10 Desain Revolusioner, Dari Gaun Bercahaya Hingga Busana dengan Remote Control
5 Oct 2016
1. Bahan Metal. Kebangkitan kaum muda di tahun ‘60-an, ditandai dengan hasil rancangan desainer Pierre Cardin, Andre Courreges, dan Paco Robanne. Mereka menggunakan material tidak biasa pada rancangannya. Vinyl, metal disc, hingga rantai digunakan menjadi baju tempur ala Rabanne yang mencerminkan modernitas dari generasi baru. “Saya rasa, pada masa itu para desainer berlomba-lomba menunjukkan rupa khayalan masa depan pada busana,“ tambah Finamore.
2. Permainan Teknik. Mulai dari kapas, hingga ke mesin jahit, evolusi sebuah busana sangat bergantung pada penemuan alat, serta teknik terbaru. Pada proses desain misalnya, Fortuny membuatnya dengan tangan, Mary McFadden langsung mengatur kain-kain tersebut secara permanen, dan Issey Miyake mengubah kain tersebut menjadi sebuah ilmu sains—di mana Ia mengolah kain dalam ukuran besar, lalu dengan teknik lipit mengatur polanya menjadi beragam cutting yang diinginkan. Koleksi Flying Saucer rancangan Issey Miyake tahun 1994 merupakan kombinasi ring multiwarna, dengan siluet menyerupai lentera kertas berbahan pleats. Teknik lipit ini sudah diperkenalkannya sejak 1989, dibuat menjadi lini khusus bernama Pleats Please di tahun 1993, dan tetap diminati hingga kini. “Bagi saya, Ia adalah salah satu desainer yang selalu terdepan dalam bidang teknologi,“ ucap Andrew Bolton, curator yang bertanggung jawab di Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute.
3. Sang Visioner. Salah satu desainer paling berpengaruh, Alexander McQueen, pada hidupnya yang singkat, berhasil menginspirasi banyak orang yang mulai melihat fashion lebih dari sekadar busana, melalui pertunjukkan fashion yang artistik. Akhir pertunjukkan koleksi Spring 1999-nya juga merupakan salah satu momen penting. Dua robot muncul dan beraksi menyemprotkan spray pewarna pada gaun yang dikenakan Shalom Harlow. Hasilnya menyeramkan, tapi juga tampak cantik!
4. Gaun Bercahaya. Para kritikus mungkin masih penasaran pada gaun berpendar yang dikenakan Katy Perry pada Met Ball 2010 lalu. Pasalnya, gaun tersebut terbuat dari material keras namun terlihat lembut. Perusahaan perancang tersebut, CuteCircuit, telah membuat busana-busana yang mampu memberikan kesan virtual. Para desainer benar-benar memikirkan bagaimana teknologi yang inovatif dapat sejalan dengan fashion. Pada Met Gala bulan Mei 2016 lalu, Claire Danes menjadi pusat perhatian berkat busana rancangan Zac Posen yang dikenakannya. Sebuah ball gown dengan siluet khas Cinderella, tidak hanya tampak cantik, namun juga mampu bercahaya dalam gelap. Hal ini berkat sematan lampu LED otomatis pada seluruh gaun. Penempatannya pun tidak sembarangan. Di bagian ujung pakaian, lampu dibuat segaris, sehingga menciptakan efek dramatis yang feminin.
5. Kendali Jarak Jauh. Desainer kelahiran Cyprus, Hussein Chalayan, seperti dapat mengubah apapun. Sebuah meja kopi dapat berubah menjadi rok, busana luaran juga dapat bertransformasi menjadi larutan air. Rancangan Floating Dress-nya yang tampil pada Fall 2011 lalu, berhasil menyita atensi karena tampak seperti efek sihir. Dibuat dari fiberglass berwarna emas, serta tambahan aplikasi Swarovski yang menggantung menyerupai serbuk sari, busana ini bahkan dapat bergerak dengan arahan remote control. Aplikasi kristalnya juga dapat dilepas hanya dengan menekan tombol. “Ini adalah sebuah monumen ide-ide penerapan praktis sebuah teknologi,“ ujar Bolton.
