Fiction
Cerita Pendek: Wajah Dalam Cermin

24 Aug 2019


Foto: Dok. femina


BINAR BENING mata itu mengerjap-ngerjap. Ribuan bintang seolah berkumpul membentuk gugusan paling terang di mata itu. Aku memandangnya takjub. Apalagi ketika  bibir mungil itu merekah, membentuk bulan sabit  yang indah di wajah putihnya yang kemerah-merahan. Pipi montok itu seperti menggelembung, menenggelamkan hidungnya yang tak begitu mancung. Bukan, senyum itu bukan ditujukan untukku,  tapi untuk Ameera, ibunya, yang begitu  cekatan membersihkan pub-nya. Membuat aku beberapa kali mengusap hidung. Mengusir aroma yang tercium kurang sedap.

Sekian menit mengamati wajah Celia sambil membungkuk membuat punggungku lelah juga. Kutegakkan tubuhku. Menarik langkah surut ke belakang. Duduk di sofa dekat jendela. Memandangi anak dan ibu yang saling menggoda. Dunia di dalam kamar berwarna pastel ini seakan milik mereka berdua. Sesekali Ameera mencubit lembut pipi Celia dengan gemas. Celia tergelak-gelak riang. Suara tawanya memecah siang.

“Kamu tidak menyesal Ameera?” tanyaku. Untuk pertama kali, setelah beberapa menit berada di ruangan ini.  Ameera melepas pandangannya dari wajah Celia. Melirik ke arahku sesaat. Kedua alisnya terangkat.

“Menyesal  karena apa?” tanyanya.

Resign dari  pekerjaanmu di kantor, demi full time mengurus Celia.” Ameera tersenyum. Matanya kembali tertuju pada Celia.

“Jelaskan padaku, apa ada yang lebih nikmat daripada menatap wajah imut ini  tiap saat?”

“Aku yakin, kamu pasti rindu dengan meeting-meeting panjang itu,” kataku.

“Ya… tidak kupungkiri.” Kedua bahu Ameera sedikit terangkat. “Sesekali perasaan itu memang muncul. Tapi, hidup adalah pilihan, Nadine. Dan, untuk saat ini, aku memilih untuk menghabiskan hari-hariku bersama Celia.”

“Banyak wanita yang bisa menjalankan peran keduanya. Tetap bekerja dan memberi kasih sayang utuh kepada anak-anak mereka dengan bantuan baby sitter.

Ya… walau kutahu, mencari baby sitter yang andal dan dapat dipercaya saat ini bukanlah perkara gampang. Baru dua minggu yang lalu kulihat di televisi, seorang baby sitter memperlakukan anak asuhnya dengan tidak manusiawi, di saat kedua orang tuanya tidak di rumah. Yang paling sadis dan sedang marak terjadi adalah kasus penculikan anak yang dilakukan oleh pengasuhnya sendiri. Tapi, kalau kamu mau, aku bisa membantumu, Ameera. Salah seorang tetanggaku adalah agen penyalur asisten rumah tangga dan pengasuh anak. Selama ini belum pernah kudengar dia bermasalah.”

“Ini hanya masalah waktu, Nadine. Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa diulang.” Ameera diam sesaat. “Aku tidak ingin kehilangan momen perkembangan Celia  tiap detiknya. Mendengar tangis dan tawanya. Menemukan Celia sudah bisa membalikkan badan dan mengangkat kepala. Itu adalah kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan dibayar dengan apa pun juga. Lagi pula, yang namanya bekerja, kan tidak harus di kantor. Aku masih bisa berkarya dari rumah menjadi penulis lepas seperti cita-citaku sejak dulu. Yang terpenting, aku tetap bisa mengurus Celia dengan tanganku sendiri, sampai dia tumbuh dewasa dan mandiri. Dan kamu tahu, Nadine,” Ameera mengubah posisi tubuhnya sedikit miring ke kanan. Menghadap ke arahku.

“Sekarang aku benar-benar  tidak sabar menunggu saat pertama kali Celia memanggilku Mama.”

Aku tercenung. Sebegitu besarkah cinta Ameera kepada Celia? Bayi malang yang ditemukan petugas kebersihan di dalam sebuah kardus, di dalam kamar mandi sebuah pom bensin, di dekat kantorku, enam bulan yang lalu.  Dan langsung menjadi viral setelah seseorang mengunggah fotonya di media sosial.

Tujuh tahun, ya… selama waktu itu Ameera dan Dito, suaminya, menghabiskan waktu untuk mengunjungi dokter kandungan yang direkomendasikan beberapa teman. Berbagai obat dari resep dokter sampai ramuan tradisional tak bosan ditelannya. Inseminasi juga sudah beberapa kali dilakukan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengikuti program bayi tabung. Namun,  anak yang mereka idam-idamkan belum mau juga mendiami rahim Ameera.

“Tetapi, kenapa Celia?” Berulang kali kutanyakan hal itu kepada Ameera, saat ia mengutarakan keinginannya untuk mengadopsi Celia, sehari setelah Ameera memintaku untuk menemaninya melihat bayi malang itu di puskesmas yang menampungnya  sementara waktu. Membuatku nyaris tersedak sepotong brokoli, menu makan siangku, waktu itu.

Bobot Celia waktu itu tidak lebih dari dua kilogram, dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Ada sedikit masalah di bagian jantungnya, mungkin akibat obat penggugur kandungan yang dikonsumsi ibu kandungnya yang tidak menginginkan kehadirannya di dunia ini. Dan hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Love at the first sight!” begitu yang diucapkan Ameera, saat kuingatkan, masih banyak bayi yang bisa diadopsinya di panti asuhan dengan kondisi yang lebih baik, dan tentu saja tidak akan menyusahkannya.

“Aku rasa kami sudah berjodoh. Dito juga setuju,” jelas Ameera lagi waktu itu. “Aku jatuh cinta kepadanya, seperti aku jatuh cinta pada wafel, aroma tanah basah, dan Dito suamiku. Simpel.”
polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?