Fiction
Cerpen: Wanita Siam

7 Dec 2018


Sesudah mandi air hangat, aku termenung memandang ke jalan di bawah jendela kamar. Gerimis kecil seperti asap menitiki udara sore. 

Ana telah berangkat ke kota bersama Jun. Ia tidak hentinya membuat perhitungan harga-harga emas di negeri ini. Ana adalah kawanku sekerja yang paling hemat. Tidak pemah ia terbang melalui kota ini tanpa pulang dengan membawa satu atau dua perhiasan. Itu merupakan tabungannya. Tidak seperti rekan-rekan wanita lain, Ana tidak begitu membelanjakan uangnya untuk bahan pakaian maupun alat kecantikan. Sore itu dia hampir berhasil menjeratku ke toko-toko emas lagi. Untunglah Jun juga memerlukan sebuah hadiah kecil buat isterinya. 

Sebenanya, aku tidak tahu dengan jelas apa yang harus kukerjakan. Beberapa waktu bersendiri barangkali akan memberiku pikiran yang lebih tenteram. Sekali lagi aku memandang bunga ungu yang dikirim orang kepadaku. Kartu namanya telah kutanggalkan. Kertas pembungkusnya kubuka di bagian atas, tangkai kembang kucelupkan ke dalam gelas berair yang kutemukan di kamar mandi. 

Besok pagi kami meninggalkan kota ini kembali menuju Jakarta. Mungkin aku akan berkesempatan singgah lagi diwaktu yang akan datang. Tetapi apa yang akan dipikirkan pengirim bunga itu jika diketahuinya aku telah menerima kiriman dan tidak datang ke alamat seperti yang dimintanya? 

Mahadi. Itu adalah nama yang dapat ditemukan pada lebih dari satu orang di Indonesia. Itu dapat menjadi nama seorang buruh, seorang pembantu rumah tangga maupun seorang pegawai pemerintah yang tertinggi pun. Hatiku cemas bercampur kecut berusaha membujuk segala macam yang baik. 

Tetapi pengetahuan bahwa dalam hidupku sampai waktu itu aku hanya mengenal satu nama Mahadi, membikin rasa bawah sadarku menyiksa seluruh rohani. 

Akhirnya aku turun. Sebentar berdiri melihat peta kota yang tergantung di tembok dekat penerima tamu. 

Tidak berapa jauh. Aku bahkan tidak perlu mengambil taksi, karena jurusan-jurusan yang banyak terlarang jika datang dari arah hotel. 

Sejenak aku berdiri bercakap-cakap mengenai satu dua hal dengan Ba-Thaung dan menolak tawarannya untuk memanggilkan taksi. Lalu kuucapkan selamat malam sekalian, karena dia akan diganti dinasnya oleh penerima tamu lain yang berjaga malam. Sampai di pintu kurapatkan jas hujanku serta kubuka payung. Lalu aku keluar dari penginapan. 
 


Topic

#fiksi, #cerpen, #NHDini

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?