk meraba jalan. Suara tongkat kami menimbulkan bunyi berisik ketika beradu dengan lantai dan tiang jembatan besi.
 
Orang-orang yang berjalan di sekitar kami pun menyingkir memberi jalan. Aku dan Wina menelusuri jembatan itu sambil cekikan, padahal sebenarnya kami merasa tegang dan khawatir. Saat kami tidak yakin dengan arah yang kami tuju, kami mencoba bertanya kepada orangorang yang lalu lalang .
 
Ada orang yang melengos begitu saja, ada juga yang memberikan petunjuk “disebelah sana” kurasa orang itu mengarahkan telunjuknya ke arah yang dia maksud, tapi hei…..kami ‘kan tidak bisa melihat! Jadi sia-sialah petunjuknya itu.. Namun ada juga orang yang berbaik hati mau menuntun kami sampai ke loket.
 
“Pak, kami mau beli karcis busway yang menuju Katedral. Kami tunanetra apakah bisa dibantu menuju bus?,” tanya kami pada petugas.
 
Dengan ramah ia menjawab, “Oh, tentu saja mbak, petugas kami akan membantu mbak berdua ke bus.”
 
Sesaat kemudian ada seorang petugas yang menuntun kami. “OK mbak, ini bus-nya. Hati-hati melangkah ya” seru petugas yang menuntun kami sambil bergegas pergi dan meninggalkan kami di depan pintu bus.
 
Aku dan Wina meraba lantai dengan tongkat untuk mengukur lebar celah antara pijakan jembatan dan pintu bus. Dengan begitu kami bisa mengetahui seberapa lebar kami harus melangkah.
 
Tak lama kemudian pintu bus pun tertutup. Kami bisa mendengar suara dari GPS di dalam busway yang menyebutkan tujuan selanjutnya. Bus itu tidak ada kernetnya, tapi puji Tuhan, siang itu penumpangnya tidak padat sehingga kami bisa menemukan tempat duduk dengan mudah.
 
Selama perjalanan kami asyik ngobrol sampai suara GPS menyebutkan bahwa perhentian berikutnya adalah halte tujuan kami Juanda. Kami segera bersiap-siap berdiri. Berhubung ukuran tubuh saya kecil, mungil dan semampai, alias semeter tak sampai, alhasil tanganku tak bisa meraih pegangan di atas kepalaku.
 
Jadi aku berpegangan pada Wina yang bertubuh lebih besar dan tinggi. Tapi gerakan bus yang tersendat-sendat itu membuat tubuhku tergoncang-goncang, oleng dan hilang keseimbangan...
Alhasil, ketika bus me-ngerem, tubuhku tidak bisa lagi menahan goncangannya, tubuhku hampir terjatuh dan spontan tanganku menggapai-gapai mencari pegangan, dan...plak! Yes!
 
Akhirnya tanganku berhasil meraih sesuatu untuk berpegangan. Kupegang benda itu erat-erat,  tapi sepertinya ada yang janggal.. Kucoba untuk merabanya..hey.., ini kan hidung, bibir, kumis..! Alamak! Ternyata tanganku mendarat di wajah seorang bapak!
 
Dengan penuh rasa malu dan takut, aku meminta maaf sedalam-dalamnya sambil berusaha menjelaskan bahwa kami berdua adalah tunanetra. Untungnya bapak itu mau menerima permintaan maafku. Tapi tak jauh dari situ terdengar suara seorang laki-laki tertawa terbahak-bahak..Sepertinya laki-laki itu duduk persis di sebelah bapak yang wajahnya kuraup itu.. Aduh malunya! (f)

***
 
Deasy Junaedi - Sukabumi
 
Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi.
Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirim melalui e-mail: kontak@femina.co.id atau pos, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado
 


Topic

#gadogado, #fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?