Fiction
Gado-gado : Mr. Smile

20 Oct 2018


Foto: freepik

Rabu malam, satu orang tua murid menelepon. Mereka ingin merayakan ulang tahun anaknya yang bungsu di sekolah Minggu yang saya asuh. Ibu orang tua murid ini ingin meminta bantuan membuat acara kejutan untuk anaknya.
 
Si anak yang berulang tahun itu dari sejak umur setahun sudah ikut kelas Minggu Gembira. Dulu bawaannya anteng sekali. Dia mau digendong siapa  saja. Diajak bernyanyi dia akan tepuk tepuk
tangan dengan lucunya. Maka, dia pun selalu jadi rebutan kami untuk dipeluk karena menggemaskan. Juga karena dengan senyum khasnya yang lebar itu. Saya menambahkan keterangan di belakang namanya: Mr. Smile.
 
Tetapi, Mr. Smile yang sekarang sudah berbeda. Ia berubah menjadi anak yang moody. Dan mood-nya lebih sering mellow. Entah kenapa. Dia duduk di kelas satu sebuah SD top di kota kami.
 
Entah Mr. Smile yang memang cepat bosan atau sudah banyak tahu, dia jadi kurang betah di kelas Minggu Gembira. Bulan lalu Mr. Smile ngambek. Tidak mau masuk kelas. Minggu itu kami sepakat berlatih lagu kanon baru untuk pentas minggu depan. Gerakannya sudah hebat, semangatnya hebat pula.
 
“Kita pakai baju warna apa minggu depan?”
 
Serempak anak-anak berteriak, “Meraaaah!”
 
Cocoklah, itu kan warna hebat. Jadilah dress code-nya merah dan anak-anak akan bernyanyi di depan seluruh orang tua. Minggu depannya anak-anak sudah berkumpul.
 
Meriah benar! Di sini merah, di sana merah. Di ambang pintu berdirilah Mr. Smile. Begitu dilihatnya semua pakai baju merah, menangislah ia sejadi-jadinya. Di hari Minggu itu Mr. Smile berbaju biru.
 
Oalah… ini gara-gara pengumuman terjadi pada saat ia ngambek dan tidak masuk. Dan, yang paling bikin Mr. Smile sebal, abangnya juga pakai kaus merah. Tangisannya makin menjadi-jadi dan tidak mau saya bujuk. Teringat kasus merah bulan lalu, saya pikir biarlah Minggu nanti Mr. Smile beroleh sedikit tempat istimewa mengobati kekecewaannya yang salah kostum.
 
Saya telepon Hanna. “Tante, bubble-nya enggak ada karena kesorean,” saya melapor. Iya, sih, sudah kesorean karena idenya juga baru dapat. Tadinya kami berencana mau pakai mainan bubble murah meriah itu sebagai elemen kejutan. “Tidak apa-apa. Tapi, besok kamu bantu Tante, ya, jadi MC? Besok kita latihan sebelum mulai. Kita coba pakai tebakan saja.”
 
Minggu siang, sebelum jam sepuluh tepat, Hanna sudah datang. Mr. Smile juga sudah datang. Bersama Hanna mencoba menghafalkan skenario di kepala. Kami akan mengawalinya dengan bermain tebak kawan. Yang kena tebak maju ke depan. Yang berhasil menebak dan ditebak diberikan sebatang Chocolatos.
 
Tebakan ketiga untuk Mr. Smile. Kirak-kira begini tebakannya: dia kelas kecil, hari ini dia memakai ikat pinggang hitam dan kemeja kotak-kotak, dia laki-laki. Siapakah dia? Mr. Smile tertebak, maju ke depan menerima Chocolatos dan tanpa dia tahu semua anak akan serempak bernyanyi Selamat Ulang Tahun.
 
Sementara pernak-pernik ultah disiapkan, ‘Tebak Mr. Smile’ dilanjutkan. Siapa yang tahu Mr. Smile kelas berapa? Tanggal berapa dia lahir? Siapa nama belakangnya? Apa warna kesukaannya? Apa cita-citanya? Makanan kesukaannya? Persiapan selesai dan acara standar ultah dilanjutkan. Itulah skenarionya.
 
Eksekusinya berbeda sedikit, tetapi sorakan anak-anak ketika menebak ternyata heboh sekali. Ketika Hanna menanyakan siapa yang tahu makanan favorit Mr. Smile, semua berebut menjawab. Mulai dari mi goreng, nasi goreng, sampai KFC, tapi Mr. Smile masih menggeleng.
 
Pizza?” tebak abang kandungnya. Mr. Smile menggelengkan kepala. Mamanya pernah cerita, Mr. Smile susaaah makan. Mesti disuapi, baru bisa masuk. Semua makanan yang kira-kira favorit anak-anak sudah disebutkan dan Mr. Smile tetap menggeleng kencang. Dari belakang aku memberi isyarat kepada Hanna supaya mengakhiri tebakan itu.
 
“Jadi, apa, dong, Bang, makanan favoritnya?” tanya Hanna, sambil menyodorkan mikrofon. Apa, ya, makanan favorit anak yang memang kurang doyan makan? Mr. Smile mengambil mikrofon dan mengumumkan makanan favoritnya. “Ikan teri disambal,” jawabnya malu-malu, sambil memamerkan senyumnya yang lebar itu.
 
Hahaha… semua tertawa mendengarnya. Mamanya yang sedang menyiapkan tart Spongebob pun jadi tersenyum. Sukacita tentunya, ternyata Mr. Smile paling suka masakan Mama. (f)
 
***
 
Caroline Trivena Manurung - Pematang Siantar, Sumut
 
Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi.
Kirim melalui e-mail: kontak@femina.co.id atau pos, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado


Topic

#gadogado, #fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?