Fiction
Cerpen: Cat Kuning Pisang

30 Jun 2018


Foto : 123RF

Dahayu mematung di depan dinding separuh kuning. Bintik keringat menyembul di kening, lantas meluncur dan jatuh di lengannya yang kini terasa lengket seperti dioles selai nanas. Angin musim panas yang menerobos melalui jendela hanya menjadi tamu sia-sia yang tak berdaya mendatangkan kesejukan di dalam ruangan. Tangannya  menggenggam sebatang kuas berlumur cat. Di sisi kakinya, di atas lantai kayu beralas sehelai kain terpal, tampak nampan plastik berisi cairan cat berwarna kuning pisang. Ia siap melanjutkan duel yang belum usai.

Duel? Digigitnya bibirnya yang kering. Duel adalah tindakan membela diri demi sebuah kehormatan. Mungkin saja pertarungan itu tidak seimbang, sebab lawannya sebentuk benda mati. Dinding itu cuma berdiri diam di hadapannya, pasrah menunggu eksekusi sang algojo.

Adilkah? Dahayu menyeka butir keringat yang muncul lagi di keningnya. Tentu saja adil baginya. Sesungguhnya, tidak ada niat buruk terlintas di kepalanya. Ia akan  berteguh pada pendiriannya untuk memberikan warna indah pada ruangan itu, sekalipun suaminya tak sependapat dengannya. “Aku suka warna putih. Putih terkesan bersih, netral, dan gampang dipadu dengan perabot apa pun,” ucap suaminya di suatu sore, saat dinding putih interior rumah mereka memantulkan kilap mutiara yang  memesona.

Dahayu menggelengkan kepala. “Putih bukanlah warna.” Suaminya mengerutkan kening. “Maksudmu?” “Putih adalah terang, sedangkan hitam adalah gelap. Keduanya tidak termasuk dalam lingkaran warna yang pernah kupelajari di sekolah. Tentunya kau paham, Sayang, rumah ini membutuhkan warna agar tampak cantik.” Sesaat jemari Dahayu lincah membolak-balik brosur berisi beragam jenis cat tembok yang diperolehnya cuma-cuma dari sebuah toko bahan bangunan. Pada halaman tengah ia berhenti dan menatap baik-baik foto ruangan yang dicat dengan warna memukau.

"Nih, lihatlah, aku ingin melapis dinding dengan warna kuning pisang.” Dahayu menyodorkan brosur kepada suaminya yang menyambarnya dengan malas. “Kuning tidak bisa menghasilkan suasana elegan,” pria itu mengernyitkan hidungnya yang mancung.
 


Topic

#cerpen, #fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?