Fiction
Cerpen: Wanita Siam

7 Dec 2018


Dalam perjalanan ke hotel, aku tidak mencampuri percakapan rekan-rekanku. Hatiku tiba-tiba begini murung. Kupandang jalanan yang kami lalui. Kota pagoda yang manis.  Sebenarnya ia tidak lebih indah dari pada kota-kota lain yang hingga kali itu kukenal. Termasuk kota-kota yang kukunjungi di tanah air.
 
Empat kali aku datang ke negeri ini. Setiap kali aku tak tahan untuk menguatkan pendapat, bahwa wanita-wanita di negeri ini adalah yang paling manis di seluruh Asia. Badan mereka yang ramping terbungkus dengan pantasnya oleh sarung-sarung yang tepat dan baju yang sepadan. 

Cara mereka berjalan seperti melayang, halus penuh kegairahan, dan lampai. Di tepi-tepi jalan, di tempat-tempat umum yang terbuka, kulihat mereka selalu manis dan pantas. Kecuali di bagian kota dimana banyak orang-orang Tionghoa atau bangsa pendatang lain. 

Umumnya yang terlihat di jalan adalah campuran dari  kemolekan berbagai suku manusia. Hal yang sama tidak akan dapat ditemukan orang jika mengunjungi Filipina. Kalau ada dari mereka yang cantik atau manis, dengan cepat orang dapat menemukan pengaruh yang jelas dari darah Spanyol. Dan umumnya, hanyalah orang-orang dari tingkatan sosial yang teratas yang memiliki wanita serta gadis-gadis cantik. 

Di Thailand amat berbeda. Kalau ditemukan seorang perempuan manis, tak dapat ditentukan dari mana pengaruh kemanisan itu. Semuanya melumat dengan hasil yang membentuk. Wajah bulat atau lonjong. Mala seperti buah almon maupun bulat dengan pelupuk yang sipit atau keriput. Bibir selalu tebal baik memanjang maupun mengumpul, dengan hidung yang tidak tinggi - baik melebar maupun mungil. Itu semua tidak dapat ditentukan dari mana asalnya. 

Sejak kukenal kota itu, aku merasa seolah-olah dari wanita negeri inilah datangnya napas keindahan. 

Dan kuraba perlahan kembang dipangkuanku. Hanya terdiri dari tiga tangkai. 

Tetapi anggrek semacam itu punya mutu yang tidak murah. Susunan daun bunga yang berlapisan kaca dengan berbagal warna dan bentuk gambaran. Ketiganya benar-benar amat elok. 

Sekali lagi kulihat kartu nama yang terpancang di kertas. Di baliknya tertulis huruf Thai. Untuk kesekian kalinya kueja tulisan Latin, dan sebentar aku ketakutan ketika sadar betapa arti yang kudapatkan dari sana amat penting bagiku. Nama itu kukenal. Atau aku mengenal seseorang dengan nama tersebut. Apakah ini orang yang sama? 
 


Topic

#fiksi, #cerpen, #NHDini

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?