Fiction
Cerita Pendek: Hamil Bunga Mawar

28 Mar 2020

Foto: Shutterstock


Lastari merasa ada yang aneh dengan perutnya beberapa bulan terakhir. Ia seolah merasakan ada yang hidup dan terus berkembang di dalam dirinya. Bahkan, beberapa bulan yang lalu ia sempat muntah-muntah dan menginginkan suatu makanan tertentu. Begitu menginginkannya, sampai di dalam mimpi pun ia terus membayangkannya. Ibunya yang melihat kejadian aneh itu menyebut Lastari mengidam. Namun, Lastari membantahnya karena dirinya belum memiliki suami. Dan kini, saat menyadari perutnya sedikit membuncit serta mengetahui hasil dokter bahwa dirinya hamil, Lastari tak bisa menerimanya. 

Lastari sangat terkejut saat dinyatakan hamil oleh dokter kandungan. Hal itu bagi Lastari seperti kemustahilan. Ia tak mungkin hamil tanpa pasangan. Apalagi ia belum menikah atau melakukan hubungan intim di luar pernikahan dengan siapa pun. Pasangan pun sampai sejauh ini ia tak punya. Lantas, dari mana kandungan yang berada di dalam perutnya ini? pikir Lastari. Setelah mendengar pengakuan dokter, tentu membuat Lastari pucat. Demikian juga dengan ibunya yang mengantarkan Lastari ke klinik. 

“Tidak, Dok,” kata Lastari. “Mana mungkin aku hamil kalau tiada seorang yang membuahiku?”

“Tapi, di dalam tubuhmu kini terdapat janin yang terus hidup,” jawab dokter. 

Lastari meminta sekali lagi kepada dokter yang menanganinya untuk memeriksa perutnya. Dokter --sesuai keinginan Lastari-- kembali melakukannya. Ia arahkan gagang USG untuk melihat sesosok makhluk di dalam perut Lastari. Lastari dan dokter itu melihat sebuah bayangan mungil di sana. Dokter kembali menjelaskan kepada Lastari bahwa bayangan mungil itu adalah benih bayi yang siap untuk tumbuh selama tujuh bulan di perut Lastari. Namun, Lastari kembali membantahnya. Lastari tak bisa menerima kehadiran bayi itu secara wajar, karena dirinya tidak pernah sedikit pun melakukan tindakan tercela di luar nikah. 

“Bagaimana bayi itu bisa berada di dalam perutku?” tanya Lastari. “Padahal, aku belum pernah melakukan hubungan intim dengan siapa pun.”

Dokter spesialis itu sendiri kebingungan. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana bayi itu bisa berada di dalam kandungan pasiennya. Hal itu di luar pemikiran ilmiah si dokter mengenai proses reproduksi manusia. Karena lazimnya, sel telur baru bisa menjadi embrio apabila telah dibuahi sperma. Dan kini, ketika mendengar pengakuan Lastari mengenai dirinya yang belum pernah melakukan hubungan intim dan secara tiba-tiba hamil, dokter itu tidak bisa menjelaskan. Dokter hanya menyuruh Lastari bersabar menerima kehadiran bayi itu. Dokter tidak berani mendiagnosis terlalu jauh mengenai kehidupan pasien yang mungkin bisa saja dibuat-buat. Sementara Lastari sendiri kukuh bahwa dirinya tak pernah melakukan hubungan intim di luar nikah. 

***

Lastari tidak bisa menerima bahwa dirinya hamil. Apalagi saat mendengarkan suara-suara orang di luar mengenai dirinya setelah mengetahui ia hamil dengan cara tak masuk akal itu. Lastari pun mencoba mencari penjelasan secara ilmiah. Ia melakukan uji klinis mengenai keperawanan dirinya di rumah sakit yang sama. Hasilnya, selaput daranya masih terjaga dengan baik. Dokter yang memeriksanya sendiri --bahkan dokter kandungan yang memvonisnya hamil-- kebingungan. Mereka, dan tentunya juga Lastari, tak habis pikir dengan kejadian aneh ini. Lastari merasa tertimpa hal mengerikan mengenai bayi tersebut. 

Namun akhirnya, Lastari mencoba menerima kehadiran bayi itu. Lastari akhirnya  ikhlas setelah hampir selama seminggu terus mendapatkan wejangan dari ibunya mengenai bayi itu. Begitulah. Orang tua Lastari berusaha menegarkan hati anaknya. Wanita tua itu dengan tekun membesarkah hati Lastari. 

