Fiction
Gado-gado: REST IN PEACE

9 Mar 2019


ilustrasi: tania.
 
Apabila ada survei pembaca mengenai berita favorit dari suatu surat kabar, maka dengan mantap saya akan menjawab: obituari.
 
Sedikit aneh barangkali, tetapi saya mempunyai alasan tersendiri mengapa tidak pernah melewatkan membaca berita duka cita.
 
Menurut saya, berita dengan judul RIP, Innalilahi wa ina ilahi rojiun, Sabbe Sankhara Anicca atau sejenisnya sangat sarat makna. Selain makna harafiah, juga mengandung arti pengakuan dari umat manusia terhadap eksistensi Sang Pencipta yang MAHA segalanya.
 
Ibarat USG banyak hal yang bisa diungkap dari 3 kata tersebut. Tentang siapakah Almarhum dan keluarganya, tentang keberhasilan, tentang status sosial. Bahkan tentang budaya. Misalnya Cucu Luar dan Cucu Dalam untuk etnis tionghoa. Anda tahu artinya apa?
 
Ternyata Cucu Dalam adalah cucu yang dilahirkan oleh istri dari anak lelaki si Almarhum, sedangkan Cucu Luar adalah para cucu yang dilahirkan oleh anak perempuan si Almarhum.
 
Saya betah mencermati baris demi baris dari berita duka itu, walaupun yang meninggal tidak saya kenal. Suatu waktu saya membaca berita duka mengenai seorang yang telah mencapai usia yang banyak, 92 tahun. Putra putrinya dengan gelar akademis yang lumayan panjang tinggal tersebar di berbagai negara.
 
Tidak ketinggalan tercantum pula nama cucu dan cicit. Di bagian akhir tertulis: “Tidak menerima karangan bunga, semua tanda simpati akan disalurkan kepada yayasan/lembaga yang membutuhkan”.
 
Secara umum Saya beranggapan kakek tersebut seharusnya hidup berbahagia. Murah hati, Dapat menjaga tubuh atau kesehatannya dengan baik dan beroleh bonus umur panjang. Ia berhasil menghantarkan anak-anaknya mencapai pendidikan yang tinggi, hidup layak serta bahagia bersama pasangan. Cucu-cucu yang pintar dan para cicit yang lucu.
 
Secara finansial pun mapan karena memasang iklan berita duka berukuran sehalaman penuh tentunya tidak murah. Bukankah itu merupakan suatu gambaran yang nyaris sempurna?
 
Entahlah.
 
Dengan membaca obituary terkadang mengajak saya untuk berpikir bijak, jika suatu saat, entah kapan, tiba giliran saya untuk menghadap Sang Pencipta, saya ingin dikenang sebagai apa? Bagaimana peran serta kontribusi saya sebagai pribadi di keluarga, di masyarakat dan di mata Tuhan. Sudahkah saya benar-benar menyelesaikan dengan baik pertandingan hidup yang diberikan ?
 
“Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.”
 
Pepatah tersebut ada benarnya. Cerita kenangan yang mengalir di rumah duka mencairkan sikap egois terhadap pasangan dan orang-orang terdekat.
 
Bahkan ada cerita pasangan yang tadinya cekcok, sepulang dari funeral home menjadi mesra kembali. Coba bandingkan jika kita menghadiri sebuah pesta. Sebagai tamu, kita akan berusaha menampilkan yang the best, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
 
Begitu memasuki area parkir, mata dan mulut kita berdecak kagum sambil sibuk melakukan appraisal terhadap mobil-mobil mewah yang berseliweran.
 
Selanjutnya tatkala kaki melangkah ke Ballroom, kita – terutama perempuan – yang sudah berdandan habis-habisan dan merasa paling cantik sedunia begitu berjumpa dengan Sang Ratu Pesta dan Prince Charming, mungkin timbul rasa dibandingkan. Tidak jarang muncul rasa tidak bersyukur.
 
Dalam kesedihan, manusia di ingatkan pada batas kekuatan dan kedigdayaanTuhan yang tanpa batas, sedangkan dalam kegemerlapan, manusia cenderung melupakan batas-batas tersebut.
 
Pertanyaan lain yang sering muncul tatkala membaca berita RIP adalah Apakah sudah maksimal kita mengasah potensi? Jangan sampai pemakaman menjadi tempat mangkalnya banyak talentan ganggur yang belum terasah dan banyak impian terpendam ikut terkubur. Ada benarnya.
 
***
 
Yulianti Santosa - Jakarta Selatan
 
Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi.
Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirim melalui e-mail: kontak.femina@pranagroup.id atau
pos Femina (Prana Group) Jl. Mampang Prapatan Raya No. 75, Lt 7. Mampang Prapatan Jakarta 12790, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado
 
 


Topic

#fiksi, #gadogado

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?