Fiction
Cerber: Kota Kelahiran [2]

15 Oct 2017


Ya, Nenek dan Kakek meminta untuk mengasuhku di Cirebon ketika Ayah membawaku dari Montreal.  “Ayah perlu menata ulang hidupnya. Kasihan jika ia harus sambil mengasuh anak sendirian,” cerita Nenek. Aku berterima kasih kepada Nenek dan Kakek. Kasih sayangnya yang tercurah membuatku bisa menjalani hidup  seperti  anak lain yang hidup dengan kedua orang tuanya.  Bisa jadi, karena itu aku dengan mudah melupakan masa kecilku di Montreal. Atau  karena memang tak ada yang berkesan? Kesan baik ataupun buruk!

 Setahun kemudian, Ayah menikah dengan Mama Mona, memiliki sepasang anak kembar. Ayah dan Mama Mona memintaku pindah ke Jakarta dan bersekolah di sana. Tapi,  aku menolak karena berat berpisah dari  Nenek dan Kakek, juga teman-teman. Lulus SMP, kembali Mama Mona memintaku pindah ke Jakarta.

“Jadi kapan kamarmu yang sudah kami siapkan akan kamu huni?”  Mama Mona menanyakan itu dengan wajah kecewa. Aku tidak tahu kapan. Sebab, aku merasa rumahku, ya, di rumah Nenek ini. Tiap tahun aku pasti liburan di rumah Ayah. Tapi, tak pernah lebih dari seminggu. Aku tak suka Jakarta, macet.

“Ayah memutuskan, sebaiknya kamu melanjutkan sekolah di SMA berasrama, di Bogor. Tentu kamu akan berat  meninggalkan Nenek, Kakek, juga teman-temanmu di sini.” 

Itulah yang dikatakan Ayah menjelang aku lulus SMP dengan suara yang agak memaksa. Aku menerima tawaran Ayah dengan antusias. Semua kaget mendengar keputusanku.  Mereka menduga aku akan menolak tawaran Ayah seperti yang sebelumnya. Tak kuceritakan bahwa aku mulai merasa tidak nyaman tinggal dengan Kakek dan Nenek, karena ada sepupuku yang terus terang mengatakan  aku telah merampas seluruh perhatian Nenek dan Kakek. Cucu yang lain tidak kebagian perhatiannya. 

Dengan tinggal di asrama, aku tidak menyakiti Ayah, Kakek, atau Nenek. Aku merasa berada  di tempat yang netral. Secara perlahan, aku mulai menyukai tinggal bersama teman-teman dari berbagai kota dengan karakter yang beragam. Rasanya aku  makin kaya pengalaman, meski terkadang menggerutu harus mengikuti disiplin yang diterapkan oleh pihak asrama. Sementara teman-teman lain di luar asrama bisa bebas nonton malam hari atau main-main sepulang sekolah, kami harus taat pada jadwal  dan kegiatan yang sudah dibuat. Belakangan aku baru bisa merasakan bahwa hidup di asrama membuatku lebih mandiri, menghargai waktu dan orang lain.

Lulus SMA, aku memilih kos di dekat kampus. Baru dua bulan ini, selulus kuliah, aku memilih tinggal bersama Ayah. Nanti, kalau sudah bekerja, aku berniat kos lagi.

“Kamu mau tinggal dua minggu atau sebulan di Montreal?”
“Lima hari saja. Dua hari di jalan, pulang dan pergi. Tiga hari di Montreal.”
Ayah hanya angkat bahu sambil berkata setengah pasrah, “Terserah kamu.”
 


Topic

#fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?