Fiction
Cerpen: Rinai di Natuna

10 Nov 2017



“Halo, siapa namamu?” sapanya pada seorang gadis kecil yang tengah memandang laut biru kehijauan di pinggiran pembatas geladak. Gadis itu menatapnya penuh curiga.

Aku urung menghampiri lelaki sipit yang entah kenapa kini mendebarkan. Aku berpura-pura memandangi laut lepas pula, dengan tatapan yang kubuat sangat syahdu ala seorang perempuan matang melamunkan garis hidupnya. Alih-alih menyelami sanubari terdalam melalui riak air laut, aku justru hanya berhasil memasang wajah datar.

Lelaki berkucir mengeluarkan kameranya. Ia mulai sibuk memotret. Berkali-kali lensanya dibidikkan ke arah gadis kecil yang tampak tak peduli dengan lelaki asing yang tertarik padanya. Dan aku tertarik pada lelaki asing yang tertarik pada gadis kecil yang asing ini. Sial. Tiba-tiba pemandangan laut toska dan Pulau Sedanau di kejauhan tampak biasa-biasa saja. Ketertarikan pada seorang manusia inilah yang mengacaukan pesona alam.

Karena ikut penasaran, sekarang pandanganku beralih pula ke gadis kecil itu. Kutaksir umurnya sekitar sebelas tahun. Rambutnya hitam panjang, tergerai. Ia berponi panjang, berbandana putih tanpa ornamen. Matanya bulat polos, agak sipit. Hidungnya mungil runcing. Ia mengenakan baju kurung warna merah bermotif bunga-bunga. Sepasang sandalnya pun merah, dengan hiasan bunga plastik besar di ujungnya.

“Dia cantik sekali,” komentarku lirih.

“Aku sepakat,” sambung lelaki berkucir, mantap. Aku terhenyak. Tiba-tiba saja ia sudah berdiri rileks di sampingku, bersandar pada pagar pembatas kapal. Mungkin ia menyadari kalau aku turut memperhatikan sosok gadis kecil itu. Aku melempar senyum, berusaha mengaburkan salah tingkahku. “Mungkin dia mengingatkanmu pada seseorang di masa lalu.
Jadi kau memotretnya berkali-kali,” ucapku spontan.

Lelaki berkucir tergelak. “Tidak ada yang secantik dia di kampungku. Coba kau lihat foto-foto ini.” Sekejap ia menyodorkan kamera DSLR-nya ke tanganku. Aku kagum melihat foto yang berhasil ia ambil diam-diam. Gadis cilik itu mendominasi kumpulan foto belakangan. Gadis itu tertawa, cemberut, mengibaskan poninya, berbicara serius dengan ayahnya, naik ke atas kapal dari dermaga dan menggandeng tangan sang ayah.

“Aha! Aku paling suka foto dia yang ini!” seru lelaki berkucir bersemangat, sambil menunjuk foto gadis cilik yang setengah membungkuk di dermaga.

“Dia gadis melayu paling elegan yang pernah kulihat,” komentarku tulus.

Lelaki berkucir tergelak lagi. “Indah sekali, ya. Aku akan selalu mengingat Natuna dengan kenangan atas gadis ini.”

“Kau jatuh cinta padanya!” tebakku, spontan.

“Oh, tampak seperti itu kah?” tanyanya, mengerutkan dahi, pura-pura berpikir.

Giliranku tergelak.
 


Topic

#fiksifemina, #cerpenfemina

 


MORE ARTICLE
polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?