Fiction
Cerpen: Panguian

10 Jun 2017


 
Ketika akhirnya suara-suara itu menghilang aku melihat sejumlah tanaman merambat. Sulur-sulurnya bergerak cepat, lalu berubah menjadi kabut, yang dalam sehelaan napas menggiringku ke ruang berkubah dedaunan. Larik-larik cahaya putih matahari hilang tampak di selanya. Hutan?
Tak ada jawaban. Angin membaluri wajahku dengan dingin dan kebas. Mendadak seluruh indraku berkali lipat lebih waspada. Kini tak setitik partikel pun luput dari perhatianku. Warna kelabu tengah berada di gradasi tersuramnya. Tanah, cendawan, bahkan lumut menghamburkan wanginya yang paling rahasia. Gemuruh air terjun, getar sayap dan gesek kaki serangga melata di udara.
Lima langkah dari tempatku berdiri dua gadis kecil berdiri mengamati. Wajah dan potongan rambut mereka sama, kemuraman mereka pun sama. Kembar.
Gadis pertama memakai terusan polkadot putih merah. Baju baru, tapi kedodoran. Yang lain, berdiri dengan tongkat penyangga, mengenakan gaun biru berkerah renda putih. Usang, tak nyaman dipakai.
Mata hening mereka menatapku. Aku mencoba tersenyum, tapi si terusan polkadot menekuk wajah. Nona kerah renda bahkan mencebik samar.
Mendadak sesuatu di atasku berderak. Aku tengadah. Kubah dedaunan hijau itu, lambat dan berat, mulai berpusar. Helai-helai daunnya berubah menjadi kuning, lalu luruh perlahan dalam gerak mengapung yang luar biasa indah.
Dedaunan itu berjatuhan di kepala kami, menyisir pipi, hinggap di pucuk telinga, tersangkut di tepian rok, tapi tak satu pun tergelincir ke tanah. Perlahan udara berubah pejal. Aku membeku.
Tiba-tiba terdengar letupan tawa. Tawa gadis-gadis kecil itu. Riang, riuh, bergelombang-gelombang melelehkan udara. Lalu hening. Hening yang aneh dan seketika, menyengat akal yang telah jauh meninggalkanku.
 


Topic

#fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?