“Anak-anak yang lahir di dunia ini adalah titipan Tuhan,” kata ibunya, tiap kali hati Lastari jatuh. “Tidak ada anak-anak berdosa atau salah untuk dilahirkan. Mereka semua suci.”

Demikian juga yang terjadi siang hari ini. Ibunya kembali menebalkan dinding hati Lastari setelah mendengar suara-suara tak nyaman milik tetangganya. Memang, setelah Lastari hamil dengan cara tak wajar, kabar mengenai dirinya menyebar luas dengan cara ganjil. Warga yang tahu lekas membuat cerita-cerita murah yang malah menyesatkan pikiran. Pernah, Lastari mendengar bahwa dirinya menjual tubuhnya kepada pria-pria hidung belang di kota saat merantau kuliah. Di kota, Lastari tidak menjalankan perintah orang tuanya untuk menyelesaikan pendidikan dengan wajar. Lastari dianggap malah keluyuran dan jual badan. 

“Kau tahu kebutuhan anak-anak sekarang,” kata si tetangga, tiap kali menggosipkannya. “Mereka ingin hidup mewah. Anak-anak muda maunya terus hidup senang. Makanya, Lastari menjual tubuhnya dan hamil.”

“Amit-amit,” balas yang lain. “Semoga anakku tidak melakukan hal tercela seperti itu.”

Suara-suara tidak sedap mengenai kehidupan Lastari terus menyebar di lingkungan kampungnya. Lastari sendiri hanya bisa pasrah dan diam mendengar. Ia tidak bisa mengelak banyak dari omongan orang-orang. Bahkan, surat keterangan dirinya yang masih perawan, dibantah begitu saja oleh warga. Mereka menganggap surat itu palsu dan hanya digunakan untuk menutupi keburukan Lastari. Namun,  ada warga kampung yang memercayai bahwa Lastari tidak seburuk apa yang dikatakan orang-orang. Pada bagian ini lebih banyak mengira Lastari ditiduri secara gaib oleh hantu. Lastari diperkosa secara mistis oleh sosok astral penunggu kampung. 

“Hantulah yang membuat Lastari hamil!” ungkap seorang warga yang memercayai klenik. “Kau tahu, hantu-hantu juga sering datang ke rumah dan meniduri anak gadis di zaman dahulu. Mungkin itu yang terjadi dengan Lastari.”

Demikianlah, berkembang kisah-kisah ajaib mengenai bayi Lastari. Bahkan, ada cerita-cerita tak masuk akal lainnya bahwa Lastari menjual tubuhnya kepada seorang genderuwo untuk mendapatkan kecantikan atau harta melimpah. Namun, untuk hal ini tak banyak warga yang memercayai. Karena memang, pada dasarnya Lastari sudah cantik sejak kecil dan keluarganya tidak lekas kaya seperti yang diceritakan. Sepanjang waktu dan bulan cerita terus tumbuh bersama kandungan di perut Lastari. Sementara Lastari  masih tidak habis pikir mengenai bayi di perutnya. 

“Bagaimana semua ini bisa terjadi?” kata Lastari.

Ia menatap perut itu seraya terus membesarkan hatinya agar dapat menerima dengan ikhlas. Ia mencoba meluaskan dadanya dengan mengingat wejangan-wejangan yang diberikan ibunya. Ia tak mencoba mencelakakan si bayi. Apalagi setelah beberapa malam lalu ibunya bercerita mengenai Bunda Theresia yang hamil tanpa melakukan hubungan badan. Bulu roma Lastari juga sempat meremang saat mendengarkan kisah bahwa banyak wanita di luar sana yang ingin memiliki anak dan belum diberikan kesempatan oleh Tuhan. 

“Anakmu ini berkah,” kata ibunya. “Jangan pernah kau menganggapnya kutukan. Ia datang ke dunia ini untuk memberi rezeki kepadamu. Rawatlah dia seperti anakmu.”

Lastari menitikkan air mata saat mengingat kisah-kisah yang dituturkan ibunya. Ia kembali mengusap perutnya dan memohon ampun kepada Tuhan karena dirinya sempat mengutuk sosok yang sedang tumbuh di perutnya tersebut. 

***



Topic

#cerpen, #ceritapendek, #fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?