6. Mesin Potong. Desainer asal Belanda, Iris van Herpen, juga berperan penting pada pameran terbaru di High Museum of Art Atlanta, Amerika Serikat. Ia menggunakan teknologi cutting edge. Teknologi ini menghasilkan bulu dari silikon laser cut dan sepatu bermotif 3D untuk koleksi Fall 2013 lalu.
7. Jarum Canggih. Sejak tahun 2013, perusahaan garmen kinetis Ying Gao, berkolaborasi dengan robot kecil, yang mampu bereaksi terhadap suara. Reaksi ini mampu ‘merusak‘ permukaan bahan plastik menjadi bentuk tonjolan-tonjolan, dan bahkan mengeluarkan serat-serat bahan berbentuk duri.
8. Kerajinan Tangan. Kesenjangan antara produksi busana ready to wear yang mewah dengan busana haute couture menjadi tema penting ekshibisi Manus x Machina. Koleksi busana pernikahan Haute Couture Chanel Fall 2014 lalu adalah contoh—bahwa pekerjaan dengan tangan dan mesin dapat berkolaborasi dan menciptakan busana yang indah. Busana ini dibuat dengan material scuba knit yang dijahit dengan mesin, dan dirapikan penyelesaiannya dengan tangan. Desain pada cape juga merupakan hasil gambar tangan Karl Lagerfeld, lalu disempurnakan melalui proses digital untuk memberikan pesona mewah. Sematan batu-batuannya juga tercetak rapi dengan tambahan mutiara.
9. Sentuhan Ilmuwan. Rumah mode asal Inggris The Unseen milik Lauren Bowker—mengklaim dirinya sebagai ilmuwan bahan garmen. Ia menciptakan proses pencelupan (dye-ing) khusus yang dapat menempel dengan baik pada bahan-bahan pakaian, hingga bahan kulit. Hasilnya, sebuah jaket dapat berubah warna berdasarkan level cahaya, atau panas yang diterima. “Ketika kami pertama kali memasukan rancangan ini, jaket ini memiliki warna toska yang cerah. Berminggu-minggu kemudian, warnanya berubah menyerupai pelangi,” cerita Finamore.
10. Mencetak di Mesin. The Museum of Fine Arts memiliki karya milik Nervous System—sebuah studio busana yang menggunakan komputer yang mampu menghasilkan desain busana 3D yang seluruh prosesnya dicetak di mesin. Walaupun proses pembuatannya sepertinya ribet—busana penuh kelopak ini dibuat lebih dari 1600 plastik nilon dan disambungkan dengan 2600 engsel—busana ini hanya memakan waktu pembuatan 48 jam saja untuk dicetak.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, cara berbusana juga berubah. Terbukti dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kini telah bekerja bersama dengan puluhan pengrajin tekstil dan universitas-universitas di Amerika. Program jutaan dolar ini bertujuan mengembangkan bahan tekstil agar memiliki kemampuan canggih—seperti pakaian dengan desain digital camouflage untuk para tentara atau pakaian yang bisa membuat Anda tetap merasa sejuk di tengah panas terik.
Pameran fashion, dinilai berhasil mengeksplorasi hubungan antara fashion dan teknologi, sehingga menginspirasi pengunjung untuk bermimpi. “Jika Anda melihat cara orang berinteraksi melalui teknologi sehari-hari, batasan antara fashion, tubuh, dan perangkat teknologi di sekitar Anda sebenarnya samar,“ ungkap Michelle Finamore, co-curator sebuah show populer #techstyle yang tampil di Museum of Fine Arts, Boston, Amerika Serikat.
Sambil menanti terciptanya fashion item terbaru hasil kolaborasi dengan teknologi, mari kembali sejenak melihat 10 desain yang revolusioner pada masanya—atau kembali hits di masa sekarang.