Fiction
Gado-gado: Pengantin Gosong

20 Nov 2018


ilustrasi: tania.
  
Menjelang pernikahan, berjuta rasanya. Panik. Seperti mengobati bisul dan berharap pecah dengan sempurna pada waktunya. Seorang teman yang sudah menikah menceritakan pengalamannya, “Ada saja rintangannya. Harus siap mental!” Lalu lanjutnya, “Komunikasi di antara calon pengantin mesti terjaga. Hal sepele saja bisa memicu pertengkaran!”
 
Ternyata benar. Menyatukan dua insane memang tidak mudah. Karena itu artinya melibatkan orang tua, keluarga, kebiasaan, kebudayaan, hingga hal yang remeh-temeh. Apa pun urusannya, harus ada kata sepakat sebelum dilaksanakan. Tak boleh ada pihak yang merasa pendapatnya tidak dihargai. Keputusan wajib matang.
 
Hmm… akhirnya kebagian juga merasakan hal-hal itu. Termasuk kebagian merasakan adu otot, eh, adu mulut alias bertengkar, hehehe…. Bermula dari surat izin numpang nikah.

Sedari awal saya sudah mengingatkan calon suami, Mas Dani, untuk berhati-hati soal kepanjangan nama saya yang sering keliru. Intan Puspita Dewi, bukan Puspita Sari.
 
Entah kenapa, dari kecil sampai dewasa, di mana saja, nama saya sering bermasalah. Waktu ujian di sekolah, nama di tanda pengenal tertulis Sari. Absensi di tempat kerja begitu juga.
Atasan saya pernah nyeletuk, “Habisnya kebanyakan Intan Puspita Sari, bukan Dewi. Jadi, kalau nulis kebablasan, gitu.
 
Hal itu terjadi lagi saat mengurus surat izin numpang nikah. Pengantar dari kelurahan tertulis Intan Puspita Sari.  Kontan saja saat Mas Dani telepon, saya langsung mencak-mencak. Bisa-bisa saya enggak jadi menikah, ‘kan.
 
Ada momen lain yang tak kalah mendebarkan, yang tak mungkin saya lupakan. Sebulan sebelum pernikahan, Mas Dani mendapat panggilan kerja, yang setelah dipertimbangkan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Karena masih terikat kontrak di tempat lama, akhirnya diperlukan waktu untuk menyelesaikan berbagai urusan.
 
Ia harus bolak-balik ke kantor lama. Melakukan serangkaian tes di tempat baru. Medical check up yang tidak hanya cukup sekali kedatangan. Lalu, di antara kesibukan itu masih harus membagi waktu mengurus tetek bengek yang berhubungan dengan pernikahan, seperti beli seserahan dan maskawin, mendaftar nama undangan, surat izin nikah... wah… wah! Kelelahan kami berdua sering kali membuat kami saling ngambek.
 
Puncaknya saat calon suami harus menjalani tes terakhir sebagai syarat kelulusan. Bayangkan, seminggu menjelang hari H, ia malah ‘dipingit’. Harus menginap di mes. Menjalani pendidikan semimiliter. Pokoknya, fisik dan mental digojlok habis-habisan! Dalam masa-masa itu saya sering kali menangis sendiri. Bagaimana kalau ia sakit keras? Bagaimana kalau bernasib seperti temannya yang sampai pingsan dan akhirnya gugur?
  
Pada umumnya calon pengantin akan menjalani masa-masa tenang,  menghitung berapa hari lagi, entah itu dengan berolahraga atau menjaga pola makan.
 
Lho, ini? Malah nyebur-nyebur kali. Dijemur dengan tiduran bertelanjang dada di jalanan. Siang hari bolong pula. Pulang-pulang gosong. Mana sempat merawat diri? Lah, wong, dibubarkan Sabtu sore, terus malamnya langsung pengajian di rumahnya! Ajaibnya, besok subuh harus sudah bangun. Bersiap ijab kabul. Ini dia yang dinamakan pengantin gosong, pengantin lembur, hehehe….
 
Saya sendiri baru cuti kerja tiga hari menjelang hari H. Saking masih berkutat dengan kesibukan dan diliputi banyak pikiran yang tidak-tidak, akhirnya saya malas mengurus wajah yang berkulit sensitif. Malah tumbuh jerawat batu dekat hidung, hadeh! Untungnya, perias pengantinnya hebat sekali. Berhasil menyamarkan jerawat saya.
 
Oh, ya, satu lagi. Sementara saya masih cuti, keesokan harinya suami langsung menjalani tugas pertamanya di kantor baru. No cuti! No bulan madu! (f)
 
***
 
Intan Puspita Dee - Jakarta Timur
.
Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi. Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirim melalui e-mail: kontak@femina.co.id atau pos, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado
 
 


Topic

#fiksi, #gadogado

 


MORE ARTICLE
polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?