Fiction
Cerpen: Hikikomori

1 Dec 2017


Pada dasarnya Astrid suka anak-anak. Hanya bila sering diusili, ia jadi benci. Ia hapal anak yang kerap mengerjainya, maka digambarlah raut muka para berandal cilik itu, dan menempelkannya di gabus yang dipasang di dinding kamar.

Setiap marah ia lampiaskan dengan menusuk-nusuk gambar itu dengan jarum pentul. Ada empat wajah, si pemimpin gerombolan yang berambut keriting, si ingus yang hidungnya selalu meler, si jangkung yang paling tinggi, dan si boy yang terlihat paling cakep diantara mereka yang sepertinya hanya ikut-ikutan saja. 

Di samping gambar keempat wajah yang ia benci itu, masih ada gambar lain. Ada kereta api yang gerbongnya mengular berwarna hitam. Tiga tahun lalu, ibu Astrid, satu-satunya keluarga yang tersisa karena bapaknya pergi meninggalkan mereka dan ia anak semata wayang, mati tertabrak kereta api. Tepat di belakang rumahnya yang berjarak sekitar 10 meter adalah jalur kereta api jurusan Surabaya - Jakarta.

Kejadiannya pas malam, karena lampu mati ibu mau membeli lilin buat penerangan. Warungnya di seberang rel, naas, saat dikira aman melintas, tiba-tiba kereta ekpsress malam datang menghantamnya tanpa ampun!

Sejak kematian ibunya itu perilaku Astrid berubah. Ia dirundung rasa sepi yang makin lama makin membuatnya terasing. Ia jadi mudah tertawa, dan mudah menangis. Bila sedang sedih akan sangat lama hingga tampak depresi, dan bila sedang gembira akan melakukan apa saja tanpa rasa lelah. Ia juga kerap tertawa tanpa sebab, menangis tanpa alasan. Senang hadir begitu saja, sedih datang begitu saja, seolah tanpa alasan. Kadang dalam satu waktu ia menangis dan tertawa, nyaris berbarengan.

Kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya itu membuat Astrid benci kereta api. Setiap ingat peristiwa itu pasti gambar kereta api ia marahi dengan umpatan keji sambil menusuk-nusuknya dengan jarum pentul.

Kerap bila tak cukup dengan itu, ia lempari kereta api yang lewat belakang rumahnya dengan batu.

“Kereta api asu! Masinis edan!!!” Teriaknya tertelan deru kereta yang menggetarkan rel dan dinding-dinding rumah.
 
Di samping gambar kereta, ada gambar wajah tetangganya, pemilik pohon mangga, dibawahnya ia tulis: tetangga jahanam! Wajahnya telah penuh dengan jarum pentul karena setiap daun mangganya jatuh di halaman ia tusuk mukanya dengan jarum!

Bila gambar-gambar itu telah penuh jarum maka gambar itu dibakarnya! Api yang melahap membuatnya puas! Amarah dan dendamnya seperti terbalaskan. Bila sakit hatinya tak berkurang, ia gambar mereka lagi dan memasangnya di gabus, lalu kembali memperlakukannya seperti semula, menusuknya setiap marah!
 


Topic

#fiksifemina, #cerpen

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?