Fiction
Cerpen: Setabah dan Seharum Kenanga

7 Oct 2017


Hari-hari selanjutnya tidaklah terjadi apa-apa. Tidak ada seorang lelaki pun yang datang melamar Nurmala, selain hanya beberapa orang saja yang belum juga bosan melintasi jalan depan rumahnya dan jalan setapak di samping rumah yang menuju ke sawah, sambil melirik-lirik ke rumah gadis itu.

Suatu malam, saat Nurmala berjalan kaki dari rumah kerabat ibunya yang berjarak satu batu, dua sosok lelaki menyergapnya dalam kegelapan di lintasan jalan utama yang diapit lahan perkebunan sawit di pinggiran semak-semak belukar pinggiran sungai tempat biasa dia mencuci pakaian.

Di tempat itu tidak ada penerangan listrik dan jauh dari permukiman penduduk sehingga begitu mudah bagi dua pelaku itu meringkusnya ke semak-semak dengan lebih dulu menyumpal mulutnya. Di semak-semak itu, dengan tangan terikat, dia diperkosa dua lelaki, dan setelahnya ditinggalkan begitu saja.

Nurmala berhasil melepaskan dirinya sejam kemudian, keluar dari semak-semak dengan langkah terhuyung-huyung. Ketika tiba di jalan yang disinari cahaya samar listrik dari sebuah rumah, wajahnya terlihat pucat pasi dan rambutnya kusut masai.

Beberapa lelaki yang sempat memperhatikannya, agak penasaran dan terheran, tetapi kemudian tidak terlalu peduli karena Nurmala terus melangkah tergesa-gesa tanpa menolehkan wajah. Beberapa wanita malah tidak ingin melihatnya, memalingkan wajah ke arah berlawanan, lantas cepat-cepat mendahuluinya.

Karena selangkangnya nyeri, Nurmala sempat berhenti, berlindung di kegelapan, menyandarkan tubuh lunglainya di batang randu di pinggir jalan. Setelah cukup kuat, dia kembali melangkah, melewati kedai kecil yang sepi, lantas menelusuri jalan menikung yang gelap, tidak jauh dari rumah tua tak berpenghuni.

Namun, entah bagaimana, tiba-tiba saja seseorang, seperti seorang wanita, menyiramkan suatu cairan ke wajahnya yang membuatnya panik, menjerit-jerit kengerian. Cairan itu membuat kulit mukanya meleleh. Si pelaku langsung lenyap menghilang dalam kegelapan.

Terjadilah keriuhan luar biasa, orang-orang mengerumuni Nurmala yang sedang panik meronta-rontak kengerian, tetapi tidak seorang pun yang mengerti, apalagi berusaha menolongnya. Dengan cahaya senter yang diarahkan seseorang, terlihatlah kulit wajah cantik Nurmala mengelupas serupa habis terbakar. Nurmala terus meronta-ronta, tampak seperti wanita sihir yang berubah gila.

Sebegitu parah sudah penderitaan yang menimpa Nurmala, tetapi tidak habis-habisnya gunjingan dan cemoohan menyerang. Justru kian hebat ketika orang-orang mengetahui perut Nurmala makin membuncit. Sebagian orang puas melihat raut wajah gadis itu yang rusak parah oleh siraman air keras yang dianggap sebagai hukuman.

Luka bakar seruas jari itu begitu kentara di kening kirinya, tepat di atas alis, menjalar ke pelipis, sampai ke pipi kirinya yang sebesar dua ruas jari, sedikit di bagian hidung,  dan sisanya sebesar uang logam kecil di pipi kanan. Untung tidak mengenai matanya. Rasanya sulit percaya bahwa wajah yang seburuk itu dulunya pernah begitu cantik.
 


Topic

#cerpen, #fiksifemina

 


MORE ARTICLE
polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?