Family
Pentingnya Sehati dengan Anak Saat Memilih Pesantren

7 Sep 2017


Foto: 123RF
 
Soal pendidikan, tiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Namun, pilihan orang tua dan anak kerap tak sehati. Ada yang orang tua ingin anaknya sekolah di pontren, tapi anaknya tidak mau. Atau justru sebaliknya.

Sebaiknya antara orang tua dan anak perlu menyatukan visi dan keinginan terlebih dahulu. “Orang tua dan anak harus kompak. Tanyakan pada anak ingin sekolah di pesantren atau tidak. Tentu tidak akan maksimal belajarnya, jika anak sekolah karena faktor paksaan,” kata Imam.

Terlebih lagi, pontren itu identik dalam menerapkan kedisiplinan dan kemandirian. Jika di rumah anak tidak terbiasa dengan hal ini, dikhawatirkan akan terjadi culture shock saat masuk pontren yang membuat mereka tak betah. Karena itu, selain menyamakan keinginan tempat sekolah, penting bagi orang tua untuk membiasakan anak mandiri dan disiplin di rumah.

Jika antara orang tua dan anak sudah sehati untuk sekolah di pontren, maka penting memilih lembaga pendidikan nonformal yang sesuai dengan tujuan. Karena, seperti pernyataan Imam, tiap pontren memiliki kekhasan dan keunggulan masing-masing.

Ada pondok pesantren yang bagus di bidang tahfidz Quran, ilmu falak (ilmu tentang lintasan benda langit seperti bumi, matahari, bulan dan lainnya), penerapan dwi bahasa, pengajaran kepemimpinan, atau terkenal dengan perkembangan ekonomi mikronya.

“Kalau orang tua ingin anaknya pandai menghafal Alquran, silakan pilih pesantren yang bagus di tahfidz Quran. Kalau tujuannya yang lain, pilihlah yang lain,” tutur Imam, yang juga menyarankan untuk memilih lokasi pontren yang disesuaikan dengan usia anak.

Baca juga:
Intip 3 Wajah Pondok Pesantren Kini
Pesantren Terus Berevolusi, Tumbuh Subur di Tengah Globalisasi

Jika anak sudah besar (misal usia SMP), mungkin bisa saja di pontren yang jauh, karena tentu mereka belum banyak bergantung pada orang tua. Namun, jika anak masih terlalu kecil (usia SD) ada baiknya memilih pontren yang tidak terlalu jauh dari rumah. Apalagi bagi yang berdomisili di Jakarta, kini kian banyak pontren yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Jadi, orang tua akan lebih mudah menjenguk dan memantau.

Faktor tidak tega dan rindu, terkadang jadi salah satu alasan orang tua ingin selalu mengunjungi anak di pontren sesering mungkin. Bukan hal yang salah, tapi banyak pesantren yang memberlakukan aturan waktu kunjungan yang ketat agar anak lebih cepat mandiri.

Menurut Gus Sholah, agar orang tua bisa lebih mudah ‘melepas’ anaknya di pontren, lakukan waktu kunjungan secara bertahap. Awalnya bisa dikunjungi seminggu sekali, kemudian sebulan sekali, lalu menjadi dua bulan sekali dan seterusnya sampai anak sudah mulai terbiasa.

“Tapi ingat, walau anak sudah betah dengan lingkungan pondok pesantren, bukan berarti orang tua tidak harus mengunjungi anak. Orang tua tetap harus datang membangun komunikasi dengan anak, dan memantau perkembangan mereka,” saran Gus Sholah.

Karena memang, tanggung jawab pendidikan moral dan akhlak anak tidak hanya ada di tangan pondok pesantren, tapi juga ada peran orang tua. Tentu kita tidak ingin kan, anak pandai ilmu agamanya, tapi tidak ada ikatan yang dalam dengan orang tuanya. Maka, penting bagi orang tua untuk tetap menjalin hubungan yang harmonis dengan anak, kendatipun terpisah oleh jarak yang jauh. (f)
 


Topic

#Pesantren, #keluarga, #pendidikananak, #pendidikan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?