Fiction
Cerpen : Yustina

9 Dec 2018

            
Mereka ke negeri Prancis, tentu ke Lourdes untuk berziarah. Sebagai umat Katolik,  Si Ibu khusuk berterima kasih kepada Tuhan karena keempat anaknya telah menyelesaikan pendidikan  di perguruan tinggi. Kini yang dia inginkan ialah satu-satunya anaknya perempuan segera mendapatkan jodoh. Dia bersembahyang sambil membayangkan betapa akan hebat dan ramainya perhelatan luar biasa yang bakal diselenggarakannya di ibu kota RI untuk  mengawinkan si Bungsu tersebut.
           
Sebelum ke Roma, mereka beberapa hari bersantai di beberapa kota wisata Prancis. Yustina jatuh cinta pada Paris. Hanya dengan susah payahlah ibunya bisa membujuknya untuk meneruskan perjalanan mereka.
           
Sepulang dari keliling setengah dunia itu, Yustina langsung mendaftarkan diri kursus bahasa Prancis. Orang rumah dan lingkungannya belum pernah melihatnya serajin itu. Gadis yang dulu selalu berbaringan di kamar sambil menonton televisi, acara film apa pun, kini giat belajar. Memang televisi masih dibiarkan menyala, tetapi siaran yang terdengar adalah CNN atau berbahasa Prancis.
           
Tidak hanya itu perubahan di rumah tersebut. Yang menelepon pun juga bertambah. Di antaranya bahkan pernah ‘tersesat’ ke rumah bagaikan kastil di Ciputat yang berkamar dua puluh. Di waktu itu, ayah Yustina sedang ‘dinas’ mengawasi panen rambutan. Turun dari mobil, barulah dia tahu bahwa topinya ketinggalan di rumah Menteng. Dia memasuki ‘kastil’nya untuk mencari topi lain. Dia terima telepon di dekatnya.
           
“Yustina tidak ada di sini. Ini bapaknya,” kata si ayah dengan kesal karena merasa terganggu, maka langsung mengutarakan siapa dirinya.
           
“Maaf, Pak. Perkenalkan, saya Erik. Apakah Tina tidak kursus bahasa Prancis hari ini?”
           
“Masuk! Dia kursus setiap hari,” kata Si Bapak lagi. Kini ada nada kebanggaan karena anaknya rajin.
           
“Kami menunggunya. Pelajaran akan dimulai, tapi dia belum datang,” suara di ujung lain menjelaskan, lalu segera disusul ucapan terima kasih dan kata-kata sopan lain sebagai permintaan maaf.
           
Tina, keluarga memanggil satu-satunya anak peremuan itu Yustina, Yus atau Yustin. Tiba-tiba sekarang ada nama baru. Begitu tiba kembali di rumah di kota, si ayah masih mempersoalkan siapa yang namanya Erik itu.
           
“Ooo, Erik!” Yustina berseru kecil menjawab pertanyaan ayahnya. “Dia pengajar di tempat kursus. Sebetulnya bukan dosen atau guru, melainkan cooperant, tenaga sukarela yang mau ditempatkan di luar Prancis. Calon insinyur, tapi bisa mengajar  bahasa Prancis.”
           
Dan itu merupakan awal dari masuknya nama Erik ke dalam cerita-cerita Yustina yang dibawa ke tengah keluarganya. Dari hari ke hari, makin banyak cerita itu. Sampai pada suatu hari, Yustina membawa pemuda itu pulang. Karena Bapak senang berbincang-bincang dengan dia dan Ibu memahami pancaran mata anak perempuannya, Erik ditahan untuk makan malam.
           
Pada suatu hari sedan mahal yang biasa dikendarai Yustina tidak kelihatan di garasi. Ayahnya bertanya di mana kendaraan itu. Santai dan yakin, anak satu-satunya perempuan itu menjawab Erik yang membawanya. Dan itu tidak dipersoalkan. Neng Yustina bisa diantar sopir dengan mobil lain kalau perlu. Dan bukankah setiap sore Pak Erik menjemput untuk pergi bersama ke kursus? Bila penanggalan memuat warna merah, sudah pasti Yustin menginap di salah satu rumah di luar kota. Dan Erik tentu bersamanya.
           
Tiba-tiba ayah dan ibu itu ikut-ikutan memanggil anak perempuan mereka Tina. Itu nama yang bagus. Berdua mulai membayangkan mempunyai menantu lelaki Barat. Sama-sama Katolik, tidak apa-apa. Diam-diam mereka malahan bangga. Sudah beberapa lingkungan orang kaya sahabat mereka yang mempunyai menantu bangsa asing. Dengan perkawinan Tina dan Erik, keluarga itu tidak ketinggalan zaman!
 


Topic

#fiksi, #cerpen, #NHDini

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?